Patah hati berat yang dirasakan oleh Dasha, membuatnya sudah tidak bisa berpikir baik lagi. Sepertinya seluruh hidupnya sudah hampir hancur tidak bersisa. Patah hati yang dibuat oleh Bintang, mantan suaminya telah menciptakan luka yang cukup dalam di hati Dasha.
Dia ditalak oleh Bintang di hadapan kedua anaknya. Ditambah dengan keberadaan dari Irina yang merupakan perempuan simpanan dari Bintang. Semakin menambah rasa sakit yang ada di hati seorang Dasha. Dia merasa ini adalah titik paling rendah dalam hidupnya. Sepertinya Dasha ingin mengakhiri seluruh hidupnya di malam ini."Apa aku masih layak hidup. Sementara semua yang aku cintai telah hancur tidak bersisa. Suami yang ku banggakan itu. Kini benar-benar telah menghancurkan seluruh rasa cintaku. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untukku akhiri semuanya."Dasha mulai mencari tempat yang cukup aman untuk melakukan kegiatan yang mungkin akan mengakhiri hidupnya. Dia melihat sebuah jembatan, mungkin dia bisa mencoba melakukan percobaan di jembatan tersebut. Sepertinya itu adalah ide yaah baik untuk Dasha mengakhiri semuanya.Kondisi jembatan yang sepi, semakin membuat Dasha yakin untuk melakukan percobaan bunuh diri. Tidak akan ada orang yang melarang dirinya untuk terjun dari jembatan itu. Sehingga Dasha bisa dengan bebas terjun dari jembatan besar tersebut.Air mata mulai membasahi kedua bola mata Dasha. Dasha mengingat akan kedua anaknya, bagaimana ia pernah berjanji untuk selalu berada di samping kedua anaknya tersebut. Hingga Dasha merasakan penyesalan, jika sampai ia melakukan bunuh diri saat itu.Keteguhan dari dalam hati Dasha, perlahan mulai terkikis akan ingatan seorang Dasha pada kedua anaknya. Sepertinya ini akan menjadi hari yang paling buruk untuk Dasha. Hidup yang selama ini telah ia bentuk dengan begitu rapi. Kini harus dihancurkan oleh dirinya sendiri. Ketidakmampuan Dasha akan penerimaan takdir yang telah di jalani olehnya, sama sekali membuat ia terpukul hebat.Dasha bersimpuh, menyesali semua yang akan dia lakukan. Bunuh diri, keputusasaan dan sebagainya. Cara-cara bodoh yang seharusnya tidak dilakukan oleh Dasha."Aku masih bisa hidup dengan kedua anakku. Mereka jauh lebih berharga dari Mas Bintang. Seharusnya aku bisa lebih bijak lagi dalam menentukan semuanya. Tidak hanya menuruti ego semata. Ini rasanya begitu berat, tapi aku harus segera bangkit dari kenyataan pahit ini."Dasha kembali berdiri, dia mulai berjalan mundur untuk segera menjauh dari jembatan yang mulai rapuh itu. Sepertinya Dasha harus segera pergi, pikirannya harus segera jernih kembali.Baru beberapa langkah menjauh dari jembatan itu. Dasha melihat Bintang yang begitu mesra bersama dengan Irina di depan mobilnya. Perempuan itu terlihat begitu baik dalam melakukan tugasnya dalam membuat Bintang terangsang. Dia mengelus lembut bagian tubuh Bintang. Memberikan sentuhan yang membuat mantan suami Dasha itu menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Irina.Air mata Dasha yang sudah mulai kering, kembali berjatuhan dengan hebat. Dia tidak bisa menahan rasa cemburunya pada Irina. Mulutnya mungkin bisa berkata benci pada Bintang. Namun hatinya terasa sulit untuk bisa membenci pria yang telah menikahinya selama 8 tahun tersebut.Dasha mengusap air matanya, sebelum dia segera berlari pergi. Dasha benar-benar kecewa dengan apa yang dilihatnya malam ini. Rasa benci, kecewa, marah dan sedih. Semuanya bercampur aduk menjadi satu. Bagaimana ia benar-benar kecewa akan hidupnya yang begitu malang.Dasha yang berlari cukup kencang, tanpa disadari menabrak seorang Oscar. Pria berusia 29 tahun itu pun jatuh dengan sedikit kesakitan ditabrak oleh tubuh Dasha. Dasha juga tersungkur jatuh.Dasha yang merasa bersalah, segera menghampiri Oscar. "Maaf, aku benar-benar tidak sengaja. Aku harap tidak terjadi apa-apa denganmu."Oscar kesal, dia perlahan mulai berdiri sembari membersihkan pakaiannya yang mulai kotor. "Kalau kamu lari, bisa hati-hati tidak. Kamu punya matakan. Seharusnya kamu pakai mata kamu untuk melihat. Bukan cuman kaki buat berjalan saja!"Dasha terdiam mendengar ocehan Oscar. Wajahnya memelas, berharap Oscar akan segera memaafkan dirinya.Oscar tentu tidak tega melihat wajah melas yang di tunjukkan oleh Dasha. Dengan sangat terpaksa, Oscar akhirnya memaafkan Dasha. "Baiklah, aku maafkan kamu. Namun dengan satu syarat.""Syarat apa?" tanya Dasha penuh harap.Oscar mulai memperhatikan tubuh Dasha. Dia sama sekali tidak melihat hal menarik dari tubuh Dasha itu. Hanya ada lemak bergelambir di sisi perutnya. Begitu juga dengan wajah Dasha yang sudah terlihat seperti ibu-ibu."Berapa usiamu?" tanya Oscar dengan tegasnya."Aku 28 tahun.""Aku pikir kamu sudah 35 tahun. Jauh berbeda dari usia aslimu." ucap Oscar.Dasha mulai menyentuh bagian wajahnya. Dia merasakan beberapa bagian di wajahnya yang memang sudah mulai tidak kencang. Dasha pun mulai berpikir kata-kata Bintang akan rasa cintanya yang pudar padanya, sebab Dasha yang sudah mulai tidak menarik lagi bagi Bintang."Apa kamu tidak ingin melakukan perawatan, atau bahkan operasi plastik. Aku pikir kamu tidak akan percaya untuk bisa tampil di muka umum dengan penampilan wajah kamu yang seperti ini." ucap Oscar dengan begitu santainya.Dasha hanya bisa terdiam. Dia hanya menatap wajah Oscar dengan penuh lirih. Apa yang disampaikan oleh Oscar sama sekali tidak salah. Dasha memang sudah terlihat tidak menarik lagi. Mungkin itu yang menjadi alasan bagi Bintang untuk pergi meninggalkan Dasha."Namaku Oscar, aku adalah seorang ahli bedah. Jika kamu ingin melakukan perombakan pada wajah. Kamu bisa segera hubungiku." Oscar menyodorkan tangan kanannya.Tangan kanan Dasha perlahan mulai mengangkat untuk menyambut perkenalan yang dilakukan oleh Oscar. "Nama saya Dasha."Dasha mengusap air matanya yang secara spontan mengucur begitu saja. Tentu itu menjadi pertanyaan besar bagi seorang Oscar. Ia sama sekali tidak menyangka apa yang terjadi pada Dasha. Mengapa perempuan itu menangis. Apa mungkin ucapan dari Oscar telah menyakiti Dasha, hingga ia menangis seperti itu."Ada yang salah dengan ucapanku! Apakah kamu menangis dengan ucapkanku. Aku harap tidak seperti itu."Dasha mulai mengeringkan air matanya. Dia mencoba membuat dirinya menjadi kuat, sehingga ia tidak akan terlihat menangis lagi."Tidak, sama sekali tidak.""Lantas mengapa kamu menangis seperti itu?""Suami saya telah berselingkuh dengan seorang perempuan muda. Dia meninggalkan saya begitu saja. Itu yang membuat saya menangis seperti ini." Dasha semakin kuat menangis."Saya pun akan pergi dengan perempuan lain saat melihat kamu saat ini. Kamu sama sekali tidak menarik. Itu yang membuat suami kamu pergi." ucap Oscar dengan begitu santainya..Dasha hanya terdiam menahan sakit dengan ucapan dari Oscar. Disebut salah tidak, namun benar pun masih cukup abu-abu. Dasha pun hanya bisa terdiam menahan sakit atas apa yang disampaikan oleh Oscar."Apa kamu ingin melakukan operasi plastik?" tanya Oscar dengan wajah menantang."Bagaimana caranya, aku tidak memiliki uang untuk melakukan semua itu.""Gampang, asal kamu mau menuruti apa yang aku perintahkan.""Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Dasha."Kamu harus mau menjadi teman tidurku. Maka kamu akan mendapatkan metode operasi secara gratis." jawab Oscar dengan penuh keyakinan.Bola mata dari Dasha hampir keluar saat mengetahui syarat yang diberikan oleh Oscar. Ini terdengar gila bagi dirinya. Namun Dasha sendiri ingin membalas semua perbuatan dari mantan suaminya tersebut. Ini adalah dilema besar yang harus di hadapi oleh Dasha.Oscar memberikan kartu nama dirinya pada Dasha. Jika Dasha bersedia, maka dia bisa datang ke rumah Oscar. Jika tidak, maka tawaran itu diacuhkan saja oleh Dasha. Tidak harus datang atau apapun.Dasha masih berharap mendapatkan kesempatan kedua yang akan dia dapat dari Bintang. Mungkin saja Bintang akan berubah pikiran, sebelum mereka akan bertemu di meja sidang perceraian. Masih ada keinginan dari Dasha untuk kembali bersama dengan Bintang. Dasha mendatangi rumah Bintang dengan penampilan yang begitu cantik. Baju berwarna putih semakin membuat Dasha terlihat lebih elegan. Dia juga menenteng sebuah rantang berisi makanan untuk sarapan Bintang dan kedua anaknya. Dasha menghela napas sebelum mengetuk pintu rumah Bintang. Menenangkan pikirannya sejenak, mungkin akan membuat Dasha merasa lebih rileks lagi. Apalagi Dasha akan bertemu Bintang dengan Irina. Perlu tenaga ekstra untuk bertemu dengan kedua orang yang menyakiti dirinya tersebut. Tiga ketukan cukup untuk membuat Bintang keluar dari dalam rumahnya. Menggandeng Irina, Bintang terlihat begitu bahagia bisa bersama dengan selingkuhannya tersebut. Apalagi di hadapan Bintang ada seorang Dasha yang merupakan mantan istrinya.
Dasha menceritakan semua yang di alami oleh dirinya pada sahabatnya yang bernama Risma. Bagaimana Dasha merasa telah dicampakkan begitu saja oleh Bintang. Dasha pun meras Bintang adalah sosok pria brengsek yang telah membuat hidupnya hancur. Risma tidak henti mengelus pundak Dasha. Dia mencoba membuat Dasha untuk tenang. Memberikan sedikit rasa percaya akan dirinya yang mampu tanpa Bintang. "Kamu adalah seorang yang jauh lebih berharga dari perempuan itu. Bagaimana dirimu adalah seorang yang luar biasa. Kamu harus tetap merasa menjadi dirimu sendiri. Jangan pernah merasa kurang percaya diri. Apalagi harus kalah oleh perempuan murahan itu." ucap Risma dengan penuh keyakinan. Dasha melepaskan pelukannya dari Risma. Dia kini menggenggam kedua tangan dari Risma. "Rasanya ingin sekali untuk membalas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh Mas Bintang dan selingkuhannya itu. Mereka benar-benar telah membuat hatiku tergores. Itu cukup membuatku merasakan kehilangan paling besar dalam hi
Dasha mencocokan alamat yang di berikan oleh Oscar dengan nomor rumah tersebut. Sepertinya Dasha tidak salah rumah, dia benar-benar berada di rumah Oscar. Sesuai dengan apa yang di berikan oleh Oscar pada dirinya. Dasha seketika ragu untuk menekan bel di rumah itu. Padahal dia hanya tinggal menekan bel itu saja. Namun secara tiba-tiba keyakinan dari Dasha mulai pudar. Dia sama sekali tidak yakin untuk masuk ke rumah Oscar. Niat dan tekadnya yang sudah bulat. Seketika hancur begitu saja, dia mulai tidak yakin dengan kedatangannya ke rumah Oscar. Apalagi dia melihat kondisi rumah Oscar yang begitu sunyi sepi. Seperti ada sesuatu yang tidak beres di rumah tersebut. Dasha membalikkan badannya, dia mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Oscar. Namun baru beberapa langkah, terdengar suara seseorang membuka pintu rumah. Saat Dasha melihat kembali ke arah rumah, dia melihat bagaimana Oscar sudah berada di depan pintu rumah dengan seragam dokter yang dikenakan olehnya. Oscar terlihat beg
Oscar membuka pintu rumahnya dengan begitu lebar. Dia mempersilakan Dasha untuk masuk ke dalam rumahnya. Bagaimana rumah Oscar yang begitu luas, akan menjadi tempat untuk Dasha melakukan operasi plastik. Mata Dasha tidak henti dibuat takjub oleh kemegahan dari rumah Oscar. Apalagi saat dia melihat bagaimana rumah Oscar yang di penuhi dengan barang-barang mewah nan mahal. Seperti rumah seorang sultan yang memiliki kekayaan yang melimpah. Rumah ini benar-benar nyaman untuk di tinggali oleh siapapun. Tidak terdengar suara apapun, rumah ini terasa begitu sepi dan sunyi. Padahal rumah Oscar memiliki luas yang sangat besar. Akan sedikit aneh ketika hanya ada Oscar yang tinggal sendiri di rumah ini. Mengingat rumah yang memiliki ukuran yang luas. Dasha melihat ke seluruh area bagian rumah Oscar yang besar tersebut. Dia menyaksikan bagaimana ikan-ikan menari di sebuah akuarium besar. Begitu juga dengan suara kicauan burung yang mulai terdengar di dekat rumah Oscar. Perjalanan Dasha tidak
Sebelum pulang, hal penting tentu harus di lakukan oleh Dasha. Oscar mengajak Dasha untuk masuk ke dalam sebuah ruangan lainnya. Di mana di ruang itu, terdapat sebuah meja yang biasa digunakan oleh Oscar dalam melakukan persetujuan dengan beberapa kliennya. Mungkin saat ini adalah Dasha yang akan menjadi klien berikutnya. Dasha di persilakan untuk duduk di sebuah kursi yang sudah ada di hadapan meja kerja Oscar. Dasha pun segera duduk di kursi itu dengan tatapan wajah penuh misteri. Antara senang, atau masih ada keraguan. Dasha tidak bisa menggambarkan dengan baik perasaan yang dirasakan oleh dirinya saat ini. Itu benar-benar membuat semuanya serba membingungkan. Oscar mulai mengeluarkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Dasha. Dokumen itu akan menjadi bukti kuat bagi keduanya dalam melakukan kerjasama. Ini adalah kerjasama yang akan menguntungkan untuk kedua belah pihak. Dasha tentu akan berubah menjadi sosok orang lain yang akan membalaskan dendam pada Bintang. Begit
Entah bagaimana caranya, tapi Risma sukses membawa dua anak Dasha pergi bersama dengan dirinya. Risma menggunakan segala alasan untuk membuat kedua anak Dasha itu terakhir kali melihat wajah Dasha. Risma pun begitu bahagia bisa membawa dua anak Dasha bertemu dengan ibunya. Dasha yang sudah menunggu kedatangan dari Risma dan kedua anaknya. Terlihat sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kedua anaknya tersebut. Ia langsung memeluk Romeo dan Julian saat melihat kedua putranya itu berjalan mendekat ke arahnya. "Mama begitu kangen sama kalian berdua. Sudah lama Mama tidak bertemu dengan kalian berdua." "Romeo juga kangen sama Mama. Apalagi Mama Irina suka marah-marah. Romeo takut kalau Mama Irina sedang marah pada kamu berdua Ma." ucap Romeo dengan begitu polosnya. "Kemarin sore, dia memukulku dengan tangannya. Aku hanya menumpahkan segelas air teh miliknya. Tapi dia menganggap itu adalah hal yang terlarang. Sehingga dia begitu marah padaku." lanjut Julian. Dasha melirik ke arah Risma,
Dengan sebuah pakaian operasi yang telah dikenakan. Dasha sudah siap untuk melakukan operasi perubahan wajah. Ini sudah jadi keputusan final yang telah diambil oleh Dasha. Tidak ada penyesalan sama sekali dari dirinya, ia menganggap ini adalah sebuah keputusan terbaik yang bisa membuatnya membalaskan dendam pada Bintang dan Irina. Oscar sudah siap dengan dua orang temannya yang akan membantu proses operasi. Keduanya pun sama-sama sudah tidak sabar untuk menjalani proses operasi pada wajah Dasha. Sudah hampir beberapa bulan terakhir, mereka tidak menemukan pasien yang bersedia melakukan operasi plastik. Mengingat biaya yang dipatok untuk operasi plastik itu sendiri begitu mahal. Sehingga banyak orang yang mengurungkan niat mereka untuk bisa melakukan operasi plastik. Dasha sudah membuang semua rasa takut yang mulai melanda dirinya. Baginya, ini adalah keputusan terbaik dalam mendapatkan semua keinginan dari dirinya untuk membalas dendam pada Bintang. Sakit hatinya
12 jam waktu yang dibutuhkan oleh Oscar dan kedua temannya dalam melakukan bedah plastik pada Dasha. Mereka pun terlihat begitu antusias untuk menunggu hasil yang akan didapat oleh Dasha. Namun hasilnya tentu tidak akan terjadi secara instan. Butuh beberapa jam lagi untuk membuat proses jahitan di wajah Dasha akan sempurna. Viko merasa ini adalah proses operasi yang cukup membuatnya merasa tidak bisa tidur seharian. Bagaimana pun, obsesi dari Oscar akan Rena. Menciptakan kesulitan tersendiri bagi Viko dan temannya dalam membantu Oscar menyelesaikan proses operasi yang dilakukan pada Dasha. "Obsesi loe benar-benar gila sih Kar. Gue pikir sekarang loe puas dengan apa yang loe dapat dari perempuan ini." ucap Viko. "Dari zaman kita kuliah, sampai sekarang. Oscar adalah manusia gila yang terlalu terobsesi akan hal kecil. Sepertinya loe harus banyak mengurangi obsesi loe itu. Gue pikir ini akan menyiksa diri loe sendiri." balas Ridho. "Ini gila. Tap