Dasha mencocokan alamat yang di berikan oleh Oscar dengan nomor rumah tersebut. Sepertinya Dasha tidak salah rumah, dia benar-benar berada di rumah Oscar. Sesuai dengan apa yang di berikan oleh Oscar pada dirinya.
Dasha seketika ragu untuk menekan bel di rumah itu. Padahal dia hanya tinggal menekan bel itu saja. Namun secara tiba-tiba keyakinan dari Dasha mulai pudar. Dia sama sekali tidak yakin untuk masuk ke rumah Oscar.Niat dan tekadnya yang sudah bulat. Seketika hancur begitu saja, dia mulai tidak yakin dengan kedatangannya ke rumah Oscar. Apalagi dia melihat kondisi rumah Oscar yang begitu sunyi sepi. Seperti ada sesuatu yang tidak beres di rumah tersebut.Dasha membalikkan badannya, dia mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Oscar. Namun baru beberapa langkah, terdengar suara seseorang membuka pintu rumah. Saat Dasha melihat kembali ke arah rumah, dia melihat bagaimana Oscar sudah berada di depan pintu rumah dengan seragam dokter yang dikenakan olehnya. Oscar terlihat begitu gagah dengan seragam dokter itu, jauh dari apa yang Dasha lihat pertama kali. Di mana Oscar sama sekali tidak nampak memiliki karisma yang kuat."Kenapa kamu pergi kembali?" tanya Oscar berjalan mendekat ke arah Dasha.Dasha terlihat bingung dengan pertanyaan dari Oscar. Ia tidak tahu cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Dasha ingin menjawabnya, tapi apa yang harus dia jawab pada Oscar."Aku..... Harus segera pulang." jawab Dasha sambil menunduk.Oscar mengangkat kepala Dasha untuk sedikit lebih tegak lagi. Melihat bagaimana perempuan itu terlihat tidak percaya diri."Apa yang membuat kamu ingin segera pulang. Kamu mencari alamat rumahku dengan begitu susah payah. Tapi kamu justru malah pergi lagi. Apa yang kamu lakukan itu adalah hal yang sia-sia. Itu yang harus kamu rubah dalam hidupmu. Bagaimana dirimu melakukan hal yang sia-sia dan tidak penting." ucap Oscar meyakinkan Dasha.Dasha menatap wajah Oscar dengan penuh keyakinan. Dia melihat bagaimana pria itu benar-benar membuatnya lebih percaya diri. Sepertinya Oscar ingin Dasha bisa lebih yakin lagi dengan dirinya. Sehingga tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia."Kamu sudah kehilangan suamimu, apa kamu harus kehilangan kesempatan untuk melakukan pembalasan terhadap perempuan yang telah merebut suamimu itu. Kamu terlalu banyak membuang kesempatan yang seharusnya kamu bisa ambil. Tapi kamu sendiri yang membuangnya." Oscar semakin meyakinkan Dasha.Dasha melepaskan tangan Oscar di dagunya. Dia membalikkan tubuhnya, mulai menceritakan bagaimana dirinya yang sama sekali takut dengan metode operasi yang mungkin saja akan membuat dirinya semakin terlihat buruk. Banyak informasi akan kegagalan operasi bedah plastik yang terjadi. Seketika membuat Dasha khawatir hal yang sama akan terjadi pada dirinya. Itu yang membuat dia ragu untuk bisa melakukan operasi plastik seperti yang ditawarkan oleh Oscar.Oscar mulai berani merangkul pundak Dasha, dia memberikan sedikit penjelasan yang bisa di jadikan rujukan untuk Dasha. Sepertinya ini adalah hal yang baik untuk Dasha. Sehingga ia tidak akan lagi ragu untuk melakukan operasi plastik seperti yang disarankan oleh Oscar."Jika kamu ragu, aku pastikan keraguan dari kamu itu timbul dari rasa takut. Seharusnya kamu bisa lebih berani untuk mencoba. Sebab rasa takut seyogyanya dilawan, bukan di biarkan menguasai seluruh tubuhmu. Banyak kegagalan yang akan terjadi oleh ketakutanmu itu." ucap Oscar dengan bijak.Dasha membalikkan kepalanya, dia melihat bagaimana wajah Oscar begitu serius. Mungkinkah pria itu ingin menolong dirinya dalam membalas dendam pada mantan suaminya tersebut. Tapi mengapa harus ada syarat yang dia berikan pada Dasha. Sehingga itu yang membuat dia ragu untuk melakukan semuanya. Syarat itu seakan berat untuk dilakukan oleh Dasha.Tetapi benar apa yang diucapkan oleh Oscar. Jika tidak dengan hal itu, bagaimana lagi Dasha bisa membalaskan dendam pada Bintang dan Irina. Mungkin sudah saatnya Dasha melawan rasa takut yang ada di hatinya. Ia harus lebih berani lagi, demi pembalasan sempurna yang akan dia lakukan pada Bintang dan Irina.Oscar membuka pintu rumahnya dengan begitu lebar. Dia mempersilakan Dasha untuk masuk ke dalam rumahnya. Bagaimana rumah Oscar yang begitu luas, akan menjadi tempat untuk Dasha melakukan operasi plastik. Mata Dasha tidak henti dibuat takjub oleh kemegahan dari rumah Oscar. Apalagi saat dia melihat bagaimana rumah Oscar yang di penuhi dengan barang-barang mewah nan mahal. Seperti rumah seorang sultan yang memiliki kekayaan yang melimpah. Rumah ini benar-benar nyaman untuk di tinggali oleh siapapun. Tidak terdengar suara apapun, rumah ini terasa begitu sepi dan sunyi. Padahal rumah Oscar memiliki luas yang sangat besar. Akan sedikit aneh ketika hanya ada Oscar yang tinggal sendiri di rumah ini. Mengingat rumah yang memiliki ukuran yang luas. Dasha melihat ke seluruh area bagian rumah Oscar yang besar tersebut. Dia menyaksikan bagaimana ikan-ikan menari di sebuah akuarium besar. Begitu juga dengan suara kicauan burung yang mulai terdengar di dekat rumah Oscar. Perjalanan Dasha tidak
Sebelum pulang, hal penting tentu harus di lakukan oleh Dasha. Oscar mengajak Dasha untuk masuk ke dalam sebuah ruangan lainnya. Di mana di ruang itu, terdapat sebuah meja yang biasa digunakan oleh Oscar dalam melakukan persetujuan dengan beberapa kliennya. Mungkin saat ini adalah Dasha yang akan menjadi klien berikutnya. Dasha di persilakan untuk duduk di sebuah kursi yang sudah ada di hadapan meja kerja Oscar. Dasha pun segera duduk di kursi itu dengan tatapan wajah penuh misteri. Antara senang, atau masih ada keraguan. Dasha tidak bisa menggambarkan dengan baik perasaan yang dirasakan oleh dirinya saat ini. Itu benar-benar membuat semuanya serba membingungkan. Oscar mulai mengeluarkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Dasha. Dokumen itu akan menjadi bukti kuat bagi keduanya dalam melakukan kerjasama. Ini adalah kerjasama yang akan menguntungkan untuk kedua belah pihak. Dasha tentu akan berubah menjadi sosok orang lain yang akan membalaskan dendam pada Bintang. Begit
Entah bagaimana caranya, tapi Risma sukses membawa dua anak Dasha pergi bersama dengan dirinya. Risma menggunakan segala alasan untuk membuat kedua anak Dasha itu terakhir kali melihat wajah Dasha. Risma pun begitu bahagia bisa membawa dua anak Dasha bertemu dengan ibunya. Dasha yang sudah menunggu kedatangan dari Risma dan kedua anaknya. Terlihat sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kedua anaknya tersebut. Ia langsung memeluk Romeo dan Julian saat melihat kedua putranya itu berjalan mendekat ke arahnya. "Mama begitu kangen sama kalian berdua. Sudah lama Mama tidak bertemu dengan kalian berdua." "Romeo juga kangen sama Mama. Apalagi Mama Irina suka marah-marah. Romeo takut kalau Mama Irina sedang marah pada kamu berdua Ma." ucap Romeo dengan begitu polosnya. "Kemarin sore, dia memukulku dengan tangannya. Aku hanya menumpahkan segelas air teh miliknya. Tapi dia menganggap itu adalah hal yang terlarang. Sehingga dia begitu marah padaku." lanjut Julian. Dasha melirik ke arah Risma,
Dengan sebuah pakaian operasi yang telah dikenakan. Dasha sudah siap untuk melakukan operasi perubahan wajah. Ini sudah jadi keputusan final yang telah diambil oleh Dasha. Tidak ada penyesalan sama sekali dari dirinya, ia menganggap ini adalah sebuah keputusan terbaik yang bisa membuatnya membalaskan dendam pada Bintang dan Irina. Oscar sudah siap dengan dua orang temannya yang akan membantu proses operasi. Keduanya pun sama-sama sudah tidak sabar untuk menjalani proses operasi pada wajah Dasha. Sudah hampir beberapa bulan terakhir, mereka tidak menemukan pasien yang bersedia melakukan operasi plastik. Mengingat biaya yang dipatok untuk operasi plastik itu sendiri begitu mahal. Sehingga banyak orang yang mengurungkan niat mereka untuk bisa melakukan operasi plastik. Dasha sudah membuang semua rasa takut yang mulai melanda dirinya. Baginya, ini adalah keputusan terbaik dalam mendapatkan semua keinginan dari dirinya untuk membalas dendam pada Bintang. Sakit hatinya
12 jam waktu yang dibutuhkan oleh Oscar dan kedua temannya dalam melakukan bedah plastik pada Dasha. Mereka pun terlihat begitu antusias untuk menunggu hasil yang akan didapat oleh Dasha. Namun hasilnya tentu tidak akan terjadi secara instan. Butuh beberapa jam lagi untuk membuat proses jahitan di wajah Dasha akan sempurna. Viko merasa ini adalah proses operasi yang cukup membuatnya merasa tidak bisa tidur seharian. Bagaimana pun, obsesi dari Oscar akan Rena. Menciptakan kesulitan tersendiri bagi Viko dan temannya dalam membantu Oscar menyelesaikan proses operasi yang dilakukan pada Dasha. "Obsesi loe benar-benar gila sih Kar. Gue pikir sekarang loe puas dengan apa yang loe dapat dari perempuan ini." ucap Viko. "Dari zaman kita kuliah, sampai sekarang. Oscar adalah manusia gila yang terlalu terobsesi akan hal kecil. Sepertinya loe harus banyak mengurangi obsesi loe itu. Gue pikir ini akan menyiksa diri loe sendiri." balas Ridho. "Ini gila. Tap
Dengan wajah masih di perban, tentu ada beberapa kesulitan yang di alami oleh Dasha. Mulai dari makan dan minum. Sampai ketika dia ingin ke toilet, Dasha juga merasakan hal yang sama. Dia butuh bantuan orang lain untuk bisa melakukan itu semua. Tidak mungkin ia melakukan semua itu sendiri. Oscar adalah pria yang sedikit kurang ajar. Dia tidur dengan beberapa perempuan untuk melampiaskan hasrat yang tidak bisa dia kendalikan tersebut. Namun dia juga adalah seorang yang perhatian. Pria baik hati yang tidak pernah lupa untuk menolong seseorang yang membutuhkan uluran tangannya. Dasha tentu menjadi orang yang begitu butuh bantuan dari seorang Oscar. Perban itu benar-benar membuat Dasha kesulitan dalam segala hal. Dia butuh tangan Oscar untuk bisa melakukan semuanya secara lebih baik. Mengambilkan bubur untuk ia makan. Begitu juga dengan minuman yang harus diminum oleh Dasha. Semuanya butuh bantuan dari Oscar. Tidak ada rasa keberatan dari dalam diri Oscar.
Sebuah cermin sudah di pegang sedari tadi oleh Dasha. Dia sudah tidak sabar untuk menyaksikan wajah barunya. Mungkin wajah baru Dasha yang jauh lebih menarik, dari sebelumnya. "Mengapa aku gemetar seperti ini. Rasanya aku tidak sabar untuk melihat wajah baruku. Aku ingin melihat penampilan yang berbeda dari wajah lamaku." ucap Dasha. Oscar perlahan mulai mendekat ke arah tubuh Dasha dari belakang. Dia meletakkan kedua tangannya di bahu Dasha. Mulai berbisik dengan begitu lembutnya. "Aku pun sudah tidak sabar untuk segera melihat wajah itu. Aku rasa hari ini akan jadi hari keberuntungan untukku. Sebab aku bisa melihat wajah Rena kembali di wajahmu. Aku ingin mencium, meraba dan menyentuh wajah cantik itu. Biarkan aku merasakan semuanya itu." Dasha semakin tidak sabar dengan apa yang diucapkan oleh Oscar. Mungkin benar apa yang diucapkan oleh Oscar. Dasha akan memiliki wajah cantik seperti Rena. Itu jauh lebih baik lagi, mengingat Rena adalah seorang perempuan cantik dengan paras yang
Sudah tidak tahan rasanya bagi Oscar untuk tidak merasakan bentuk tubuh dari Dasha. Ia tidak sabar untuk bisa bercinta dengan perempuan yang saat ini memiliki rupa layaknya Rena. Beberapa perempuan telah tidur dengan Oscar. Tetap tidak satu pun dari mereka yang mampu memuaskan Oscar secara penuh. Hanya kekecewaan yang dirasakan oleh Oscar, begitu menyelesaikan kuda gembiranya. Wajah Rena kerap menghantui Oscar setiap dia menyemprotkan cairan kenikmatan miliknya. Itu yang membuat Oscar merasa menyesal. Dia merasa seperti telah mengkhianati Rena. Nyatanya sebelum kepergian dari Rena, Oscar berjanji untuk tidak melakukan hubungan dengan siapa pun. Tetapi siapa yang bisa menahan hasrat dari Oscar yang begitu besar. Dia mencoba mengendalikan dirinya, tetap sulit untuk dia bisa mengontrol dirinya sendiri. Hasilnya Oscar tunduk dengan nafsunya sendiri. Beberapa perempuan malam sudah berulang kali tidur di kamar luas milik Oscar. Malam ini Oscar merasakan peras