Dasha menceritakan semua yang di alami oleh dirinya pada sahabatnya yang bernama Risma. Bagaimana Dasha merasa telah dicampakkan begitu saja oleh Bintang. Dasha pun meras Bintang adalah sosok pria brengsek yang telah membuat hidupnya hancur.
Risma tidak henti mengelus pundak Dasha. Dia mencoba membuat Dasha untuk tenang. Memberikan sedikit rasa percaya akan dirinya yang mampu tanpa Bintang."Kamu adalah seorang yang jauh lebih berharga dari perempuan itu. Bagaimana dirimu adalah seorang yang luar biasa. Kamu harus tetap merasa menjadi dirimu sendiri. Jangan pernah merasa kurang percaya diri. Apalagi harus kalah oleh perempuan murahan itu." ucap Risma dengan penuh keyakinan.Dasha melepaskan pelukannya dari Risma. Dia kini menggenggam kedua tangan dari Risma. "Rasanya ingin sekali untuk membalas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh Mas Bintang dan selingkuhannya itu. Mereka benar-benar telah membuat hatiku tergores. Itu cukup membuatku merasakan kehilangan paling besar dalam hidupku."Risma kembali memeluk Dasha dengan begitu eratnya. Dia ingin sahabatnya itu bisa bangkit. Jika perlu, Dasha harus segera melupakan apa yang telah dilakukan oleh Bintang dan selingkuhannya. Mungkin saja karma akan segera datang pada mereka.Dasha melepaskan kembali pelukan dari Risma. Tidak ada karma, jika Dasha tidak membalas perbuatan dari mereka berdua."Aku akan membalas semua perbuatan mereka. Aku akan menjadi karma untuk keduanya. Mungkin saja mereka akan merasakan karma dari diriku sendiri. Aku ingin mereka merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Semuanya akan aku balaskan pada mereka berdua. Ini adalah pembalasan yang akan aku berikan pada keduanya." ucap Dasha penuh amarah."Aku pikir kamu tidak perlu melakukan itu. Kamu harus bisa memaafkan semuanya. Tapi, jika memang kamu rasa apa yang dilakukan oleh keduanya sudah tidak bisa dimaafkan. Itu menjadi keputusanmu." ujar Risma.Dasha kembali mengingat bagaimana dirinya yang di perlakukan begitu kejam oleh Bintang dan Irina. Rantang yang dia bawa dilempar dengan begitu keras. Satu wadah sayur wortel juga disiramkan pada kepalanya. Dasha benar-benar merasakan sebuah kepahitan yang dibuat oleh Bintang dan Irina. Mungkin pembalasan yang setimpal sudah menjadi keharusan bagi Dasha. Sebab itu adalah cara satu-satunya bagi Dasha untuk melawan semua ketidakadilan yang dibuat oleh Bintang akan dirinya.Risma mengelus pundak dari Dasha. Dia sadar Dasha masih cukup marah dengan perbuatan dari Bintang dan Irina. Tetapi Risma berharap Dasha tidak akan menyimpan dendam yang besar akan keduanya. Dia harus lebih bisa legowo dengan semuanya."Aku yakin kamu bisa Dasha. Kamu akan menjadi seorang pemenang, tanpa harus melakukan balas dendam pada keduanya. Aku pikir kamu tetap menjadi Dasha yang mendapatkan segalanya. Itu yang aku rasa saat ini.""Tidak! Aku akan jadi pemenang saat aku bisa membalas apa yang mereka lakukan padaku. Aku benar-benar sakit hati dengan apa yang mereka perbuat. Sepertinya ini sudah tidak bisa dimaafkan kembali. Mereka harus merasakan sakit yang saat ini aku rasakan. Mati rasa secara perlahan dengan tindakan yang mereka lakukan. itu yang inginku berikan pada keduanya."Risma melihat bagaimana saran dari dirinya yang tidak mampu ditangkap dengan baik oleh Dasha. Dasha begitu marah pada Bintang dan Irina. Sehingga sebuah saran yang baik darinya ditolak mentah-mentah oleh Dasha. Mungkin saja hal buruk akan dilakukan oleh Dasha untuk membalas semua perbuatan dari Bintang dan Irina.Padahal saran dari Risma cukup baik pada Dasha. Risma tidak ingin sahabatnya itu akan larut dalam sebuah dendam kesumat yang justru membahayakan hidupnya sendiri. Bagaimana pun dendam adalah hal yang tidak baik. Itu yang dirasakan oleh Risma. Namun jika Dasha merasa itu adalah pilihan terbaik dalam hidupnya. Risma tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia hanya berharap suatu hari nanti Dasha bisa memaafkan kesalahan dari Bintang dan Irina pada dirinya.Dasha mencocokan alamat yang di berikan oleh Oscar dengan nomor rumah tersebut. Sepertinya Dasha tidak salah rumah, dia benar-benar berada di rumah Oscar. Sesuai dengan apa yang di berikan oleh Oscar pada dirinya. Dasha seketika ragu untuk menekan bel di rumah itu. Padahal dia hanya tinggal menekan bel itu saja. Namun secara tiba-tiba keyakinan dari Dasha mulai pudar. Dia sama sekali tidak yakin untuk masuk ke rumah Oscar. Niat dan tekadnya yang sudah bulat. Seketika hancur begitu saja, dia mulai tidak yakin dengan kedatangannya ke rumah Oscar. Apalagi dia melihat kondisi rumah Oscar yang begitu sunyi sepi. Seperti ada sesuatu yang tidak beres di rumah tersebut. Dasha membalikkan badannya, dia mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Oscar. Namun baru beberapa langkah, terdengar suara seseorang membuka pintu rumah. Saat Dasha melihat kembali ke arah rumah, dia melihat bagaimana Oscar sudah berada di depan pintu rumah dengan seragam dokter yang dikenakan olehnya. Oscar terlihat beg
Oscar membuka pintu rumahnya dengan begitu lebar. Dia mempersilakan Dasha untuk masuk ke dalam rumahnya. Bagaimana rumah Oscar yang begitu luas, akan menjadi tempat untuk Dasha melakukan operasi plastik. Mata Dasha tidak henti dibuat takjub oleh kemegahan dari rumah Oscar. Apalagi saat dia melihat bagaimana rumah Oscar yang di penuhi dengan barang-barang mewah nan mahal. Seperti rumah seorang sultan yang memiliki kekayaan yang melimpah. Rumah ini benar-benar nyaman untuk di tinggali oleh siapapun. Tidak terdengar suara apapun, rumah ini terasa begitu sepi dan sunyi. Padahal rumah Oscar memiliki luas yang sangat besar. Akan sedikit aneh ketika hanya ada Oscar yang tinggal sendiri di rumah ini. Mengingat rumah yang memiliki ukuran yang luas. Dasha melihat ke seluruh area bagian rumah Oscar yang besar tersebut. Dia menyaksikan bagaimana ikan-ikan menari di sebuah akuarium besar. Begitu juga dengan suara kicauan burung yang mulai terdengar di dekat rumah Oscar. Perjalanan Dasha tidak
Sebelum pulang, hal penting tentu harus di lakukan oleh Dasha. Oscar mengajak Dasha untuk masuk ke dalam sebuah ruangan lainnya. Di mana di ruang itu, terdapat sebuah meja yang biasa digunakan oleh Oscar dalam melakukan persetujuan dengan beberapa kliennya. Mungkin saat ini adalah Dasha yang akan menjadi klien berikutnya. Dasha di persilakan untuk duduk di sebuah kursi yang sudah ada di hadapan meja kerja Oscar. Dasha pun segera duduk di kursi itu dengan tatapan wajah penuh misteri. Antara senang, atau masih ada keraguan. Dasha tidak bisa menggambarkan dengan baik perasaan yang dirasakan oleh dirinya saat ini. Itu benar-benar membuat semuanya serba membingungkan. Oscar mulai mengeluarkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh Dasha. Dokumen itu akan menjadi bukti kuat bagi keduanya dalam melakukan kerjasama. Ini adalah kerjasama yang akan menguntungkan untuk kedua belah pihak. Dasha tentu akan berubah menjadi sosok orang lain yang akan membalaskan dendam pada Bintang. Begit
Entah bagaimana caranya, tapi Risma sukses membawa dua anak Dasha pergi bersama dengan dirinya. Risma menggunakan segala alasan untuk membuat kedua anak Dasha itu terakhir kali melihat wajah Dasha. Risma pun begitu bahagia bisa membawa dua anak Dasha bertemu dengan ibunya. Dasha yang sudah menunggu kedatangan dari Risma dan kedua anaknya. Terlihat sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kedua anaknya tersebut. Ia langsung memeluk Romeo dan Julian saat melihat kedua putranya itu berjalan mendekat ke arahnya. "Mama begitu kangen sama kalian berdua. Sudah lama Mama tidak bertemu dengan kalian berdua." "Romeo juga kangen sama Mama. Apalagi Mama Irina suka marah-marah. Romeo takut kalau Mama Irina sedang marah pada kamu berdua Ma." ucap Romeo dengan begitu polosnya. "Kemarin sore, dia memukulku dengan tangannya. Aku hanya menumpahkan segelas air teh miliknya. Tapi dia menganggap itu adalah hal yang terlarang. Sehingga dia begitu marah padaku." lanjut Julian. Dasha melirik ke arah Risma,
Dengan sebuah pakaian operasi yang telah dikenakan. Dasha sudah siap untuk melakukan operasi perubahan wajah. Ini sudah jadi keputusan final yang telah diambil oleh Dasha. Tidak ada penyesalan sama sekali dari dirinya, ia menganggap ini adalah sebuah keputusan terbaik yang bisa membuatnya membalaskan dendam pada Bintang dan Irina. Oscar sudah siap dengan dua orang temannya yang akan membantu proses operasi. Keduanya pun sama-sama sudah tidak sabar untuk menjalani proses operasi pada wajah Dasha. Sudah hampir beberapa bulan terakhir, mereka tidak menemukan pasien yang bersedia melakukan operasi plastik. Mengingat biaya yang dipatok untuk operasi plastik itu sendiri begitu mahal. Sehingga banyak orang yang mengurungkan niat mereka untuk bisa melakukan operasi plastik. Dasha sudah membuang semua rasa takut yang mulai melanda dirinya. Baginya, ini adalah keputusan terbaik dalam mendapatkan semua keinginan dari dirinya untuk membalas dendam pada Bintang. Sakit hatinya
12 jam waktu yang dibutuhkan oleh Oscar dan kedua temannya dalam melakukan bedah plastik pada Dasha. Mereka pun terlihat begitu antusias untuk menunggu hasil yang akan didapat oleh Dasha. Namun hasilnya tentu tidak akan terjadi secara instan. Butuh beberapa jam lagi untuk membuat proses jahitan di wajah Dasha akan sempurna. Viko merasa ini adalah proses operasi yang cukup membuatnya merasa tidak bisa tidur seharian. Bagaimana pun, obsesi dari Oscar akan Rena. Menciptakan kesulitan tersendiri bagi Viko dan temannya dalam membantu Oscar menyelesaikan proses operasi yang dilakukan pada Dasha. "Obsesi loe benar-benar gila sih Kar. Gue pikir sekarang loe puas dengan apa yang loe dapat dari perempuan ini." ucap Viko. "Dari zaman kita kuliah, sampai sekarang. Oscar adalah manusia gila yang terlalu terobsesi akan hal kecil. Sepertinya loe harus banyak mengurangi obsesi loe itu. Gue pikir ini akan menyiksa diri loe sendiri." balas Ridho. "Ini gila. Tap
Dengan wajah masih di perban, tentu ada beberapa kesulitan yang di alami oleh Dasha. Mulai dari makan dan minum. Sampai ketika dia ingin ke toilet, Dasha juga merasakan hal yang sama. Dia butuh bantuan orang lain untuk bisa melakukan itu semua. Tidak mungkin ia melakukan semua itu sendiri. Oscar adalah pria yang sedikit kurang ajar. Dia tidur dengan beberapa perempuan untuk melampiaskan hasrat yang tidak bisa dia kendalikan tersebut. Namun dia juga adalah seorang yang perhatian. Pria baik hati yang tidak pernah lupa untuk menolong seseorang yang membutuhkan uluran tangannya. Dasha tentu menjadi orang yang begitu butuh bantuan dari seorang Oscar. Perban itu benar-benar membuat Dasha kesulitan dalam segala hal. Dia butuh tangan Oscar untuk bisa melakukan semuanya secara lebih baik. Mengambilkan bubur untuk ia makan. Begitu juga dengan minuman yang harus diminum oleh Dasha. Semuanya butuh bantuan dari Oscar. Tidak ada rasa keberatan dari dalam diri Oscar.
Sebuah cermin sudah di pegang sedari tadi oleh Dasha. Dia sudah tidak sabar untuk menyaksikan wajah barunya. Mungkin wajah baru Dasha yang jauh lebih menarik, dari sebelumnya. "Mengapa aku gemetar seperti ini. Rasanya aku tidak sabar untuk melihat wajah baruku. Aku ingin melihat penampilan yang berbeda dari wajah lamaku." ucap Dasha. Oscar perlahan mulai mendekat ke arah tubuh Dasha dari belakang. Dia meletakkan kedua tangannya di bahu Dasha. Mulai berbisik dengan begitu lembutnya. "Aku pun sudah tidak sabar untuk segera melihat wajah itu. Aku rasa hari ini akan jadi hari keberuntungan untukku. Sebab aku bisa melihat wajah Rena kembali di wajahmu. Aku ingin mencium, meraba dan menyentuh wajah cantik itu. Biarkan aku merasakan semuanya itu." Dasha semakin tidak sabar dengan apa yang diucapkan oleh Oscar. Mungkin benar apa yang diucapkan oleh Oscar. Dasha akan memiliki wajah cantik seperti Rena. Itu jauh lebih baik lagi, mengingat Rena adalah seorang perempuan cantik dengan paras yang