Albert duduk dengan gelisah di depan pengacaranya. Sudah berpuluh-puluh pertanyaan yang sama yang harus dia jawab. Dia benar-benar lelah dan muak sekarang. “Tuan Albert, lebih baik Tuan memberitahu kepada saya semuanya sehingga saya bisa bernegosiasi dengan pihak hakim.”“Kamu tuli, ya? Sudah aku katakan berulang-ulang dari tadi kalau aku tidak ada sangkut pautnya dengan tragedi yang terjadi di Sky pub and hotel,” dengus Albert dengan mata berapi-api. Dia bangkit berdiri dan meninju-ninju udara di depannya. Tubuhnya terasa pegal setelah berjam-jam duduk di sana hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bodoh dan membosankan dari pengacaranya. “Tuan, kalau begitu, saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, perkara ini akan mereka bawa ke meja hijau dalam satu minggu ke depan.”“Lah, tugas kamu sebagai pengacaraku, apa dong? Apa perlu aku ajarkan cara untuk menjadi seorang pengacara?”“Saya tahu apa pekerjaan saya, Tuan, tapi saya membutuhkan kerja sama dari Tuan Albert.”“Kalau begitu,
“Audrey?” Tumben dia menelpon sekarang setelah sekian lama dia menghilang tanpa kabar?” gumam Chloe sambil mengangkat panggilan telepon dari Audrey. Chloe sudah melupakan masalahnya dengan Audrey, dia sebenarnya kasihan pada Audrey yang sudah menjadi korban nafsu si Albert.‘Hello, Chloe!’ sapa Audrey dengan suara yang tidak seperti biasanya. Terdengar canggung dan kaku.‘Hi! Audrey! How are you?’‘I am good, thanks for asking. What about you?’‘I am good.’Mereka berdua terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. Dari speaker telepon, Chloe bisa mendengar suara napas Audrey yang berat. Sepertinya dia bingung sendiri harus berbicara apa dengannya.‘Chloe, emm, bisakah, eh, maksudku, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan. Bisakah kita ketemuan hari ini?’‘Kenapa harus ketemu? Kamu 'kan bisa bilang lewat telepon saja,’ celetuk Chloe heran. Jujur saja, dia sudah tidak mau berhubungan dengan Audrey lagi. ‘Aku ingin menyampaikan hal ini secara langsung padamu, please …’Chloe terdiam seje
“Apakah kau lelah?” tanya Mateo yang baru pulang dari kerja. Dia mencium perut Chloe yang sudah mulai terlihat membesar. Dalam beberapa hari lagi, mereka akan ke rumah sakit untuk check up dan memeriksa apakah kandungan Chloe baik-baik saja.“Iya, maaf, aku sudah tidur terlalu lama,” ucap Chloe sambil mengelus kepala Mateo dengan penuh kasih sayang.“No, no. Kamu tidak perlu minta maaf, ibu hamil itu perlu istirahat yang banyak. Tenagamu pasti terkuras karena harus membawa tiga orang bayi sekaligus."Chloe tersenyum lembut mendengar perkataan sang suami. Cinta Mateo seakan tidak pernah habis untuknya.“Sayang, Audrey ingin bertemu denganku.” Begitu mendengar nama Audrey disebut, tubuh Mateo langsung menegang. Masih hangat di pikirannya bagaimana Audrey mengkhianati wanita yang sangat dicintainya ini. Namun, di sisi lain, Mateo juga bersyukur, dengan adanya pengkhianatan itu, Chloe menjadi miliknya.Well, sebenarnya, tanpa adanya peristiwa itu pun, Mateo akan tetap berjuang untuk mend
“Albert Wesley!” Seorang sipir penjara meneriakkan nama Albert dari balik jeruji besi. Teriakan itu membuat Albert yang sedang berusaha untuk beristirahat, langsung melompat dari atas tempat tidurnya. “Ada apa?” tanya Albert sambil memicingkan matanya. Dia rupanya merasa sedikit terganggu dengan kehadiran petugas itu. Apalagi kepalanya terasa sakit sejak tadi pagi karena pusing memikirkan masalahnya yang tak kunjung ada jalan keluarnya.“Ada tamu yang ingin menemuimu.”“Siapa?” Albert langsung memperbaiki rambut dan bajunya, tentu saja dia ingin terlihat tetap keren dan rapi saat bertemu dengan orang-orang yang mengunjunginya.“Kedua orang tuamu.”Albert tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, sudah hampir dua minggu dia berada di sini. Pengacaranya saja sudah berhari-hari tidak mengunjunginya, sehingga hal itu membuat Albert benar-benar naik darah. Mungkin kalau pengacaranya ada di depannya, sudah ia jadikan bulan-bulanannya.“Ikut aku!” Setelah memasang borgol di tangan Albert
“Albert! Jawab pertanyaan daddy!”Albert duduk dengan gelisah dan tidak berani menatap daddynya yang sudah naik pitam. “Kalau kamu tidak mau jawab, daddy tidak punya pilihan lain.”“M-maksud, Daddy?” Dengan wajah takut-takut, Albert menatap pria yang telah membesarkannya selama ini.“Mommy dan daddy akan membiarkan kamu menginap di hotel gratis ini kalau kamu tidak mau mengaku.”“Dad!” sentak Albert kesal. “Aku masih anak Mommy dan Daddy, kan?” lanjut Albert dengan suara yang semakin parau. Dia tidak percaya mommy dan daddynya akan membiarkannya membusuk di sini.Mrs. Kellie tidak menjawab, dia menghapus air matanya menahan rasa sakit hati. Anak yang selama ini dia besarkan, sebentar lagi akan di-cap sebagai seorang pembunuh. Dia masih sangat berharap kalau semua itu tidak benar adanya.“Kamu masih tetap anak kami, Albert, tapi kelakuanmu yang sudah keterlaluan. Apa sebenarnya yang ada di pikiranmu ketika kamu melakukan semua itu?”Tangan Mr. Ragnar mengepal, kalau saja diperbolehka
“Apakah kamu gugup?” tanya Chloe sambil menggenggam tangan Mateo dengan erat. Mereka berdua sedang duduk di ruang tunggu dan menanti giliran untuk jadwal ultrasound test. Chloe terlihat sangat tenang, sedangkan Mateo terlihat begitu tegang. Dia seakan sedang bersiap untuk disidang. “Kalau sudah menyangkut si kembar tiga, entah kenapa aku selalu grogi seperti ini.”“Nyonya Chloe dan Tuan Mateo, silahkan masuk,” seorang perawat memanggil nama mereka berdua. Telapak tangan Mateo langsung basah.“Tenangkan dirimu, honey. Ketiga bayi kembar kita baik-baik saja.”Mateo menarik napas tiga kali untuk melepaskan rasa gugupnya. “Aku sudah siap sekarang.”Chloe mengangguk dan mengajak Mateo masuk. Begitu sampai di dalam, Chloe dipersilahkan untuk berbaring di atas tempat tidur. “Hello, Nyonya Chloe! Apa kabar?” sapa Dokter Amanda yang sudah menangani Chloe sejak awal kehamilannya.“Hello, Dokter Amanda! Kabarku baik-baik saja. Semoga Dokter pun mengalami hal yang sama.”“Terima kasih. Apakah k
Freya dan Magnus berjalan dengan cepat ke arah tempat parkir setelah mereka bebas dari pengawasan petugas rumah sakit. Dengan nakal, Magnus telah mengajak Freya untuk kabur dari rumah sakit dan berkencan dengannya.“Wow, ini sangat menyenangkan, dan aku senang sekali kamu mau melakukan hal ini bersama-sama denganku," pekik Freya begitu mereka duduk di jok mobil. Matahari yang sudah tenggelam sore itu, menambah suasana romantis bagi kedua insan yang sedang dilanda asmara itu. Salju di musim dingin terlihat berserakan di sana-sini. Namun, walaupun suhu terasa dingin, hati mereka menghangat karena kebersamaan yang mereka rasakan.“By the way, ini pertama kalinya aku melanggar peraturan,” gelak Magnus sambil menyalakan mesin mobilnya.“Hah? Apakah kamu selalu menjadi pria yang baik selama ini?”“Hmm, coba aku pikir-pikir dulu. Sepertinya begitu, aku tidak pernah bolos sekolah, selalu mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak pernah minum minuman yang memabukkan, dan satu hal lagi, aku tidak
Magnus mengambil arah belokan ke kiri, dan mobil itu kembali meluncur dan mendaki sebuah tebing yang kokoh.Dari kejauhan terlihat sebuah restaurant yang akan memanjakan mata mereka dengan pemandangan yang indah dan memuaskan lidah mereka dengan menu-menu yang enak dan menggugah selera.“Kita sudah sampai,” ucap Magnus sambil tersenyum lebar dan mematikan mesin mobilnya. Dia menoleh kepada Freya yang tiba-tiba duduk membisu. “Freya!” panggil Magnus dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang karena takut terjadi apa-apa pada wanita itu.Freya mengangkat wajahnya pelan-pelan dan menatap Magnus dengan nanar. “A-apakah kamu tidak malu membawa seorang wanita yang tidak mempunyai sehelai rambut pun di kepalanya untuk masuk ke dalam restaurant yang mewah itu?” bisik Freya pelan. Ucapannya membuat Magnus tersentak kaget. Tentu saja dia tidak pernah malu atau berpikir seperti itu.“Freya …,” panggil Magnus lembut. “Aku tidak pernah malu saat bersama denganmu. Entah kamu punya rambut atau