“Albert! Jawab pertanyaan daddy!”Albert duduk dengan gelisah dan tidak berani menatap daddynya yang sudah naik pitam. “Kalau kamu tidak mau jawab, daddy tidak punya pilihan lain.”“M-maksud, Daddy?” Dengan wajah takut-takut, Albert menatap pria yang telah membesarkannya selama ini.“Mommy dan daddy akan membiarkan kamu menginap di hotel gratis ini kalau kamu tidak mau mengaku.”“Dad!” sentak Albert kesal. “Aku masih anak Mommy dan Daddy, kan?” lanjut Albert dengan suara yang semakin parau. Dia tidak percaya mommy dan daddynya akan membiarkannya membusuk di sini.Mrs. Kellie tidak menjawab, dia menghapus air matanya menahan rasa sakit hati. Anak yang selama ini dia besarkan, sebentar lagi akan di-cap sebagai seorang pembunuh. Dia masih sangat berharap kalau semua itu tidak benar adanya.“Kamu masih tetap anak kami, Albert, tapi kelakuanmu yang sudah keterlaluan. Apa sebenarnya yang ada di pikiranmu ketika kamu melakukan semua itu?”Tangan Mr. Ragnar mengepal, kalau saja diperbolehka
“Apakah kamu gugup?” tanya Chloe sambil menggenggam tangan Mateo dengan erat. Mereka berdua sedang duduk di ruang tunggu dan menanti giliran untuk jadwal ultrasound test. Chloe terlihat sangat tenang, sedangkan Mateo terlihat begitu tegang. Dia seakan sedang bersiap untuk disidang. “Kalau sudah menyangkut si kembar tiga, entah kenapa aku selalu grogi seperti ini.”“Nyonya Chloe dan Tuan Mateo, silahkan masuk,” seorang perawat memanggil nama mereka berdua. Telapak tangan Mateo langsung basah.“Tenangkan dirimu, honey. Ketiga bayi kembar kita baik-baik saja.”Mateo menarik napas tiga kali untuk melepaskan rasa gugupnya. “Aku sudah siap sekarang.”Chloe mengangguk dan mengajak Mateo masuk. Begitu sampai di dalam, Chloe dipersilahkan untuk berbaring di atas tempat tidur. “Hello, Nyonya Chloe! Apa kabar?” sapa Dokter Amanda yang sudah menangani Chloe sejak awal kehamilannya.“Hello, Dokter Amanda! Kabarku baik-baik saja. Semoga Dokter pun mengalami hal yang sama.”“Terima kasih. Apakah k
Freya dan Magnus berjalan dengan cepat ke arah tempat parkir setelah mereka bebas dari pengawasan petugas rumah sakit. Dengan nakal, Magnus telah mengajak Freya untuk kabur dari rumah sakit dan berkencan dengannya.“Wow, ini sangat menyenangkan, dan aku senang sekali kamu mau melakukan hal ini bersama-sama denganku," pekik Freya begitu mereka duduk di jok mobil. Matahari yang sudah tenggelam sore itu, menambah suasana romantis bagi kedua insan yang sedang dilanda asmara itu. Salju di musim dingin terlihat berserakan di sana-sini. Namun, walaupun suhu terasa dingin, hati mereka menghangat karena kebersamaan yang mereka rasakan.“By the way, ini pertama kalinya aku melanggar peraturan,” gelak Magnus sambil menyalakan mesin mobilnya.“Hah? Apakah kamu selalu menjadi pria yang baik selama ini?”“Hmm, coba aku pikir-pikir dulu. Sepertinya begitu, aku tidak pernah bolos sekolah, selalu mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak pernah minum minuman yang memabukkan, dan satu hal lagi, aku tidak
Magnus mengambil arah belokan ke kiri, dan mobil itu kembali meluncur dan mendaki sebuah tebing yang kokoh.Dari kejauhan terlihat sebuah restaurant yang akan memanjakan mata mereka dengan pemandangan yang indah dan memuaskan lidah mereka dengan menu-menu yang enak dan menggugah selera.“Kita sudah sampai,” ucap Magnus sambil tersenyum lebar dan mematikan mesin mobilnya. Dia menoleh kepada Freya yang tiba-tiba duduk membisu. “Freya!” panggil Magnus dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang karena takut terjadi apa-apa pada wanita itu.Freya mengangkat wajahnya pelan-pelan dan menatap Magnus dengan nanar. “A-apakah kamu tidak malu membawa seorang wanita yang tidak mempunyai sehelai rambut pun di kepalanya untuk masuk ke dalam restaurant yang mewah itu?” bisik Freya pelan. Ucapannya membuat Magnus tersentak kaget. Tentu saja dia tidak pernah malu atau berpikir seperti itu.“Freya …,” panggil Magnus lembut. “Aku tidak pernah malu saat bersama denganmu. Entah kamu punya rambut atau
“Apakah kamu sudah parkir di tempat yang tepat, Magnus?” tanya Freya dengan sinar mata yang cerdas, seperti biasanya.“M-maksud kamu?” tanya Magnus sedikit gugup.Freya hanya tersenyum usil. “Tidak ada apa-apa. Lupakan saja.” Dia bergelayut di lengan Magnus dan memasuki restaurant itu. “Tempat ini sangat luar biasa,” ucap Freya sambil memandang kagum bangunan yang dia masuki itu. Beberapa karyawan menyambut mereka dan menyapa mereka dengan sopan dan profesional.“Iya, restaurant ini sengaja dibangun di puncak bukit terpencil karena tujuannya untuk memberikan kesempatan untuk pengunjung menikmati keindahan alam,” jelas Magnus sambil mengajak Freya menuju pada satu tempat di mana para pengunjung bisa berdiri dan menikmati pemandangan yang ada.Freya dan Magnus kini berdiri di dekat jendela yang tertutup kaca bening tebal. Dari sudut itu mereka berdua bisa melihat samudra yang luas. Walaupun ditutupi salju, tapi keindahannya tidak tersembunyi. Semua terlihat seperti latar dalam sebuah f
“Sayang, aku sendiri yang akan mengantarkanmu menemui Audrey hari ini, kamu tinggal buat janji saja dengannya,” ucap Mateo sambil membelai-belai perut Chloe yang sudah mulai terlihat berisi. Ada rasa haru dan bangga setiap kali dia menyadari bahwa istrinya sedang hamil saat ini.“Kamu serius?” tanya Chloe yang darinya sedang berbaring santai sambilmelihat hasil foto dari ultrasound bayi kembar tiga. Setelah mengetahui jenis kelamin dari ketiga bayi mereka, Chloe sendiri sudah mulai berpikir untuk menghias ruangan si kembar. Begitu banyak rencana yang ada di pikirannya. Dan di saat-saat seperti ini, dia sangat merindukan Freya.“Yes, darling! Dan untuk keamanan kita semua, aku akan menambah sistem penjagaan, karena setelah apa yang telah kamu alami beberapa waktu lalu, aku tidak akan pernah membiarkan kejadian seperti ini terulang kembali.”Chloe hanya mengangguk patuh. Membayangkan hal itu saja, sudah membuatnya merinding dan menggigil ketakutan.“Baiklah, kalau begitu, aku akan menel
Mr. Ragnar menggenggam senjata mematikan itu di tangannya.“Tunggu saja tanggal mainnya, Mateo! Satu peluru dari senjata ini akan menghabisi nyawamu hanya dalam sekejap mata.”Dia meletakkan kembali senjata mematikan itu dengan hati-hati dan segera berlalu dan sana. Sekarang saatnya untuk menyiapkan serangan balas dendam. Tanpa menunggu lama, Mr. Ragnar langsung mengumpulkan semua pasukannya untuk memberikan informasi apa saja yang perlu diketahui dan dilakukan oleh pasukannya.Mr. Ragnar terlihat begitu berapi-api saat memberi perintah kepada anak buahnya. Dia geram karena putra satu-satunya harus mengalami semua itu. dendam yang membara di hatinya, seakan membakar jiwa dan raganya.“Laksanakan tugas kalian dengan benar, dan ingat, aku tidak menerima kata GAGAL!”“Baik, Tuan,” teriak pasukannya secara serempak. Mereka ada orang-orang terpilih yang sudah dilatih setiap hari untuk menghadapi setiap pertarungan yang terjadi. Siap atau tidak siap, mereka harus bersedia untuk dilempar ke m
Chloe dan Mateo masih tertidur pulas setelah permainan asmara mereka yang sangat membara tadi sore. Senyum indah terlihat di wajah mereka. Namun, kini senja mulai menghampiri, Sang Raja Siang bersiap-siap untuk kembali ke singgasananya. Cahaya temaram menghiasi mansion Chloe dan Mateo sehingga istana mereka terlihat elegan dan mewah. Namun, di balik keindahan matahari terbenam, terlihat beberapa pria bertubuh besar mengendap-endap di sekitar lokasi mansion itu. Mereka rupanya adalah anak buah dari Mr.Ragnar yang bersiap-siap untuk melakukan penyerangan sore itu.Tak jauh di pinggir tebing, ada seorang pria dengan senapan panjang dan teropong yang mengarah ke pintu utama mansion Mateo. Peluru dari senjata itu siap meluncur, mengenai sasaran yang tepat. Hanya satu orang yang tidak boleh terluka, malam ini, yaitu Chloe, karena dia adalah kunci dari kesuksesan keluarga Wesley.Beep, beep, beep ….Suara alarm berbunyi di smartwatch milik Mateo. Dengan cepat, pria itu terbangun dan melompa