“Albert Wesley!” Seorang sipir penjara meneriakkan nama Albert dari balik jeruji besi. Teriakan itu membuat Albert yang sedang berusaha untuk beristirahat, langsung melompat dari atas tempat tidurnya. “Ada apa?” tanya Albert sambil memicingkan matanya. Dia rupanya merasa sedikit terganggu dengan kehadiran petugas itu. Apalagi kepalanya terasa sakit sejak tadi pagi karena pusing memikirkan masalahnya yang tak kunjung ada jalan keluarnya.“Ada tamu yang ingin menemuimu.”“Siapa?” Albert langsung memperbaiki rambut dan bajunya, tentu saja dia ingin terlihat tetap keren dan rapi saat bertemu dengan orang-orang yang mengunjunginya.“Kedua orang tuamu.”Albert tersenyum bahagia. Bagaimana tidak bahagia, sudah hampir dua minggu dia berada di sini. Pengacaranya saja sudah berhari-hari tidak mengunjunginya, sehingga hal itu membuat Albert benar-benar naik darah. Mungkin kalau pengacaranya ada di depannya, sudah ia jadikan bulan-bulanannya.“Ikut aku!” Setelah memasang borgol di tangan Albert
“Albert! Jawab pertanyaan daddy!”Albert duduk dengan gelisah dan tidak berani menatap daddynya yang sudah naik pitam. “Kalau kamu tidak mau jawab, daddy tidak punya pilihan lain.”“M-maksud, Daddy?” Dengan wajah takut-takut, Albert menatap pria yang telah membesarkannya selama ini.“Mommy dan daddy akan membiarkan kamu menginap di hotel gratis ini kalau kamu tidak mau mengaku.”“Dad!” sentak Albert kesal. “Aku masih anak Mommy dan Daddy, kan?” lanjut Albert dengan suara yang semakin parau. Dia tidak percaya mommy dan daddynya akan membiarkannya membusuk di sini.Mrs. Kellie tidak menjawab, dia menghapus air matanya menahan rasa sakit hati. Anak yang selama ini dia besarkan, sebentar lagi akan di-cap sebagai seorang pembunuh. Dia masih sangat berharap kalau semua itu tidak benar adanya.“Kamu masih tetap anak kami, Albert, tapi kelakuanmu yang sudah keterlaluan. Apa sebenarnya yang ada di pikiranmu ketika kamu melakukan semua itu?”Tangan Mr. Ragnar mengepal, kalau saja diperbolehka
“Apakah kamu gugup?” tanya Chloe sambil menggenggam tangan Mateo dengan erat. Mereka berdua sedang duduk di ruang tunggu dan menanti giliran untuk jadwal ultrasound test. Chloe terlihat sangat tenang, sedangkan Mateo terlihat begitu tegang. Dia seakan sedang bersiap untuk disidang. “Kalau sudah menyangkut si kembar tiga, entah kenapa aku selalu grogi seperti ini.”“Nyonya Chloe dan Tuan Mateo, silahkan masuk,” seorang perawat memanggil nama mereka berdua. Telapak tangan Mateo langsung basah.“Tenangkan dirimu, honey. Ketiga bayi kembar kita baik-baik saja.”Mateo menarik napas tiga kali untuk melepaskan rasa gugupnya. “Aku sudah siap sekarang.”Chloe mengangguk dan mengajak Mateo masuk. Begitu sampai di dalam, Chloe dipersilahkan untuk berbaring di atas tempat tidur. “Hello, Nyonya Chloe! Apa kabar?” sapa Dokter Amanda yang sudah menangani Chloe sejak awal kehamilannya.“Hello, Dokter Amanda! Kabarku baik-baik saja. Semoga Dokter pun mengalami hal yang sama.”“Terima kasih. Apakah k
Freya dan Magnus berjalan dengan cepat ke arah tempat parkir setelah mereka bebas dari pengawasan petugas rumah sakit. Dengan nakal, Magnus telah mengajak Freya untuk kabur dari rumah sakit dan berkencan dengannya.“Wow, ini sangat menyenangkan, dan aku senang sekali kamu mau melakukan hal ini bersama-sama denganku," pekik Freya begitu mereka duduk di jok mobil. Matahari yang sudah tenggelam sore itu, menambah suasana romantis bagi kedua insan yang sedang dilanda asmara itu. Salju di musim dingin terlihat berserakan di sana-sini. Namun, walaupun suhu terasa dingin, hati mereka menghangat karena kebersamaan yang mereka rasakan.“By the way, ini pertama kalinya aku melanggar peraturan,” gelak Magnus sambil menyalakan mesin mobilnya.“Hah? Apakah kamu selalu menjadi pria yang baik selama ini?”“Hmm, coba aku pikir-pikir dulu. Sepertinya begitu, aku tidak pernah bolos sekolah, selalu mengumpulkan tugas tepat waktu, tidak pernah minum minuman yang memabukkan, dan satu hal lagi, aku tidak
Magnus mengambil arah belokan ke kiri, dan mobil itu kembali meluncur dan mendaki sebuah tebing yang kokoh.Dari kejauhan terlihat sebuah restaurant yang akan memanjakan mata mereka dengan pemandangan yang indah dan memuaskan lidah mereka dengan menu-menu yang enak dan menggugah selera.“Kita sudah sampai,” ucap Magnus sambil tersenyum lebar dan mematikan mesin mobilnya. Dia menoleh kepada Freya yang tiba-tiba duduk membisu. “Freya!” panggil Magnus dengan hati-hati. Jantungnya berdegup kencang karena takut terjadi apa-apa pada wanita itu.Freya mengangkat wajahnya pelan-pelan dan menatap Magnus dengan nanar. “A-apakah kamu tidak malu membawa seorang wanita yang tidak mempunyai sehelai rambut pun di kepalanya untuk masuk ke dalam restaurant yang mewah itu?” bisik Freya pelan. Ucapannya membuat Magnus tersentak kaget. Tentu saja dia tidak pernah malu atau berpikir seperti itu.“Freya …,” panggil Magnus lembut. “Aku tidak pernah malu saat bersama denganmu. Entah kamu punya rambut atau
“Apakah kamu sudah parkir di tempat yang tepat, Magnus?” tanya Freya dengan sinar mata yang cerdas, seperti biasanya.“M-maksud kamu?” tanya Magnus sedikit gugup.Freya hanya tersenyum usil. “Tidak ada apa-apa. Lupakan saja.” Dia bergelayut di lengan Magnus dan memasuki restaurant itu. “Tempat ini sangat luar biasa,” ucap Freya sambil memandang kagum bangunan yang dia masuki itu. Beberapa karyawan menyambut mereka dan menyapa mereka dengan sopan dan profesional.“Iya, restaurant ini sengaja dibangun di puncak bukit terpencil karena tujuannya untuk memberikan kesempatan untuk pengunjung menikmati keindahan alam,” jelas Magnus sambil mengajak Freya menuju pada satu tempat di mana para pengunjung bisa berdiri dan menikmati pemandangan yang ada.Freya dan Magnus kini berdiri di dekat jendela yang tertutup kaca bening tebal. Dari sudut itu mereka berdua bisa melihat samudra yang luas. Walaupun ditutupi salju, tapi keindahannya tidak tersembunyi. Semua terlihat seperti latar dalam sebuah f
“Sayang, aku sendiri yang akan mengantarkanmu menemui Audrey hari ini, kamu tinggal buat janji saja dengannya,” ucap Mateo sambil membelai-belai perut Chloe yang sudah mulai terlihat berisi. Ada rasa haru dan bangga setiap kali dia menyadari bahwa istrinya sedang hamil saat ini.“Kamu serius?” tanya Chloe yang darinya sedang berbaring santai sambilmelihat hasil foto dari ultrasound bayi kembar tiga. Setelah mengetahui jenis kelamin dari ketiga bayi mereka, Chloe sendiri sudah mulai berpikir untuk menghias ruangan si kembar. Begitu banyak rencana yang ada di pikirannya. Dan di saat-saat seperti ini, dia sangat merindukan Freya.“Yes, darling! Dan untuk keamanan kita semua, aku akan menambah sistem penjagaan, karena setelah apa yang telah kamu alami beberapa waktu lalu, aku tidak akan pernah membiarkan kejadian seperti ini terulang kembali.”Chloe hanya mengangguk patuh. Membayangkan hal itu saja, sudah membuatnya merinding dan menggigil ketakutan.“Baiklah, kalau begitu, aku akan menel
Mr. Ragnar menggenggam senjata mematikan itu di tangannya.“Tunggu saja tanggal mainnya, Mateo! Satu peluru dari senjata ini akan menghabisi nyawamu hanya dalam sekejap mata.”Dia meletakkan kembali senjata mematikan itu dengan hati-hati dan segera berlalu dan sana. Sekarang saatnya untuk menyiapkan serangan balas dendam. Tanpa menunggu lama, Mr. Ragnar langsung mengumpulkan semua pasukannya untuk memberikan informasi apa saja yang perlu diketahui dan dilakukan oleh pasukannya.Mr. Ragnar terlihat begitu berapi-api saat memberi perintah kepada anak buahnya. Dia geram karena putra satu-satunya harus mengalami semua itu. dendam yang membara di hatinya, seakan membakar jiwa dan raganya.“Laksanakan tugas kalian dengan benar, dan ingat, aku tidak menerima kata GAGAL!”“Baik, Tuan,” teriak pasukannya secara serempak. Mereka ada orang-orang terpilih yang sudah dilatih setiap hari untuk menghadapi setiap pertarungan yang terjadi. Siap atau tidak siap, mereka harus bersedia untuk dilempar ke m
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat