Mr. Ragnar menggenggam senjata mematikan itu di tangannya.“Tunggu saja tanggal mainnya, Mateo! Satu peluru dari senjata ini akan menghabisi nyawamu hanya dalam sekejap mata.”Dia meletakkan kembali senjata mematikan itu dengan hati-hati dan segera berlalu dan sana. Sekarang saatnya untuk menyiapkan serangan balas dendam. Tanpa menunggu lama, Mr. Ragnar langsung mengumpulkan semua pasukannya untuk memberikan informasi apa saja yang perlu diketahui dan dilakukan oleh pasukannya.Mr. Ragnar terlihat begitu berapi-api saat memberi perintah kepada anak buahnya. Dia geram karena putra satu-satunya harus mengalami semua itu. dendam yang membara di hatinya, seakan membakar jiwa dan raganya.“Laksanakan tugas kalian dengan benar, dan ingat, aku tidak menerima kata GAGAL!”“Baik, Tuan,” teriak pasukannya secara serempak. Mereka ada orang-orang terpilih yang sudah dilatih setiap hari untuk menghadapi setiap pertarungan yang terjadi. Siap atau tidak siap, mereka harus bersedia untuk dilempar ke m
Chloe dan Mateo masih tertidur pulas setelah permainan asmara mereka yang sangat membara tadi sore. Senyum indah terlihat di wajah mereka. Namun, kini senja mulai menghampiri, Sang Raja Siang bersiap-siap untuk kembali ke singgasananya. Cahaya temaram menghiasi mansion Chloe dan Mateo sehingga istana mereka terlihat elegan dan mewah. Namun, di balik keindahan matahari terbenam, terlihat beberapa pria bertubuh besar mengendap-endap di sekitar lokasi mansion itu. Mereka rupanya adalah anak buah dari Mr.Ragnar yang bersiap-siap untuk melakukan penyerangan sore itu.Tak jauh di pinggir tebing, ada seorang pria dengan senapan panjang dan teropong yang mengarah ke pintu utama mansion Mateo. Peluru dari senjata itu siap meluncur, mengenai sasaran yang tepat. Hanya satu orang yang tidak boleh terluka, malam ini, yaitu Chloe, karena dia adalah kunci dari kesuksesan keluarga Wesley.Beep, beep, beep ….Suara alarm berbunyi di smartwatch milik Mateo. Dengan cepat, pria itu terbangun dan melompa
“Tuan, saya setuju dengan pendapat Isac. Dulu, mungkin Tuan bisa sesuka hati memimpin perang tanpa memikirkan nasib dan nyawa, Tuan. Namun, sekarang, Tuan sudah berkeluarga dan sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.”Mateo mengakui kebenaran dari kata-kata kedua orang kepercayaannya, tapi dia juga seorang ketua yang harus memberi contoh dan berani menghadapi segala resiko yang ada.“Terima kasih untuk nasehat kalian, tapi aku harus ikut berperang.”“Tapi setidaknya, Tuan meminta restu dari Nyonya Chloe. Jadi kalau terjadi apa-apa, Nyonya sudah tahu harus berbuat apa.”Mateo berpikir sebentar, dan akhirnya memutuskan untuk menemui Chloe terlebih dahulu.“Kalian berangkatlah terlebih dahulu, aku akan segera menyusul.” Glenn dan Isac mengangguk dengan cepat, dan segera berlalu dari hadapan Mateo.“Eh, tunggu sebentar!” seru Mateo begitu menyadari sesuatu. Dia segara meraih tiga lembar rompi anti peluru, lalu memberikan kepada Glenn dan Isac. Tak lupa dia memakai satu untuk melindungi d
“Sayang,” panggil Mateo pelan sambil mengecup pipi Chloe dengan lembut. Sebenarnya, Mateo tidak rela membangunkan Chloe, tapi dia harus mendapat izin dan restu dari sang istri sebelum maju berperang. “Hmm,” gumam Chloe yang rupanya masih belum puas tidur menikmati waktu tidur yang begitu nyenyak.Mateo menarik napas panjang, menurutnya, ini berat sekali untuk diceritakan kepada Chloe. Dia malah memilih untuk membelai rambut Chloe yang panjang. Merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres, Chloe membuka matanya yang indah dan menatap sang suami.“Ada apa?”“Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan, tapi berjanjilah satu hal sebelum aku mengatakan hal ini kepadamu.”Chloe kini tahu bahwa ini adalah masalah serius. Dia pun bangkit dan duduk di samping Mateo.“Aku tidak bisa berjanji sebelum aku tahu pokok permasalahannya di mana,” ucapnya sambil meraih tangan Mateo dan menggenggamnya hangat. Melihat kesungguhan di mata Chloe, Mateo akhirnya berani mengatakan semua yang terjadi di luar sana.W
“Hmm, ternyata benar dugaanku, ada dua orang penembak bayaran. Untung aku mencari jalan lain.”Mateo menarik napas dan bersiap untuk menyerang orang tersebut. Sebenarnya bisa saja dia menembaknya dari sana, tapi dia ingin membuat orang itu mengaku siapa dalang dari semua ini. Dia akan mencari jawabannya. Prinsip Mateo adalah, darah ganti darah. Penderitaan dan luka di tubuh Glenn, akan dia balas dengan balasan yang setimpal.Sambil mengendap-endap, Mateo melompat dan menyergap penembak bayaran itu dari arah samping. Mereka berdua jatuh terguling-guling di pinggir jurang.“Brengsek!” maki orang itu kaget. Dia melompat berdiri dan memberikan satu bogem mentah ke arah Mateo.Mateo menangkis pukulan pria itu dan melayang satu tendangan memutar. Buhg! Tendangannya mengenai dada pria itu.Pembunuh atau penembak bayaran itu jatuh dengan pantat duluan, dia meraung kesakitan, tapi dengan cepat dia mengontrol dirinya.“Brengsek!” makinya, lalu meludah ke tanah dengan wajah memerah. "Cepat maju
“Bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini,” bisik Mateo. Dia meraih benda kecil yang terbuat dari besi dengan kualitas terbaik. Pisau kecil itu akan dia arahkan pada satu bagian vital dari tubuh pria itu. Mateo menghitung mundur dari angka tiga.“Tiga .., dua …, satu ….”Dia melempar pisau kecil itu dengan cepat.Blessssshhh …. Pisau itu menancap tepat di leher samping bagian kanan pria itu. Darah segar muncrat seperti kran air yang dibuka secara tiba-tiba. Dalam hitungan menit, pria itu terkapar tak berdaya. Cara seperti ini selalu Mateo gunakan untuk melumpuhkan lawan terlebih dahulu tanpa harus membuat mereka meregang nyawa seketika itu juga.Melihat lawannya sudah tergeltak di tanah, Mateo langsung melompat ke arah pria itu dan melumpuhkannya, kaki Mateo menekan bahu pria itu dengan salah satu kakinya.“”Gggggrrrrrhhh,” ucap pria itu tidak jelas. Sepertinya pisau itu mengenai saraf-saraf dan pita suara miliknya.Dengan sengaja, Mateo menginjak bahunya lebih kera
Pelan tapi pasti, Mateo mulai membidik satu persatu musuhnya dari arah belakang. Satu demi satu, orang-orang kiriman Mr. Ragnar tumbang. Kini tersisa hanya berapa orang saja yang masih bertahan. Tumpukan salju yang tadinya berwarna putih bersih, kini ternoda oleh darah dari para korban yang tewas atau pun yang terluka akibat pertempuran tadi.Tak menunggu lama, orang-orang yang menyerang mansionnya tumbang dan terkapar tak berdaya. Namun, hati Mateo nelangsa ketika melihat beberapa orang dari anak buahnya gugur dalam medan. Mateo duduk terpukur di sana, rasa sakit pada kakinya tidak dia hiraukan lagi. Dengan mengandalkan salah satu kakinya, Mateo menghampiri orang-orang pilihannya.“Tuan, tolong masuk kembali ke mansion, saya takut suasana masih belum terkendali,” ucap Isac menghampirinya. Mateo menatap Isac dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga disembunyikan rasa kehilangan yang mendera hatinya. Mungkin kalau Chloe ada di depannya, dia tidak akan malu memeluk istrinya dan menangis
“Bagaimana makanannya, enak?” tanya Magnus sambil mengambil sepotong ayam bakar dan mulai mengirisnya, lalu menyuapkan potongan itu ke mulut Freya. “Hmm, ini benar-benar enak sekali.” Freya memejamkan matanya menikmati makanan tersebut. Pujian demi pujian keluar dari bibirnya yang mungil. Bibir yang mampu menggoda Magnus saat dia tersenyum.“You are so beautiful,” ucap Magnus tersenyum lebar melihat Freya yang sampai menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik yang ada. Makanan yang enak, musik yang menenangkan, dan ditemani orang yang dicintai mau pun mencintai, sepertinya Freya tidak butuh apa-apa lagi saat ini.“Apakah kamu ingin berdansa denganku setelah ini?” Magnus menatap wajah Freya dengan berbinar-binar. Hanya doa yang terus dia panjatkan agar wanita ini berumur panjang dan bisa menghabiskan waktu bersamanya sampai mereka kakek nenek nanti.“Sure! Aku ingin berdansa dan menghabiskan hari bersamamu.”Magnus merengkuh bahu Freya dan mengecup kening wanita favoritenya i