Pelan tapi pasti, Mateo mulai membidik satu persatu musuhnya dari arah belakang. Satu demi satu, orang-orang kiriman Mr. Ragnar tumbang. Kini tersisa hanya berapa orang saja yang masih bertahan. Tumpukan salju yang tadinya berwarna putih bersih, kini ternoda oleh darah dari para korban yang tewas atau pun yang terluka akibat pertempuran tadi.Tak menunggu lama, orang-orang yang menyerang mansionnya tumbang dan terkapar tak berdaya. Namun, hati Mateo nelangsa ketika melihat beberapa orang dari anak buahnya gugur dalam medan. Mateo duduk terpukur di sana, rasa sakit pada kakinya tidak dia hiraukan lagi. Dengan mengandalkan salah satu kakinya, Mateo menghampiri orang-orang pilihannya.“Tuan, tolong masuk kembali ke mansion, saya takut suasana masih belum terkendali,” ucap Isac menghampirinya. Mateo menatap Isac dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga disembunyikan rasa kehilangan yang mendera hatinya. Mungkin kalau Chloe ada di depannya, dia tidak akan malu memeluk istrinya dan menangis
“Bagaimana makanannya, enak?” tanya Magnus sambil mengambil sepotong ayam bakar dan mulai mengirisnya, lalu menyuapkan potongan itu ke mulut Freya. “Hmm, ini benar-benar enak sekali.” Freya memejamkan matanya menikmati makanan tersebut. Pujian demi pujian keluar dari bibirnya yang mungil. Bibir yang mampu menggoda Magnus saat dia tersenyum.“You are so beautiful,” ucap Magnus tersenyum lebar melihat Freya yang sampai menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik yang ada. Makanan yang enak, musik yang menenangkan, dan ditemani orang yang dicintai mau pun mencintai, sepertinya Freya tidak butuh apa-apa lagi saat ini.“Apakah kamu ingin berdansa denganku setelah ini?” Magnus menatap wajah Freya dengan berbinar-binar. Hanya doa yang terus dia panjatkan agar wanita ini berumur panjang dan bisa menghabiskan waktu bersamanya sampai mereka kakek nenek nanti.“Sure! Aku ingin berdansa dan menghabiskan hari bersamamu.”Magnus merengkuh bahu Freya dan mengecup kening wanita favoritenya i
“Berdansalah denganku,” pinta Magnus gentleman. Freya tertawa lebar, dan mulai menari dengan riang. Dia benar-benar menikmati momen yang ada saat itu. Baru saja mereka berdansa sebentar, Freya tiba-tiba berhenti dan mengerutkan keningnya.“Aaaakkkhhhm,” pekiknya tertahan. Dia memegang perutnya yang terasa begitu sakit, seperti ada sebilah belati yang menusuk-nusuk perutnya. Rasa sakit itu seakan ingin membunuhnya saat itu juga.“Freya!” seru Magnus kaget. Dia langsung menangkap tubuh Freya yang limbung dan hampir terjatuh."Perutku, s-sakit sekali. Tolong aku ....""Help!!! Call the ambulance right now!!" Para pengunjung restaurant itu heboh melihat apa yang terjadi di depan mereka. Beberapa orang bertindak dengan cepat dan menanyakan apakah Magnus perlu bantuan dari mereka.“Kosongkan ruang VVIP,” perintah Magnus dengan cepat, dia yang panik, langsung menggendong Freya ke arah ruang VVIP sambil menunggu mobil ambulance datang untuk memberikan pertolongan.Dengan pelan Magnus membar
“Tapi aku mau telepon mommy sekarang, Auntie. Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan mommy.”“Hmm, bagaimana kalau kita menelepon mommy setelah auntie selesai menyiapkan bekal untukmu?““Benarkah?”“Iya, sekarang kamu duduk dulu di sana sambil menunggu auntie selesai dengan semua ini.”Samuel mengangguk dan terlihat puas dengan janji Chloe. Dia segera menarik sebuah kursi dan menunggu dengan sabar di sana. Chloe pun segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu mendekati Samuel.“Kita telepon mommy sekarang. Apakah kamu sudah siap?”“Yeaaahhh …,” seru Samuel dengan senyum merekah.Chloe menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, entah kenapa, instingnya mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pada orang yang paling dekat dengannya. Sambil menahan perasaan yang tidak nyaman itu, dia berusaha tersenyum di depan Samuel.Chloe pun menyambungkan panggilannya ke nomor ponsel Freya, nada dering terdengar beberapa kali, tapi panggilan mereka tidak dijawab.Samuel dan Chloe menanti deng
Setelah menerima telepon dari Magnus dan mendengar berita tentang Freya, Chloe menutup telepon dan menghambur ke dalam pelukan Mateo. Tangisannya pecah dalam dekapan pria itu. Dengar sabar, Mateo menunggu sampai Chloe tenang dan menceritakan semua yang telah terjadi. Dengan air mata berlinang, Chloe memberiahukan semua kepada Mateo. Dia benar-benar terpukul dengan berita yang baru saja dia."Ini sangat menyedihkan," ucap Mateo menanggapi apa yang disampaikan oleh sang istri. Sambil mendengar cerita Chloe, tak henti-hentinya dia membelai rambut wanita itu untuk menenangkan hatinya.“Kita harus berangkat sekarang,” ucap Chloe begitu selesai mengatakan semuanya kepada Mateo.“Baik, aku akan meminta Isac untuk menyiapkan mobil.”Chloe segera meminta seorang pelayan untuk mengawasi Samuel kalau-kalau anak itu terbangun dan mencari dirinya. Tak lama kemudian, mereka segera berangkat ke rumah sakit.Sepanjang perjalanan, Chloe terlihat begitu gelisah, dia tidak bisa duduk diam dan terus men
“Semoga putri kita baik-baik saja, sayang,” ucap Mrs. Chriss dengan wajah pilu.“Aku juga berharap yang sama.” Pling! Terdengar bunyi pintu otomatis terbuka dari arah ruangan intensif tempat Freya diperiksa. Sontak semua mata langsung tertuju ke arah pintu tersebut.Seorang dokter dengan jubah putih keluar dari sana dan celingak-celinguk seakan sedang mencari seseorang. “Keluarga dari pasien yang bernama Freya Alberta?”Mr. dan Mrs. Chriss langsung berhamburan dan mendekati dokter tersebut. “Kami keluarga dari Freya Alberta.”“Baik! Silahkan ikut saya ke kantor.”Mr. dan Mrs. Chriss terlihat langsung panik, dengan langkah-langkah panjang, mereka mengikuti dokter itu ke ruang kantornya.“Silahkan duduk, Tuan dan Nyonya. Kenalkan, saya dokter Daniel.”Kedua orang tua Freya segera memperkenalkan diri mereka.“Saya adalah dokter yang menangani proses pemeriksaan terhadap pasien yang bernama Freya.”“Terima kasih, Dokter. Bagaimana kondisi anak kami sekarang?”“Hmm, sebentar, saya siapka
“Mrs. Chriss, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Chloe pelan.“Kita harus menunggu lagi selama tiga jam, kalau kondisi Freya masih kritis juga, maka mereka akan mengambil tindakan operasi.”Magnus yang tidak tahan mendengar berita itu, segera berjalan dengan cepat ke ujung lorong. Dia terpukul, dan saat ini dia membutuhkan ruang untuk bernapas. “Magnus, tunggu sebentar,” teriak Mr. Chriss. Dia berlari mendekati Magnus yang terlihat putus asa dan tak bersemangat.Magnus menghentikan langkahnya dan menunggu kedatangan Mr. Chriss. Dia sudah siap menerima kemarahan pria itu. Magnus sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan terbesar di hidupnya. Andai waktu bisa diputar, tentu saja dia sudah melakukannya dari tadi.“Maafkan aku atas tindakan dan perkataanku yang kasar tadi,” ucap Mr. Chriss pelan. Dia menatap pria muda yang dicintai oleh putrinya itu. Mr. Chriss bisa melihat kesedihan yang mendalam yang terlukis dengan jelas di wajah Magnus. Hal itu membuat dia tahu bahwa Magnus
Plak …, plak …, plak …. Tamparan demi tamparan mengenai wajah Fredic, anak buah dari Mr. Ragnar. “Apakah kamu sudah lupa satu hal yang paling aku benci?” teriak Mr. Ragnar dengan suara yang menggelegar. “Tidak, saya tidak pernah lupa hal itu, Tuan.”“Katakan, apa hal yang paling aku benci!” bentak Mr. Ragnar sambil kembali melayangkan tamparan ke pipi Fredic yang sudah biru lembam. Sudut bibir pria itu pecah dan mengeluarkan darah yang segar.“Tuan tidak suka kata ‘gagal,’” ucap Fredic ketakutan.“Lalu kenapa kamu masih melakukan hal itu kalau kamu sudah tahu bahwa aku benci akan hal itu?”“Maafkan aku, Tuan.”Bugh! Lagi, lagi, tendangan yang bertubi-tubi mendera tubuh Fredic sehingga dia jatuh dengan keras ke atas lantai. Namun, bukannya puas melihat Fredic yang sudah terkulai tak berdaya di sana, pria itu malah mendekati Fredic dan menendang wajah dan perut pria itu dengan sadisnya. Wajah Mr. Ragnar terlihat sangat bengis dan menyerupai pembunuh berdarah dingin. Tidak ada kata am