Plak …, plak …, plak …. Tamparan demi tamparan mengenai wajah Fredic, anak buah dari Mr. Ragnar. “Apakah kamu sudah lupa satu hal yang paling aku benci?” teriak Mr. Ragnar dengan suara yang menggelegar. “Tidak, saya tidak pernah lupa hal itu, Tuan.”“Katakan, apa hal yang paling aku benci!” bentak Mr. Ragnar sambil kembali melayangkan tamparan ke pipi Fredic yang sudah biru lembam. Sudut bibir pria itu pecah dan mengeluarkan darah yang segar.“Tuan tidak suka kata ‘gagal,’” ucap Fredic ketakutan.“Lalu kenapa kamu masih melakukan hal itu kalau kamu sudah tahu bahwa aku benci akan hal itu?”“Maafkan aku, Tuan.”Bugh! Lagi, lagi, tendangan yang bertubi-tubi mendera tubuh Fredic sehingga dia jatuh dengan keras ke atas lantai. Namun, bukannya puas melihat Fredic yang sudah terkulai tak berdaya di sana, pria itu malah mendekati Fredic dan menendang wajah dan perut pria itu dengan sadisnya. Wajah Mr. Ragnar terlihat sangat bengis dan menyerupai pembunuh berdarah dingin. Tidak ada kata am
“Freya telah bebas dari masa kritisnya,” ucap Dokter Daniel sambil tersenyum puas.“Bolehkah kami menjenguknya sekarang?” tanya Mr. Chriss penuh harap.“Boleh, tapi kami hanya memperbolehkan dua orang saja untuk saat ini.”“Baik, Dokter.”Mereka pun bergantian menjenguk Freya. Walaupun Freya belum sadar, tapi kebahagiaan terlukis jelas di wajah mereka. Setelah selesai menemui Freya, Chloe dan Mateo harus pamit pulang. Mereka tidak mau membuat Samuel kepikiran saat bocah itu terbangun nanti.“Tunggu sebentar, Chloe. Ada yang ingin kami bicarakan,” ucap Mr. Chriss sambil menahan Chloe dan mengajak wanita itu untuk duduk bersamanya di sebuah bangku panjang. Mr. Chriss dan Mateo ikut bergabung, kini hanya Magnus yang sedang menemani Freya. Tak henti-hentinya pria itu menggenggam dan mengecup punggung tangan wanita yang dicintainya itu. Betapa bersyukurnya dia melihat wajah Freya yang sudah terlihat segar kembali.“Ada apa ya?” tanya Chloe dengan wajah penasaran. Matanya yang bulat dan in
“Sayang, aku akan mencoba menabrak gundukan salju di pinggir jalan, hanya dengan cara itu, kita bisa menghentikan laju mobil ini.”“Tapi itu berbahaya untuk anak kembar kita?” protes Chloe dengan mata membelalak. Mateo berusaha untuk tenang walaupun hatinya dipenuhi kecemasan.“Nyalakan lampu darurat!” perintah Chloe sambil menatap ngeri sebuah mobil pick up yang melaju ke arah mereka.“Aaaaahhh,” jerit Chloe penuh ketakutan. Dia mencengkram pegangan di pintu mobil dengan sangat kuat.Mateo mengarahkan pandangan ke depan sambil tangannya menyalakan lampu darurat. Mobil-mobil di belakangnya yang tadinya ramai membunyikan klakson, segera menghentikan tindakan mereka begitu tahu bahwa mobil Mateo sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Begitu mobil pick itu semakin mendekat dari arah yang berlawanan, Mateo kembali memperlambat laju mobil dengan cara menurunkan gear pada tombol di sampingnya. Dengan cekatan, Mateo membanting setir ke arah kiri dan tetap menjaga agar posisi mobil tetap
“Kenapa bisa tiba-tiba rem mobil ini bermasalah?” tanya Chloe penasaran.“Aku tidak tahu.”“Apakah kamu sedang mencurigai seseorang?” Mateo mengangguk cepat, tapi dia tidak bisa langsung menuduh atau pun menebak siapa yang telah melakukan tindakan licik ini. Namun, Mateo berjanji akan mengejar manusia yang telah berani bermain-main dengan nyawa Chloe, dan ketiga anak kembarnya.“Aku akan mencari tahu siapa yang telah melakukan semua ini.”Chloe memeluk Mateo, ia mencari kenyamanan di dalam dekapan sang suami. Mateo membiarkan Chloe dalam pelukannya. Dia segera menelpon Isac dan meminta anak buahnya itu untuk membawakan sebuah mobil yang lain untuknya. Tak lama kemudian, Isac tiba di tempat tujuan. Chloe dan Mateo segera balik ke istana mereka. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya mereka mengucap syukur atas keselamatan yang telah mereka dapatkan.Setibanya di mansion, Chloe mendatangi kamar Samuel, dibukanya pintu dengan pelan dan menghampiri bocah yang sedang tertidur lelap itu
“Maaf, Tuan, ada sesuatu yang ingin saya laporkan kepada, Tuan.”“Silahkan, Isac”“Bagian mekanik mobil sudah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada mobil yang Tuan gunakan hari ini.”“Lalu? Apa hasilnya?” tanya Mateo tidak sabar. Bukan tanpa alasan Mateo bersikap seperti itu, setiap kali mengingat kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu, dia geram dan ingin segera mencari pelakunya. “Mobil Tuan telah dirusak secara sengaja oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.”Brak! Mateo menggebrak meja di depannya sampai tangannya terasa kebas.“Ini videonya, Tuan. Silahkan lihat letak kesalahannya di mana.”Isac menyalakan tombol video dan rekaman hasil pemeriksaan dari mobil mewahnya kini mulai berputar.Mereka berdua terdiam sambil mempelajari video itu. Berkali-kali, Mateo menggeram kesal saat melihat kerusakan parah yang dialami mobilnya. Namun, bukan karena kerusakan itu yang membuatnya marah, tapi membayangkan kalau sampai terjadi sesuatu pada mereka tadi, itu yang membuat da
“Tuan, ini semua hasil rekaman CCTV yang sudah saya kumpulkan,” lapor Isac sambil menyerahkan sebuah flashdisk kepada Mateo yang sedang memeriksa bisnis yang akan dia bangun untuk Chloe nantinya.“Terima kasih, aku akan melihatnya nanti.”“Siap , Tuan.”“Ikut aku sekarang,” ajak Mateo sambil berjalan ke arah pintu. Isac yang tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Tuannya, hanya bisa mengikuti dari belakang tanpa banyak bertanya. Mereka berdua terus berjalan menuju ruang bawah tanah. Di sana ada ruangan khusus yang biasa dipakai oleh Mateo untuk menyiksa tawanannya. Ruangan itu benar-benar terisolasi dan bahkan hanya beberapa orang saja yang tahu tentang keberadaan tempat itu.Begitu tiba di depan pintu besi, Mateo segera menekan satu tombol untuk mengaktifkan layar kecil di depannya. Setelah itu, dia memasukkan sidik jarinya dan voila, pintu itu pun terbuka. Seorang penjaga yang sedang menjaga para tahanan dari pertarungan beberapa hari yang lalu, segera menunduk hormat begitu menge
“Siapkan pasukan terbaik, kita akan segera menangkap manusia tidak berguna itu.”“Baik, Tuan!"“Aku mau kalian berangkat sekarang juga dan seret orang itu ke sini.”“Siap laksanakan.”Mateo segera menutup panggilan dan mengirim foto pria yang sudah merusak mobilnya, beserta alamat dan tempat-tempat di mana saja orang itu bisa dicari.“Kita lihat saja sampai di mana kamu akan bertahan, jahanam.” Mateo mematikan layar laptop-nya, lalu menuju ke kamar. Namun, sebelum dia mencapai pintu kamar, seorang pelayan berlari terbirit-birit ke arahnya.“Tuan! Tolong, Tuan!” serunya dengan napas tersengal-sengal.“Kenapa? Ada apa?” tanya Mateo sambil menatap pelayannya itu dengan wajah tenang.“Mrs. Ryder, Tuan, Mrs. Ryder …,” ucap pelayan itu dengan panik. Mendengar nama mommynya disebut, Mateo langsung mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak beres.“Kenapa dengan mommyku?” sentak Mateo tidak sabar. Lagi-lagi pelayan pribadi Mrs. Ryder harus mengatur napasnya sebelum memberitahukan masalah yang se
Langkah kaki Chloe terhenti di tengah-tengah kamar milik Mrs. Ryder. Matanya menyusuri setiap sudut dari ruangan itu dan mencari sesuatu yang bisa menuntunnya untuk bisa menemukan keberadaan wanita itu. Tanpa terasa, pandangan matanya pada jendela di depannya. Tidak ada yang salah dengan jendela itu, tapi Chloe merasa kalau sudah ada sesuatu yang tidak beres.Didekatinya jendela itu dan selihat sesuatu di sana.“Sayang,” seru Chloe tercekat. “Cepat ke sini!”Mateo segera mendekati istri dan berusaha memahami apa yang terjadi di sana. Jiwanya sebagai seorang Mafia langsung menyala saat itu juga.Chloe hanya terdiam, sorot matanya tak pernah lepas dari bagian luar yang tampak tenang dengan gunung salju yang terlihat seperti permadani putih yang lembut tapi dingin membeku.Serpihan-serpihan putih kristal salju menari-nari di udara, lalu jatuh menumpuk bersama tumpukan salju lainnya. “Apakah ada sesuatu yang mencurigakan?” tanya Mateo penasaran. Dia memang mulai merasa ada sesuatu yang
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat