“Bersiaplah untuk mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini,” bisik Mateo. Dia meraih benda kecil yang terbuat dari besi dengan kualitas terbaik. Pisau kecil itu akan dia arahkan pada satu bagian vital dari tubuh pria itu. Mateo menghitung mundur dari angka tiga.“Tiga .., dua …, satu ….”Dia melempar pisau kecil itu dengan cepat.Blessssshhh …. Pisau itu menancap tepat di leher samping bagian kanan pria itu. Darah segar muncrat seperti kran air yang dibuka secara tiba-tiba. Dalam hitungan menit, pria itu terkapar tak berdaya. Cara seperti ini selalu Mateo gunakan untuk melumpuhkan lawan terlebih dahulu tanpa harus membuat mereka meregang nyawa seketika itu juga.Melihat lawannya sudah tergeltak di tanah, Mateo langsung melompat ke arah pria itu dan melumpuhkannya, kaki Mateo menekan bahu pria itu dengan salah satu kakinya.“”Gggggrrrrrhhh,” ucap pria itu tidak jelas. Sepertinya pisau itu mengenai saraf-saraf dan pita suara miliknya.Dengan sengaja, Mateo menginjak bahunya lebih kera
Pelan tapi pasti, Mateo mulai membidik satu persatu musuhnya dari arah belakang. Satu demi satu, orang-orang kiriman Mr. Ragnar tumbang. Kini tersisa hanya berapa orang saja yang masih bertahan. Tumpukan salju yang tadinya berwarna putih bersih, kini ternoda oleh darah dari para korban yang tewas atau pun yang terluka akibat pertempuran tadi.Tak menunggu lama, orang-orang yang menyerang mansionnya tumbang dan terkapar tak berdaya. Namun, hati Mateo nelangsa ketika melihat beberapa orang dari anak buahnya gugur dalam medan. Mateo duduk terpukur di sana, rasa sakit pada kakinya tidak dia hiraukan lagi. Dengan mengandalkan salah satu kakinya, Mateo menghampiri orang-orang pilihannya.“Tuan, tolong masuk kembali ke mansion, saya takut suasana masih belum terkendali,” ucap Isac menghampirinya. Mateo menatap Isac dengan mata berkaca-kaca. Sekuat tenaga disembunyikan rasa kehilangan yang mendera hatinya. Mungkin kalau Chloe ada di depannya, dia tidak akan malu memeluk istrinya dan menangis
“Bagaimana makanannya, enak?” tanya Magnus sambil mengambil sepotong ayam bakar dan mulai mengirisnya, lalu menyuapkan potongan itu ke mulut Freya. “Hmm, ini benar-benar enak sekali.” Freya memejamkan matanya menikmati makanan tersebut. Pujian demi pujian keluar dari bibirnya yang mungil. Bibir yang mampu menggoda Magnus saat dia tersenyum.“You are so beautiful,” ucap Magnus tersenyum lebar melihat Freya yang sampai menggoyang-goyangkan badannya mengikuti irama musik yang ada. Makanan yang enak, musik yang menenangkan, dan ditemani orang yang dicintai mau pun mencintai, sepertinya Freya tidak butuh apa-apa lagi saat ini.“Apakah kamu ingin berdansa denganku setelah ini?” Magnus menatap wajah Freya dengan berbinar-binar. Hanya doa yang terus dia panjatkan agar wanita ini berumur panjang dan bisa menghabiskan waktu bersamanya sampai mereka kakek nenek nanti.“Sure! Aku ingin berdansa dan menghabiskan hari bersamamu.”Magnus merengkuh bahu Freya dan mengecup kening wanita favoritenya i
“Berdansalah denganku,” pinta Magnus gentleman. Freya tertawa lebar, dan mulai menari dengan riang. Dia benar-benar menikmati momen yang ada saat itu. Baru saja mereka berdansa sebentar, Freya tiba-tiba berhenti dan mengerutkan keningnya.“Aaaakkkhhhm,” pekiknya tertahan. Dia memegang perutnya yang terasa begitu sakit, seperti ada sebilah belati yang menusuk-nusuk perutnya. Rasa sakit itu seakan ingin membunuhnya saat itu juga.“Freya!” seru Magnus kaget. Dia langsung menangkap tubuh Freya yang limbung dan hampir terjatuh."Perutku, s-sakit sekali. Tolong aku ....""Help!!! Call the ambulance right now!!" Para pengunjung restaurant itu heboh melihat apa yang terjadi di depan mereka. Beberapa orang bertindak dengan cepat dan menanyakan apakah Magnus perlu bantuan dari mereka.“Kosongkan ruang VVIP,” perintah Magnus dengan cepat, dia yang panik, langsung menggendong Freya ke arah ruang VVIP sambil menunggu mobil ambulance datang untuk memberikan pertolongan.Dengan pelan Magnus membar
“Tapi aku mau telepon mommy sekarang, Auntie. Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan mommy.”“Hmm, bagaimana kalau kita menelepon mommy setelah auntie selesai menyiapkan bekal untukmu?““Benarkah?”“Iya, sekarang kamu duduk dulu di sana sambil menunggu auntie selesai dengan semua ini.”Samuel mengangguk dan terlihat puas dengan janji Chloe. Dia segera menarik sebuah kursi dan menunggu dengan sabar di sana. Chloe pun segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu mendekati Samuel.“Kita telepon mommy sekarang. Apakah kamu sudah siap?”“Yeaaahhh …,” seru Samuel dengan senyum merekah.Chloe menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sakit, entah kenapa, instingnya mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pada orang yang paling dekat dengannya. Sambil menahan perasaan yang tidak nyaman itu, dia berusaha tersenyum di depan Samuel.Chloe pun menyambungkan panggilannya ke nomor ponsel Freya, nada dering terdengar beberapa kali, tapi panggilan mereka tidak dijawab.Samuel dan Chloe menanti deng
Setelah menerima telepon dari Magnus dan mendengar berita tentang Freya, Chloe menutup telepon dan menghambur ke dalam pelukan Mateo. Tangisannya pecah dalam dekapan pria itu. Dengar sabar, Mateo menunggu sampai Chloe tenang dan menceritakan semua yang telah terjadi. Dengan air mata berlinang, Chloe memberiahukan semua kepada Mateo. Dia benar-benar terpukul dengan berita yang baru saja dia."Ini sangat menyedihkan," ucap Mateo menanggapi apa yang disampaikan oleh sang istri. Sambil mendengar cerita Chloe, tak henti-hentinya dia membelai rambut wanita itu untuk menenangkan hatinya.“Kita harus berangkat sekarang,” ucap Chloe begitu selesai mengatakan semuanya kepada Mateo.“Baik, aku akan meminta Isac untuk menyiapkan mobil.”Chloe segera meminta seorang pelayan untuk mengawasi Samuel kalau-kalau anak itu terbangun dan mencari dirinya. Tak lama kemudian, mereka segera berangkat ke rumah sakit.Sepanjang perjalanan, Chloe terlihat begitu gelisah, dia tidak bisa duduk diam dan terus men
“Semoga putri kita baik-baik saja, sayang,” ucap Mrs. Chriss dengan wajah pilu.“Aku juga berharap yang sama.” Pling! Terdengar bunyi pintu otomatis terbuka dari arah ruangan intensif tempat Freya diperiksa. Sontak semua mata langsung tertuju ke arah pintu tersebut.Seorang dokter dengan jubah putih keluar dari sana dan celingak-celinguk seakan sedang mencari seseorang. “Keluarga dari pasien yang bernama Freya Alberta?”Mr. dan Mrs. Chriss langsung berhamburan dan mendekati dokter tersebut. “Kami keluarga dari Freya Alberta.”“Baik! Silahkan ikut saya ke kantor.”Mr. dan Mrs. Chriss terlihat langsung panik, dengan langkah-langkah panjang, mereka mengikuti dokter itu ke ruang kantornya.“Silahkan duduk, Tuan dan Nyonya. Kenalkan, saya dokter Daniel.”Kedua orang tua Freya segera memperkenalkan diri mereka.“Saya adalah dokter yang menangani proses pemeriksaan terhadap pasien yang bernama Freya.”“Terima kasih, Dokter. Bagaimana kondisi anak kami sekarang?”“Hmm, sebentar, saya siapka
“Mrs. Chriss, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Chloe pelan.“Kita harus menunggu lagi selama tiga jam, kalau kondisi Freya masih kritis juga, maka mereka akan mengambil tindakan operasi.”Magnus yang tidak tahan mendengar berita itu, segera berjalan dengan cepat ke ujung lorong. Dia terpukul, dan saat ini dia membutuhkan ruang untuk bernapas. “Magnus, tunggu sebentar,” teriak Mr. Chriss. Dia berlari mendekati Magnus yang terlihat putus asa dan tak bersemangat.Magnus menghentikan langkahnya dan menunggu kedatangan Mr. Chriss. Dia sudah siap menerima kemarahan pria itu. Magnus sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan terbesar di hidupnya. Andai waktu bisa diputar, tentu saja dia sudah melakukannya dari tadi.“Maafkan aku atas tindakan dan perkataanku yang kasar tadi,” ucap Mr. Chriss pelan. Dia menatap pria muda yang dicintai oleh putrinya itu. Mr. Chriss bisa melihat kesedihan yang mendalam yang terlukis dengan jelas di wajah Magnus. Hal itu membuat dia tahu bahwa Magnus
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat