"Akhhh... Apa yang terjadi pada tubuhku...?"
Chloe menggeliat resah. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya. Seluruh tubuhnya berdenyut-denyut penuh gairah.
Di hadapannya, seorang pria tampan nan kekar tengah berada di atas tubuhnya.
Sebelumnya, Chloe tengah berada di pesta lajang yang diadakan untuknya sebab seminggu lagi ia akan melangsungkan pernikahan.
Dalam keadaan sedikit mabuk, Chloe yang tengah menikmati pesta itu tanpa sadar mengambil sebuah minuman yang disodorkan oleh salah satu temannya.
Namun, justru minuman itu semakin membuat kepalanya pusing serta tubuhnya menjadi terasa panas. Sampai akhirnya, ia meminta salah satu temannya untuk mengantarnya ke kamar untuk beristirahat.
Tetapi, bukan kamarnya, ia justru masuk ke sebuah kamar lain yang mengantarkannya pada keadaannya sekarang.
Saat ini, ditatapnya pria asing yang tengah menindih tubuhnya dengan kasar.
“S-siapa kamu?” bisiknya lirih. Dia mencoba untuk mengontrol gairah yang ada dalam tubuhnya, tapi terasa sia-sia.
Pria itu tidak menjawab, tapi dengan agresif, dia melumat bibir Chloe.
Chloe tertegun. Tubuhnya menegang dan menginginkan hal itu, tapi pikirannya jelas menolak dengan tegas.
“Tolong lepaskan aku.”
“Maaf, Nona! Aku tak bisa lagi menahannya!” lenguhnya dengan suara serak. Suaranya berat dan ada aksen British di sana.
Tubuh Chloe menegang.
‘Jelas-jelas, pria ini sudah salah sasaran.’
“Please, aku bukan kekasihmu. Aku mohon, berhentilah!”
“Maaf Nona, aku tak bisa menahan gejolak ini!”
Chloe meronta-ronta dan berusaha membebaskan dirinya dari pelukan pria itu.
“Aku tidak akan melukaimu..."
Dari cara berbicaranya, Chloe tahu pria di hadapannya ini benar-benar berusaha keras menjaga kesadarannya.
“Dengarkan baik-baik. Aku sudah punya seorang kekasih dan kami sudah bertunangan.”
Chloe berusaha menjelaskan, tetapi dia sendiri pun dalam keadaan terangsang karena pengaruh obat perangsang yang telah dicampurkan ke dalam minumannya oleh seseorang.
Gadis itu mendorong tubuh pria tak dikenalnya itu dengan sekuat tenaga, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan pria yang bertubuh kekar itu.
“Diam, Nona! Aku akan melakukannya dengan cepat!”
Chloe mengerjap-ngerjapkan matanya di bawah tindihan tubuh berotot pria itu.
“Hmmppt, l-lepas! Kau mungkin telah salah masuk kamar, dan aku bukan kekasihmu.”
Chloe memukuli lengan kekar pria itu, tetapi alih-alih terlepas, malah pria itu menangkup kedua tangan Chloe, meletakkan-nya ke atas kepalanya dan mengunci pergerakan gadis itu.
Pria itu mulai menciumi leher dan dadanya, meninggalkan jejak kemerahan di sana.
Chloe mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia berusaha mengumpulkan potongan puzzle ingatannya yang berceceran di mana-mana. Namun, semakin dia berusaha untuk mengingat semua itu, dia semakin pusing.
“Aaakkhh,” jerit Chloe dengan keras di kala pria itu meremas dadanya, serta merobek paksa dress yang dikenakannya dan melemparnya ke sembarang tempat.
Air matanya berderai tanpa bisa dibendung. Dia tidak pernah menginginkan semua ini terjadi.
Rasa takut seakan menggerogoti tulang-tulang Chloe. Dia ingin melepaskan diri, tapi apa pun usahanya, semuanya sia-sia belaka.
Suara tangisan dari Chloe dan lenguhan dari pria itu memenuhi kamar hotel yang bercahaya redup itu.
Gadis itu menangis ketika merasakan sesuatu telah terkoyak dalam dirinya. Tubuhnya bergetar. Bukan hanya tubuhnya sakit, tapi untuk bernapas saja dia perlu kekuatan ekstra.
Rasa takut, sakit, perih dan nikmat bercampur menjadi satu.
Chloe terus terisak dalam diam. Dia tidak berani menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Hatinya hancur dan masa depan di hadapannya, buram dan kelam.
*
Chloe sempat jatuh tertidur karena lelah yang mendera tubuhnya. Tapi tidurnya sangat tidak nyaman, karena mimpi buruk yang datang silih berganti dalam tidurnya.
Dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan kenangan akan kejadian semalam berputar-putar di otaknya.
Air mata Chloe tumpah ruah. Dia sekarat, kesakitan dan merasa malu pada dirinya sendiri. Entah perbuatan terkutuk siapa, sehingga dia harus mengalami semua ini.
Pernikahannya yang sudah menantinya di depan pintu gerbang, kini seperti berlari menjauh dari hadapannya.
Ditatapnya jam dinding yang terus berdetak tanpa lelah.
‘Rupanya sudah jam tujuh pagi. Aku harus pergi dari sini sebelum pria ini terbangun.’
Chloe menahan napas ketika mendengar suara dengkuran halus dari pria yang telah merenggut mahkotanya dengan paksa itu.
‘Mungkin aku bisa menelpon Albert untuk menjemputku.’
Memikirkan Albert saja, membuat dia menggigil kedinginan. Kekasih dan tunangannya yang sangat mencintainya.
Chloe menyentuh tangan pria itu untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar tertidur pulas.
Setelah yakin, dengan perlahan Chloe berusaha melepaskan diri dari dekapan pria itu. Diangkatnya lengan pria itu agar dia bisa berguling ke samping.
Seluruh tubuhnya terasa remuk. Chloe mencoba untuk bangkit, tapi rasa sakit menyerang bagian intimnya.
Rasanya dia ingin berbaring saja di sana dan menunggu ajal menjemputnya.
'Apa yang akan aku katakan pada Albert? Apakah dia mau memaafkanku dan menerimaku apa adanya?'
Chloe kembali terisak. Sambil menggigit bibirnya menahan perih di pangkal pahanya, dia mendorong tubuhnya dengan perlahan.
Dia hampir memekik kaget ketika melihat darah yang mengalir dengan pelan dari belahan pahanya. Bercak merah di bed cover seakan mengingatkan dia bahwa bagian terbaik dari dirinya telah tiada.
Hatinya hancur berkeping-keping. Sesuatu yang berharga telah direnggut dengan paksa oleh seorang pria yang mana bukanlah suami atau pun kekasihnya.
Gadis itu memijat pelipisnya karena sakit kepala yang tiba-tiba menyerangnya. Dia duduk di pinggiran tempat tidur dan mencoba menenangkan dirinya.
‘Semalam, aku sedang bersama teman-temanku merayakan pesta malam lajang-ku. Tetapi kenapa aku bisa berakhir di dalam kamar hotel ini bersama pria asing ini?’
Chloe menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kalut. Dia mengedarkan pandangannya dan menyisiri setiap sudut dari kamar hotel itu, lalu pandangannya terhenti pada pakaian mereka yang berhamburan di atas lantai.
Dia melihat dressnya yang berwarna merah tua tergeletak begitu saja di atas lantai. Tali punggung dress itu terlihat sudah putus, dan bagian dada dari dress itu sudah robek.
Bagi Chloe, sangat mustahil untuk mengenakan dress itu lagi, kecuali kalau dia sudah putus urat malunya, dan keluar dari kamar ini dengan pakaian compang-camping.
‘Biar bagaimana pun, aku harus bisa keluar dari tempat ini’ pikir Chloe sambil memutar otak untuk mencari jalan keluar. Lalu matanya tertuju pada jaket pria itu.
Dengan langkah tertatih-tatih, dia memungut pakaian dalam dan dressnya. Dikenakannya pakaian yang dimiliki, lalu ia meraih jaket pria itu.
‘Maaf, aku terpaksa harus meminjam jaket-mu.’
Dia menoleh ke arah samping di mana terdapat toilet di sana.
Diseretnya langkah kakinya dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan darah di pangkal pahanya dengan beberapa lembar tisu.
Setelah merasa cukup bersih, Chloe segera membilas wajahnya dengan air dingin. Dia butuh kesegaran saat ini. Air dingin menyentuh wajahnya dan memberikan rasa sejuk yang dia butuhkan.
Diambilnya selembar tisu dan mengeringkan wajahnya.
Chloe membuka pelan pintu kamar mandi dan memantapkan langkah kakinya menuju pintu keluar.
Dia berjanji, begitu dia menutup pintu itu, maka semua kenangan dan peristiwa yang telah terjadi, akan dia tutup selamanya.
Bersambung...
"Satu-satunya cara untuk bertahan dalam kegelapan malam adalah dengan terus berjalan sampai pagi itu menghampirimu." - Chloe Adams-
Dengan langkah pasti, Chloe keluar dari ruangan itu. Dia tidak mau berbalik. Masa depannya bersama Albert ada di depan sana. Dia hanya perlu melangkah untuk menggapainya. Namun, di dalam hatinya, Chloe tahu bahwa peristiwa semalam, akan meninggalkan bekas yang sulit dihapus. Chloe berjalan menuju lift yang berada di ujung koridor. Sambil berjalan, dia memikirkan tentang apa yang akan dia katakan kepada Albert saat mereka bertemu nanti dan konsekuensi apa yang akan dia hadapi sebentar lagi. Ting! Pintu lift itu terbuka, dia tergesa-gesa memasuki lift tersebut. Dengan tangan yang gemetar Chloe menekan angka satu pada panel lift. Netra Chloe menatap angka yang terus bergerak turun. Dia sudah tidak sabar lagi untuk segera keluar dari sana. Perasaannya sangat kacau. Ia tidak tahu harus memasang wajah seperti apa saat bertemu dengan Albert nanti. Pria itu pasti akan marah besar kalau sampai tahu bahwa dia telah menghabiskan malamnya dengan seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali
"Apakah kamu tidak mendengarkan kata-kataku tadi? Keluar dari mobilku sekarang juga." “Are you crazy? Di luar dingin sekali! Kamu tidak bisa membuangku di jalanan dengan begitu saja!” teriak Chloe gusar. Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Albert sekarang. “Jangan pernah berteriak seperti itu padaku!” bentak Albert dengan wajah memerah. “Tapi kamu sudah keterlaluan!” “Aku bersikap seperti ini, karena tingkahmu juga sudah keterlaluan!” “Tidak pernah terlintas sedikitpun untuk mengkhianatimu, Albert.” Albert memaki-maki dalam dalam hati. Niatnya awalnya adalah untuk menjebak Mateo, tapi semua malah berbalik menyerang dirinya. Rencananya menjadi boomerang baginya. “Apakah kamu menikmati percintaan itu?” “Pertanyaan yang gila. Aku sedang dalam keadaan terangsang karena pengaruh obat sialan itu, jadi aku tidak sadar apa yang telah kulakukan.” “Damn it! Aku tidak bisa memaafkanmu saat ini. Tolong keluar dari mobil ini sekarang.” “Albert, please….” “Itu tidak bisa diampu
"Jump into the car right now, before this cold weather kills you." Tubuh Chloe langsung gemetar begitu melihat sosok itu. Ya, pria yang telah menghancurkan masa depannya hanya dalam dalam waktu satu malam. “Apa yang sedang kamu pikirkan?” teriak Mateo tidak sabar. Chloe berdiri di sana dalam bimbang. Dia lebih rela mati kedinginan di luar sana dari pada masuk ke dalam perangkap pria itu. Tetapi, bukankah dia masih terlalu muda untuk mati saat ini? “Kenapa lama sekali?! Cepat masuk. SEKARANG!!!” Chloe mendelikkan matanya yang indah dengan galak ketika mendengar nada perintah dari pria bengis itu. Dia paling anti dengan pria yang suka memerintah seenaknya. Sebagai balasannya, Chloe menunjukkan jari tengah dan berlalu dari hadapan pria itu. Whatever!!! Kalau memang takdirnya dia akan mati karena suhu dingin, dia rela, asalkan pria itu berhenti mengusik hidupnya. “Shit!!!” maki pria itu dengan kesal. Dia paling anti dengan gadis-gadis yang keras kepala. Gadis-gadis yang seperti it
“Albert?” gumam Mateo terkejut saat melirik lewat kaca spion. Dia langsung mengenal mobil yang sedang membunyikan klakson dengan sangat nyaring itu. “Dari mana kamu mengenal Albert?” tanya Chloe dengan mata membelalak. “Nanti aku ceritakan, sekarang kita balap-balapan dulu dengannya.” Mateo menyeringai kejam. Walaupun dia tidak mengerti dengan maksud Albert membunyikan klakson, tapi Mateo tidak bisa melupakan senyum sinis Albert semalam, saat mereka merayakan kesuksesannya. Mobil Mateo dan Albert terus melaju dengan kecepatan mematikan, menimbulkan suara gemuruh yang menggetarkan jalanan kota. Kini mobil Albert berada tepat di belakang mobil Mateo. Jika Mateo menginjak rem saat itu, pasti akan terjadi kecelakaan maut yang tak bisa dihindarkan. “Kamu gila! Hentikan mobilnya! Aaaaa!!” Chloe menjerit ketakutan dan menatap jalanan dengan wajah ngeri ketika Mateo menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Kecepatan mobil bertambah dan sudah di luar batas kecepatan mengemudi. Terdengar
"Apa hubunganmu dengan pria itu?" Mateo menatap Chloe dengan tajam sehingga membuat gadis itu semakin gugup. Ingin rasanya dia meremas-remas ujung jaket yang dia kenakan untuk mengusir kepanikan yang menyerangnya. “Jawab!” desak Mateo dengan suara beratnya. Chloe memejamkan matanya, berusaha untuk tidak menatap wajah tampan yang diselimuti kemarahan itu. “Dia tunanganku.” Buk! Mateo memukul setir mobil di depannya berulang kaki. Pria itu menatap lurus ke depan. ‘Apakah mereka berdua telah bekerja sama untuk menjebakku? Awas saja! Kalau benar adanya, maka gadis ini akan menjadi tawananku. Tidak akan kubiarkan Albert memenangkan pertarungan ini.’ “Kami akan menikah seminggu lagi. Jadi aku mohon, lupakanlah peristiwa semalam.” “Hmm,” guman Mateo menanggapi perkataan Chloe, seolah-olah gadis hanyalah seorang gadis kecil yang sedang merengek mencari perhatiannya. Chloe kebingungan dengan respon Mateo yang singkat dan tidak jelas. Kesunyian yang mencekam dalam mobil itu membuat Chlo
“Aku baru saja mengetahui kalau Chloe berselingkuh,” ucap Albert pelan. “Apa? Berselingkuh? K-kamu yakin?” Mr. Steven terdengar begitu terkejut ketika mendengar perkataan calon anak menantunya itu. Dia mengenal anak perempuannya dengan baik. Tidak mungkin gadis yang selama ini memegang prinsip hidupnya dengan kuat, bisa melakukan perbuatan terlarang itu. “Albert, jawab pertanyaanku.” Albert mengangguk, tapi dia segera sadar kalau Mr. Steven tidak melihat anggukan kepalanya. “Benar, Chloe telah mengkhianatiku dan itu benar-benar menyakitiku.” “No, no, no… Ini tidak mungkin terjadi. Di mana Chloe sekarang? Daddy mau bicara langsung dengannya." “Tadi dia bersama denganku, tapi kami bertengkar. Lalu aku menurunkannya di tengah jalann. Aku marah saat dia mengakui hal itu ketika aku memintanya untuk bicara jujur.” “Apa? Kamu menurunkan putriku di jalanan dalam keadaan cuaca seperti ini?” “Aku marah karena mendengar pengakuannya,” dalih Albert. “Kamu sadar dengan apa yang sudah kamu
Setelah kepergian Mateo, Chloe berjalan mondar-mandir di dalam kamar yang berukuran sangat luas itu. “Aku harus mencari cara untuk pergi dari sini.” Dia mengedarkan pandangannya dan melihat sekeliling. Luas kamar itu lima kali lipat lebih luas dari ruang tamu apartemennya. Terdapat sebuah ranjang berukuran king. Walaupun dia lelah dan cacing-cacing di dalam perutnya sudah membunyikan genderang perang, tapi niatnya untuk melarikan diri dari sana lebih kuat. “Hmm, ada sebuah jendela yang sepertinya bisa aku pergunakan untuk kabur dari sini. Dan aku juga membutuhkan seutas tali.” Bergegas dia mendekati jendela-jendela tersebut. Tapi sialnya, jendela-jendela itu tertutup rapat dan hanya bisa dibuka dengan kunci khusus. “Arrgghh, ini benar-benar menyebalkan,” gerutu Chloe Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Kenangan atas kejadian semalam kembali datang memenuhi pikirannya. 'Apa yang harus aku lakukan sekarang?‘ Gadis itu bersandar di de
Mateo mengepalkan tangannya. Tanpa sepatah kata, dia melancarkan serangan pertamanya. Buk! Pukulan itu untuk membalas serangan Albert yang tadi, dan tepat mengenai sasaran. Dia menghantam rahang bawah Albert sehingga wajah pria itu terdongak ke atas. Bunyi seperti tulang yang patah benar-benar membuat ngilu bagi siapa saja yang mendengarnya. “Brengsek!” maki Albert kasar. Dia merasakan rahangnya seperti lepas dari tempatnya. Pria itu meringis kesakitan dan memaki-maki dengan kata-kata kotor. Mateo tersenyum miring, dia mengambil ancang-ancang untuk memberikan pukulan selanjutnya. “Rasakan pembalasanku,” teriak Albert menggelegar. Dia melompat ke depan, menyerang dan melayangkan satu tendangan tepat di perut Mateo, tetapi dengan sigap, pria menangkis tendangan Albert. Mateo meringis karena kaki Albert menghantam tulang kering di daerah lengannya. Albert tersenyum senang melihat Mateo meringis kesakitan. Dia maju ke depan tanpa perhitungan, lalu kembali menyerang Mateo. Namun,
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat