"Apakah kamu tidak mendengarkan kata-kataku tadi? Keluar dari mobilku sekarang juga."
“Are you crazy? Di luar dingin sekali! Kamu tidak bisa membuangku di jalanan dengan begitu saja!” teriak Chloe gusar.
Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Albert sekarang.
“Jangan pernah berteriak seperti itu padaku!” bentak Albert dengan wajah memerah.
“Tapi kamu sudah keterlaluan!”
“Aku bersikap seperti ini, karena tingkahmu juga sudah keterlaluan!”
“Tidak pernah terlintas sedikitpun untuk mengkhianatimu, Albert.”
Albert memaki-maki dalam dalam hati. Niatnya awalnya adalah untuk menjebak Mateo, tapi semua malah berbalik menyerang dirinya. Rencananya menjadi boomerang baginya.
“Apakah kamu menikmati percintaan itu?”
“Pertanyaan yang gila. Aku sedang dalam keadaan terangsang karena pengaruh obat sialan itu, jadi aku tidak sadar apa yang telah kulakukan.”
“Damn it! Aku tidak bisa memaafkanmu saat ini. Tolong keluar dari mobil ini sekarang.”
“Albert, please….”
“Itu tidak bisa diampuni. Dan tidak hanya itu, kamu juga berbohong dengan mengatakan bahwa kamu menginap bersama teman-temanmu. Masih adakah kebohongan lain tidak kamu katakan?” ucap Albert sarkas.
Albert marah karena geram dengan rencananya yang gagal, dan hal kedua adalah karena perbuatan Chloe telah melukai perasaannya dan mencabik-cabik harga dirinya sebagai seorang pria.
“Itu kesalahan satu kali, Albert. Aku minta maaf.”
“Satu kali atau seribu kali, itu tetap tidak bisa diterima. Kamu tahu betapa pentingnya ini bagiku,” balas Albert dengan suara bergetar.
Emosinya kembali memuncak.
“Aku di bawah pengaruh obat itu, Albert. Aku tidak tahu harus bagaimana. Ini tidak akan terulang lagi. Aku janji.”
Albert menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ini bukan tentang sebuah alasan atau janji. Ini tentang kepercayaan, Chloe. Sekarang, aku merasa seperti telah kehilangan segalanya.”
Chloe belum menyerah dan tidak akan pernah menyerah. Dia akan terus berusaha merayu Albert.
“Aku mencintaimu. Aku tahu aku salah, dan aku bersedia melakukan apapun untuk memperbaikinya.”
Albert menatapnya dingin, sedingin temperatur di luar mobil. Suhu menunjukan angka tiga Celsius.
“Tapi bagaimana aku bisa yakin ini tidak akan terjadi lagi?"
Chloe menatapnya dengan penuh penyesalan.
“Aku janji, Albert. Aku akan berusaha keras untuk memperbaiki semuanya.”
“Kita akan menikah, dan kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu, Chloe. Aku mencintaimu lebih dari siapa pun. Tapi kamu sudah merusak semua itu.”
Chloe kembali menangis. Dia tidak tahu lagi cara untuk meluluhkan hati Albert yang sedang emosi.
“Chloe, cinta tidak cukup jika tidak ada kepercayaan. Tolong pergi dari hadapanku sekarang. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan luka di hatiku.”
“Tapi, Albert. Please, jangan perlakukan aku seperti itu. Tolong maafkan aku.”
“Maaf, tapi aku tidak bisa. Ini adalah pengkhianatan yang tidak bisa aku terima."
“Ini tidak adil!” teriak Chloe dengan nada meninggi. Dia sudah minta maaf dan memohon, tapi Albert begitu keras kepala.
“Ini bukan masalah adil atau tidak adil. Ini masalah cinta dan kepercayaan. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaanmu, tapi bukan dengan aku.”
“Tapi, bagaimana dengan pernikahan kita yang akan berlangsung seminggu lagi?”
“Itu akan aku pikirkan nanti,” ucap Albert dingin. Dia terlihat seperti monster yang tak punya perasaan.
“Apa yang akan kita katakan kepada orang tua kita masing-masing?”
“Katakan saja bahwa kita berubah pikiran dan menemukan ketidakcocokan dalam hubungan ini.”
“Mereka tidak akan mempercayai hal itu begitu saja.”
“Itu urusan mereka,” ketus Albert tak berperasaan.
“Tidak adakah sedikit kah ‘maaf’ untukku di hatimu, Albert?”
Albert terdiam. Jujur, dia sangat mencintai Chloe. Pernikahannya yang sebentar lagi akan segera diselenggarakan membuatnya begitu bersemangat menyambut mentari pagi.
Bahkan dia dengan sabar untuk tidak melakukan sex bebas, walaupun di sini, di negara ini, hampir tidak ada lagi pasangan menjaga kesucian mereka.
Chloe adalah gadis yang berbeda. Dia meminta Albert untuk menunggu sampai mereka menikah. Hal itu tidak mudah baginya. Dia laki-laki normal, yang perlu tempat pelampiasan.
Ditambah lagi dengan ruang lingkup kerjanya, yang dipenuhi oleh gadis-gadis cantik, bertubuh langsing dan berkaki jenjang.
Tiap hari, Albert dikelilingi oleh model-model cantik yang bekerja di bawah agency modelnya yang sangat terkenal.
“Tatap aku, Albert. Katakan bahwa kau tidak mencintaiku lagi, maka aku akan pergi selamanya dari hidupmu.”
“Aku…”
Albert tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Kalau dia berkata bahwa dia tidak mencintai Chloe lagi, maka dia sedang membohongi hati nuraninya sendiri.
“Jawab Albert. Aku hanya ingin kejujuran yang keluar langsung dari bibirmu.”
Albert terdiam. Dia menarik napas panjang. Dipandanginya jalanan di luar sana. Pepohonan di sebelah kiri jalanan terlihat mulai gundul karena daun-daunnya sudah mulai berguguran sejak pertengahan musim gugur.
Bahkan daun yang tersisa pun, sudah berwarna coklat karena matahari hanya bersinar beberapa jam saja dalam sehari.
“Aku butuh waktu untuk menjawab pertanyaanmu.”
Chloe terlihat sangat kecewa. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Bisakah kamu keluar dari mobilku sekarang juga?” pinta Albert dengan suara lirih.
“Albert, di luar sangat dingin, dan kamu tahu sendirikan, sekarang musim gugur, hari-hari menjadi lebih pendek dan kegelapan cepat sekali datang.”
“Aku akan menurunkanmu di stasiun kereta terdekat.”
“Tapi, aku tidak punya uang, Albert.”
“Aku akan membayar ongkos kereta untukmu. Atau kamu mau naik taxi saja?”
“Aku tidak mau apa-apa. Aku hanya ingin mendapat satu kesempatan darimu.”
“Jangan memaksaku, Chloe. Aku tidak mau tergesa-gesa menjawabnya. Aku butuh waktu.”
“Baik, kalau itu memang maumu. Kamu tidak perlu mengantarkanku ke stasiun terdekat.”
“Terus, kamu mau aku memesan taxi untukmu?”
“Tidak perlu,” tolak Chloe dengan wajah mengeras.
“Lalu apa yang kamu mau?”
“Aku akan pergi sekarang juga. Semoga kamu bisa menemukan jawaban yang kamu cari. Dan semoga jawaban itu tidak datang terlambat.”
“Tunggu…”
Chloe tidak mendengar lagi teriakan terakhir dari Albert. Satu-satunya yang ingin dia lakukan saat ini adalah pergi dari hadapan pria berhati batu itu.
Albert memandang kepergian Chloe.
"Hah, sudah cukup permainan dramaku hari ini," cetusnya.
Bibirnya terangkat sendiri dan menampakkan sebuah senyum licik.
Chloe terus berjalan. Sudah cukup dia meminta maaf atas kesalahan yang sebenarnya dia lakukan tanpa dia sadari. Kesalahan yang tidak perlu terjadi kalau saja teman-temannya tidak melakukan tindakan bodoh yang berakhir fatal.
Air mata Chloe tumpahlah sudah. Dia berjalan tanpa arah dan tujuan di atas trotoar. Angin dingin menyergapnya seketika itu juga, apalagi dengan pakaiannya yang sangat tidak memadai. Dia menggigil kedinginan dan mempercepat langkah kakinya.
Orang-orang yang berlalu lalang menatapnya dengan pandangan aneh. Seorang gadis cantik berjalan dengan dress mini dan jaket yang kebesaran. Namun, dia tidak peduli dengan pandangan aneh dari orang-orang tersebut.
‘Semoga ada restoran atau rumah makan kecil di sekitar sini. Aku bisa meminjam telepon dari mereka untuk menelpon Freya.’
Beep, beep…
Terdengar suara klakson mobil dari arah jalanan. Chloe terus berjalan.
Beep, beep…
Sekali lagi bunyi klakson mobil itu memecah kesunyian suasana di sana.
'Brengsek, siapa sih yang kurang kerjaan?' rutuk Chloe. Dia berjalan semakin cepat, bahkan terlihat hampir berlari.
Beep, beep, beeep…
Kali ini, suara klakson itu begitu keras dan panjang, seolah-olah itu memang ditujukan untuk Chloe, sehingga memaksa gadis itu untuk menoleh ke arah sumber bunyi tersebut.
Mateo menghentikan mobilnya ketika berhasil mendapatkan perhatian Chloe.
Dengan seringai dingin di kedua sudut bibirnya, dia berkata dengan suara beratnya.
"Jump into the car right now, before this cold weather kills you."
Bersambung…
“Kejujuran adalah modal utama dari semua kesuksesan yang telah dicapai” - Chloe Adams -
"Jump into the car right now, before this cold weather kills you." Tubuh Chloe langsung gemetar begitu melihat sosok itu. Ya, pria yang telah menghancurkan masa depannya hanya dalam dalam waktu satu malam. “Apa yang sedang kamu pikirkan?” teriak Mateo tidak sabar. Chloe berdiri di sana dalam bimbang. Dia lebih rela mati kedinginan di luar sana dari pada masuk ke dalam perangkap pria itu. Tetapi, bukankah dia masih terlalu muda untuk mati saat ini? “Kenapa lama sekali?! Cepat masuk. SEKARANG!!!” Chloe mendelikkan matanya yang indah dengan galak ketika mendengar nada perintah dari pria bengis itu. Dia paling anti dengan pria yang suka memerintah seenaknya. Sebagai balasannya, Chloe menunjukkan jari tengah dan berlalu dari hadapan pria itu. Whatever!!! Kalau memang takdirnya dia akan mati karena suhu dingin, dia rela, asalkan pria itu berhenti mengusik hidupnya. “Shit!!!” maki pria itu dengan kesal. Dia paling anti dengan gadis-gadis yang keras kepala. Gadis-gadis yang seperti it
“Albert?” gumam Mateo terkejut saat melirik lewat kaca spion. Dia langsung mengenal mobil yang sedang membunyikan klakson dengan sangat nyaring itu. “Dari mana kamu mengenal Albert?” tanya Chloe dengan mata membelalak. “Nanti aku ceritakan, sekarang kita balap-balapan dulu dengannya.” Mateo menyeringai kejam. Walaupun dia tidak mengerti dengan maksud Albert membunyikan klakson, tapi Mateo tidak bisa melupakan senyum sinis Albert semalam, saat mereka merayakan kesuksesannya. Mobil Mateo dan Albert terus melaju dengan kecepatan mematikan, menimbulkan suara gemuruh yang menggetarkan jalanan kota. Kini mobil Albert berada tepat di belakang mobil Mateo. Jika Mateo menginjak rem saat itu, pasti akan terjadi kecelakaan maut yang tak bisa dihindarkan. “Kamu gila! Hentikan mobilnya! Aaaaa!!” Chloe menjerit ketakutan dan menatap jalanan dengan wajah ngeri ketika Mateo menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Kecepatan mobil bertambah dan sudah di luar batas kecepatan mengemudi. Terdengar
"Apa hubunganmu dengan pria itu?" Mateo menatap Chloe dengan tajam sehingga membuat gadis itu semakin gugup. Ingin rasanya dia meremas-remas ujung jaket yang dia kenakan untuk mengusir kepanikan yang menyerangnya. “Jawab!” desak Mateo dengan suara beratnya. Chloe memejamkan matanya, berusaha untuk tidak menatap wajah tampan yang diselimuti kemarahan itu. “Dia tunanganku.” Buk! Mateo memukul setir mobil di depannya berulang kaki. Pria itu menatap lurus ke depan. ‘Apakah mereka berdua telah bekerja sama untuk menjebakku? Awas saja! Kalau benar adanya, maka gadis ini akan menjadi tawananku. Tidak akan kubiarkan Albert memenangkan pertarungan ini.’ “Kami akan menikah seminggu lagi. Jadi aku mohon, lupakanlah peristiwa semalam.” “Hmm,” guman Mateo menanggapi perkataan Chloe, seolah-olah gadis hanyalah seorang gadis kecil yang sedang merengek mencari perhatiannya. Chloe kebingungan dengan respon Mateo yang singkat dan tidak jelas. Kesunyian yang mencekam dalam mobil itu membuat Chlo
“Aku baru saja mengetahui kalau Chloe berselingkuh,” ucap Albert pelan. “Apa? Berselingkuh? K-kamu yakin?” Mr. Steven terdengar begitu terkejut ketika mendengar perkataan calon anak menantunya itu. Dia mengenal anak perempuannya dengan baik. Tidak mungkin gadis yang selama ini memegang prinsip hidupnya dengan kuat, bisa melakukan perbuatan terlarang itu. “Albert, jawab pertanyaanku.” Albert mengangguk, tapi dia segera sadar kalau Mr. Steven tidak melihat anggukan kepalanya. “Benar, Chloe telah mengkhianatiku dan itu benar-benar menyakitiku.” “No, no, no… Ini tidak mungkin terjadi. Di mana Chloe sekarang? Daddy mau bicara langsung dengannya." “Tadi dia bersama denganku, tapi kami bertengkar. Lalu aku menurunkannya di tengah jalann. Aku marah saat dia mengakui hal itu ketika aku memintanya untuk bicara jujur.” “Apa? Kamu menurunkan putriku di jalanan dalam keadaan cuaca seperti ini?” “Aku marah karena mendengar pengakuannya,” dalih Albert. “Kamu sadar dengan apa yang sudah kamu
Setelah kepergian Mateo, Chloe berjalan mondar-mandir di dalam kamar yang berukuran sangat luas itu. “Aku harus mencari cara untuk pergi dari sini.” Dia mengedarkan pandangannya dan melihat sekeliling. Luas kamar itu lima kali lipat lebih luas dari ruang tamu apartemennya. Terdapat sebuah ranjang berukuran king. Walaupun dia lelah dan cacing-cacing di dalam perutnya sudah membunyikan genderang perang, tapi niatnya untuk melarikan diri dari sana lebih kuat. “Hmm, ada sebuah jendela yang sepertinya bisa aku pergunakan untuk kabur dari sini. Dan aku juga membutuhkan seutas tali.” Bergegas dia mendekati jendela-jendela tersebut. Tapi sialnya, jendela-jendela itu tertutup rapat dan hanya bisa dibuka dengan kunci khusus. “Arrgghh, ini benar-benar menyebalkan,” gerutu Chloe Dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Kenangan atas kejadian semalam kembali datang memenuhi pikirannya. 'Apa yang harus aku lakukan sekarang?‘ Gadis itu bersandar di de
Mateo mengepalkan tangannya. Tanpa sepatah kata, dia melancarkan serangan pertamanya. Buk! Pukulan itu untuk membalas serangan Albert yang tadi, dan tepat mengenai sasaran. Dia menghantam rahang bawah Albert sehingga wajah pria itu terdongak ke atas. Bunyi seperti tulang yang patah benar-benar membuat ngilu bagi siapa saja yang mendengarnya. “Brengsek!” maki Albert kasar. Dia merasakan rahangnya seperti lepas dari tempatnya. Pria itu meringis kesakitan dan memaki-maki dengan kata-kata kotor. Mateo tersenyum miring, dia mengambil ancang-ancang untuk memberikan pukulan selanjutnya. “Rasakan pembalasanku,” teriak Albert menggelegar. Dia melompat ke depan, menyerang dan melayangkan satu tendangan tepat di perut Mateo, tetapi dengan sigap, pria menangkis tendangan Albert. Mateo meringis karena kaki Albert menghantam tulang kering di daerah lengannya. Albert tersenyum senang melihat Mateo meringis kesakitan. Dia maju ke depan tanpa perhitungan, lalu kembali menyerang Mateo. Namun,
Begitu Mateo membuka pintu kamar itu, matanya terbelalak menatap pandangan di depannya. “Shiit!!!” teriaknya dengan keras dan panik. Chloe tergeletak di atas lantai dengan tubuh mengejang. Rupanya gadis itu memiliki alergi terhadap semua jenis makanan yang mengandung kacang-kacangan, apalagi kacang tanah. “Chloe!!!” teriak Mateo lagi. Dia mendekati Chloe dan mengangkat gadis itu ke atas ranjang. Untuk pertama kalinya, Mateo, seorang mafia yang dingin dan bengis, panik karena seorang gadis yang bahkan belum dikenalnya sama sekali. Albert yang menunggu di bawah segera berlari ke atas begitu mendengar teriakkan Mateo “What the heck!?” seru Albert sambil mendorong Mateo menjauh dari kekasihnya. “Cepat cari kan Epinefrin auto-injector!!!” perintah Albert dengan gugup. Dia sudah pernah melihat Chloe mengalami hal tersebut saat tanpa sengaja seorang karyawan hotel menggunakan pisau pengoles selai kacang pada selai strawberry kesukaan Chloe. Namun, saat itu kedua orang tua Chloe ada
Mr. Steven dan istri, Mrs. Kirana masih terus berkeliling mencari keberadaan Chloe. Mereka tidak putus-putusnya memanjatkan doa agar anak perempuan mereka satu-satunya berada dalam keadaan baik-baik saja. “Aku masih marah dengan perbuatan Albert yang sangat tidak bertanggung jawab,” gumam Mrs. Kirana sambil mencari-cari ponselnya di dalam tas kecil miliknya. Mr. Steven sudah menceritakan semua yang terjadi, tentang perselingkuhan Chloe. Tetapi menurut Mrs. Kirana, itu tidak bisa dijadikan alasan oleh Albert untuk menelantarkan anak mereka begitu saja. “Aku juga masih marah, tapi sekarang yang terpenting adalah, kita harus menemukan Chloe terlebih dahulu.” Mrs. Kirana mendengus kesal. Walaupun dia sangat menyayangi Albert, tapi perbuatannya tidak bisa dibiarkan begitu saja. “Kamu percaya kalau Chloe selingkuh, honey?” “No! Aku sama sekali tidak mempercayai ucapan pria itu. Tapi kita akan segera mendapatkan kebenarannya begitu kita menemukan Chloe.” “Hubby, mungkin sebaiknya aku m
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat