Starla bahkan tidak menyangka jika bekerja mengandalkan kenalan orang dalam akan menjadi semudah ini, bahkan cenderung sangat cepat. Hari ini juga ia sudah mendapat kabar bahwa ia di minta datang ke perusahaan Nexus untuk melakukan wawancara kerja. Dan tidak tanggung-tanggung tawaran pekerjaan yang Starla dapatkan adalah ia di suruh melamar menjadi sekretaris.
Ingin tertawa? Itu pasti.Starla sadar betul kalau dirinya belum pernah mempunyai pengalaman sama sekali dengan dunia perkantoran. Yang benar saja ia langsung di suruh melamar di bagian sekretaris. Kurang ajar sekali temannya Vania itu. Apa dia ingin mempermalukan Starla?Tapi apa salahnya mencoba? Walaupun Starla sudah membayangkan kejadian yang mungkin akan di alaminya nanti. Bisa saja dirinya langsung di suruh keluar sebelum interviewnya selesai gara-gara ia yang tidak berpengalaman. Atau mungkin ia akan mendapat ceramah pedas dari orang yang akan mewawancarainya nanti.Starla kembali tertawa.Apalagi yang ia dengar, yang melakukan wawancara nanti adalah CEO-nya langsung. Bukankah ini benar-benar sebuah lelucon?Walaupun begitu Starla tetap merasa gugup ketika langkahnya sampai di depan ruang interview. Ia membuka pintu secara perlahan.“Permisi, Pak,” ujar Starla ketika ia melihat hanya ada seorang pria berjas hitam di dalam ruangan. Pria itu tengah berdiri menghadap jendela kaca besar. Membelakangi Starla.Tunggu, tunggu ... Dari belakang saja pria itu sudah terlihat sangat keren dan seksi. Bagaimana dengan depannya ya? Ah, Starla jadi membayangkan seberapa tampannya CEO yang di ceritakan oleh Vania.Pria tersebut menoleh.Seketika map dalam genggaman tangan Starla terjatuh bersamaan dengan rahangnya yang turun. Dunia begitu sempit! Sesempit rok yang Starla gunakan hari ini.Bagaimana tidak? CEO itu ternyata adalah pria mabuk yang salah masuk ke apartemennya. Selain itu, pria tersebut juga pria yang sempat bercumbu dengannya di Klub malam itu.Astaga, kesialan apalagi yang ia dapatkan kali ini?Starla mendengus kesal. “Saya tidak jadi melamar bekerja di sini—““Anda di terima, Nona Starla.”Apa?! Starla melotot sempurna.“Bagaimana bisa?! Kamu pasti sedang bercanda, kan? Bahkan kamu saja belum membaca berkas yang aku bawa,” balas Starla saat pria itu mulai menampilkan sikap tak mau kalahnya.“Hey, turunkan sedikit nada bicaramu. Di sini aku Bos-nya,” ujar pria itu sombong.Starla mendengus ketika pria di hadapannya ini sengaja sekali menekan kata Bos padanya.“Kamu pikir, aku peduli?” Balas Starla sengit. “Saya tidak jadi melamar bekerja di sini, Pak ...” Starla melirik tanda nama yang ada di atas meja. “Bapak Revanno.”Starla berbalik dan berjalan menuju pintu. Tapi saat dirinya menarik knop pintunya ke bawah, pintu tersebut tidak bisa di buka sama sekali.Apalagi ini? Aish! Kenapa hidupnya selalu sial seperti ini?!Starla kembali menoleh ke belakang dan menatap tajam ke Bos yang bernama Revanno tersebut. Revanno tersenyum miring sambil menunjukkan remote kontrol di tangannya.Sial!Rasanya Starla ingin mengumpati pria tersebut.“Buka!” Protes Starla.“Hei, aku Bosnya jadi kamu nggak bisa memerintahku,” ujar Revanno santai.Revanno lalu merogoh ponsel yang ada di saku jasnya. Dan menghubungi seseorang.“......”“Aku sudah menemukan yang cocok, namanya Starla. Batalkan yang lain,” ujar Revanno lalu menutup ponselnya.Starla semakin menatap tajam ke arah Revanno. Sebenarnya apa sih maunya pria gila yang ada di depannya saat ini?Revanno berjalan mendekati Starla. Sedangkan Starla semakin melangkah mundur ketika Revanno semakin mendekat. Kini punggungnya sudah menatap di tembok.“Kamu akan mulai bekerja besok, pukul delapan. Aku akan menunggu kedatanganmu. Dan satu lagi, aku nggak akan melarang kamu untuk memakai baju seksi, karena itu akan menjadi nilai plus untuk kamu,” ujar Revanno sedikit lebih lembut.Starla mengikuti arah pandangan Revanno yang ternyata jatuh ke dadanya. Dua buah kancing teratasnya ternyata terbuka. Entah sejak kapan kancing sialan itu terbuka? Dan bodohnya Starla tidak menyadarinya.Benar-benar memalukan.Mungkin pria gila berotak mesum yang bernama Revanno itu tengah berpikir jika Starla sengaja melakukan hal tersebut.Saat tangan Starla hendak membenarkan kancing kemejanya, tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan pergelangan tangannya. Starla langsung menatap pelakunya yang siapa lagi kalau bukan seorang Bos yang tengah berdiri di depannya?Revanno tersenyum, lalu segera memasangkan kancing yang terbuka pada kemeja Starla. Ini sangat gila!Starla menahan napas saat punggung tangan dingin itu menyentuh dadanya. Seperti ada perasaan aneh yang mengalir di tubuhnya. Namun, Starla juga tidak mampu menghentikan tangan itu. Bodoh!“Saat kamu menahan napas, hal itu hanya akan membuatnya terlihat semakin bertambah besar.”Spontan Starla mendorong dada bidang Revanno hingga memberi jarak pada keduanya. Bagaimana tidak? Revanno mengatakan hal tersebut sambil menatap lekat ke arah dua buah gundukan yang tengah berada tepat di hadapan pria itu secara intens. Starla benar-benar tidak bisa membayangkan akan seperti apa jika ia bekerja menjadi sekretaris Bos mesum itu.Bagaimana bisa pria brengsek seperti itu menjadi seorang CEO?Namun, sisi positif yang bisa di ambil Starla adalah Bosnya tersebut sangat tampan. Bahkan Starla sempat mempunyai fantasi gila ketika menatap wajah tampan yang beberapa menit lalu memutuskan untuk menerimanya bekerja sebagai sekretaris.Saat ini Starla hanya bisa berdoa. Semoga saja tindakannya kali ini tidaklah salah.Starla kembali ke apartemen dan menceritakan hal gila yang ia alami ketika melamar bekerja tadi. Bahkan Vania juga sangat kaget ketika mendengar cerita Starla. Mereka bukannya tidak mempercayai yang namanya kebetulan. Tapi jelas ini terlihat aneh dan tidak masuk akal.Terkadang memang rencana Tuhan itu berada di luar batas kemampuan setiap insannya.“Benar-benar tampan kan, La? Seperti yang aku bilang waktu itu.” Vania bertanya antusias.Starla hanya mendengus, tampaknya Vania belum mengenal sosok yang sejak kemarin terus ia sebut tampan itu ternyata tidak jauh berbeda dari seorang pria brengsek yang berotak mesum.“Aku hanya berharap ekspektasimu itu nggak akan mengecewakan kamu, Van,” ujar Starla menatap Vania.Mulai besok Starla sudah harus bekerja sebagai sekretaris Bosnya yang bernama Revanno tersebut. Ia harus menyiapkan diri dan menyiapkan mental juga tentunya. Karena jika di lihat otak Bos barunya itu hanya di selimuti oleh kemesuman yang tidak bisa Starla tebak.Jangan tanya darimana Starla tahu kalau Revanno itu mesum? Tentu saja Starla tahu, karena ia sudah seringkali berhadapan dengan berbagai pria dengan sifat yang berbeda-beda. Terlebih lagi ia juga pernah bercumbu secara panas dengan Revanno. Bahkan sampai sekarang dirinya masih sering merinding ketika membayangkan bagaimana panasnya permainan Revanno malam itu.***Revanno tersenyum ketika ia duduk di sebuah bar bersama temannya yang bernama Daniel. Pria itu menceritakan apa yang ia alami, dan tentu saja hal tersebut membuat Daniel geleng-geleng kepala.Dalam hati Daniel merasa kasihan dengan gadis bernama Starla yang baru saja di ceritakan oleh temannya tersebut. Kasihan sekali ia harus berhadapan dengan predator seperti Revanno.Daniel terkekeh. “Semoga saja wanita itu betah bekerja dengan Bos sepertimu.”“Aku pastikan dia nggak akan bisa lari dariku. Karena aku sudah menyiapkan rencana untuknya.” Revanno tersenyum sambil menyesap rokok yang ada di tangannya.“Dasar, predator!” Maki Daniel sambil terkekeh.Revanno hanya ikut terkekeh, ia dan temannya itu memang sudah sering saling mengumpati diri masing-masing. Walaupun usia mereka sudah menginjak angka tiga puluh tahun. Tapi mereka berdua masih terlihat enjoy dan bersikap layaknya seorang ABG yang baru senang-senangnya berbuat nakal.Revanno tersenyum lagi, ia sejak tadi sudah tidak bisa menahan untuk bertemu hari esok. Ia ingin malam ini cepat berlalu, bahkan kalau bisa cukup satu jam saja. Ia ingin cepat-cepat pagi hari dan berangkat ke kantor untuk bertemu dengan sekretaris barunya, Starla.Ia sudah tidak sabar melihat ekspresi Starla besok akan seperti apa ketika masuk ke dalam genggamannya.Sejak membuka mata pagi tadi, entah kenapa Starla merasa ada suatu perasaan yang membuatnya tidak enak dan juga sangat malas. Rasanya seperti akan terjadi susuatu hal buruk yang akan menimpanya pada hari ini.Dan Starla tahu. Itu semua pasti berhubungan dengan Bos barunya yang bernama Revanno itu. Bahkan sejak semalam Starla tidak bisa tertidur pulas hanya gara-gara memikirkan nama Bosnya yang super mesum itu.Sungguh, belum merasakan bekerja dengan pria itu saja Starla sudah merasa begitu kesal. Bagaimana nanti jika ia sudah terikat kerja dengan Revanno? Jangan-jangan setiap hari nanti Starla akan di buat kesal oleh pria itu.Hari ini, Starla berangkat dengan memakai dress yang melekat dan membentuk pas lekuk tubuhnya. Tidak lupa ia juga mengenakan blazer berwarna putih untuk memberikan kesan formal sebagai pekerja kantoran.Hari pertama Starla bekerja, Vania dengan baik hati mengantar Starla ke kantor menggunakan mobilnya. Wanita itu melambaikan tangan ketika Starla sudah berjalan m
Sesuai dengan kesepakatan yang telah Revanno katakan. Jika Starla menyanggupi persyaratan yang ia berikan, maka ia akan memberikan semua fasilitas yang Starla butuhkan, termasuk semua kebutuhan wanita itu. Berhubung Starla mengatakan kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Jadi Revanno dengan sekejap langsung membelikan sebuah apartemen mewah untuk Starla—sekretaris barunya.Pukul enam sore mereka berdua sudah tiba di apartemen baru Starla.Awalnya Starla merasa tidak percaya jika Revanno benar-benar memberikan apartemen mewah itu untuknya. Apalagi setahu Starla, apartemen itu adalah apartemen mahal yang biasa di huni oleh kalangan elite saja. Diam-diam hal itu membuat Starla curiga. Apakah memang Revanno sebaik itu? Atau mungkin ada maksud lain?“Ini apartemen untuk kamu,” ujar Revanno ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen.“Kamu—““Aku bos kamu,” ucap Revanno mengingatkan.Starla berdecih. “Anda serius memberikan apartemen ini untuk saya?”Revanno dengan santainya meng
Revanno seketika menoleh saat mendengar namanya di sebut. Tak lama, seorang pria paruh baya masuk dengan pandangan lurus tertuju padanya.‘Ah, dia Ayahku.’ Revanno mengeram dalam hati.Menjengkelkan bukan kalau mengetahui pengganggunya adalah Ayahnya sendiri? Revanno tidak mengerti, apa juga tujuan Ayahnya kesini?Ayah Revanno duduk di sofa, tepat di sebelah Revanno. Sedangkan Starla memasuki kamarnya. Mungkin saja dia ingin mengganti pakaiannya yang di mata Revanno kelewat menggoda itu.Rasanya saat ini Revanno ingin menyusul Starla saja masuk ke dalam kamarnya dan bergelut di atas ranjang tanpa busana.“Tumben sekali kamu tidak pergi ke Klub. Ada gadis baru di sana.”Ya, begitulah Ayah Revanno. Sifat Ayah dan anak itu memang tidak jauh berbeda. Walaupun kehidupan Revanno sekarang cukup sukses dan banyak di segani orang, namun di balik itu semua ia mempunyai keluarga yang cukup berantakkan. Ibunya sudah pergi meningg
“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.Sebenarnya ini adalah acara peresmi
Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa menda
Pukul lima sore, Starla mengikuti Revanno dan juga Pak Wicaksana yang merupakan klien baru di perusahaan Nexus. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota yang kebetulan baru di buka beberapa hari lalu. Pusat perbelanjaan itu merupakan proyek antara perusahaan Nexus dan perusahaan milik Pak Wicaksana. Sebagai pemilik saham terbesar tentu Revanno harus memastikan produk yang di pasarkan sudah sesuai dengan kriterianya atau belum.Selesai melihat-lihat dan berkeliling, Revanno memutuskan untuk berpisah dengan Pak Wicaksana. Dan memilih untuk melanjutkannya sendiri dengan Starla. Meski baru di buka beberapa hari tetapi pusat perbelanjaan tersebut sudah sangat ramai. Tiba-tiba saja Revanno dan Starla sudah berada di lantai tujuh.Lantai tujuh merupakan lantai dimana pakaian dari brand-brand ternama berada. Mata Starla seketika aktif. Ia tidak bisa memungkiri jika matanya juga bisa khilaf kalau berada di mall dan melihat deretan busana-busana bagus dan bermerk tentunya
“Kenapa? Apa mungkin dia pria yang pernah tidur denganmu?”Brengsek! Starla mengumpat dalam hati.Starla tahu kalau dirinya mantan pegawai Klub. Tapi ia bukanlah wanita jalang yang bisa di sewa pria manapun. Ya walaupun kenyataan sebenarnya hampir seperti itu, tapi setidaknya sampai saat ini Starla belum pernah tidur dengan pria-pria berhidung belang itu. Dan Starla tetap merasa kesal jika ada orang yang mengatakan hal seperti yang Revanno katakan barusan. Bukankah lebih tepat jika Starla itu di sebut sebagai penipu ketimbang wanita jalang?Starla berusaha membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. “Bukan. Aku belum pernah tidur dengan mereka,” ujarnya jujur.Starla semakin gugup karena wajah Revanno kini semakin menunduk dan dekat dengan wajahnya. Starla bisa merasakan sapuan napas hangat Revanno mulai menerpa wajahnya.Secepat kilat Revanno berhasil mendaratkan bibirnya di atas bibir Starla, bibir yang sejak tadi membu
Starla tidak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang seperti ini. Menjadi sekretaris Revanno sungguh suatu hal yang mampu merubah nasibnya. Revanno benar-benar memberikannya fasilitas yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan memilikinya. Sebuah apartemen mewah lengkap dengan isinya, gaji yang besar dan Revanno juga benar-benar membelikan sebuah mobil pribadi untuk Starla. Kini ada satu hal yang Starla yakini jika sosok Revanno Immanuel dengan segala kebrengsekan dan kemesumanya itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Walaupun sejauh ini ia belum berhasil mendapatkan 'seks’ bersama Starla. Namun, Revanno tetap memberikan apa yang sejak awal sudah ia janjikan kepada Starla. Mungkin banyak orang akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sorang sekretaris saja bisa hidup dengan begitu mewahnya? Dan Starla tak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut. Karena inilah jalan yang ia ambil. Resiko yang harus ia jalani ketika ia memilih untuk menyetujui kontrak kerja dengan Revann
“Revanno.”“Ya?”Starla membelai wajah pucat Revanno. “Kamu baik-baik saja?”Revanno mengangguk seraya menelan ludah susah payah. Membuat Starla tertawa pelan.“Kenapa tertawa?” Revanno menatap istrinya dengan kening bertaut.“Yang ingin melahirkan itu aku, kenapa kamu yang panik dan pucat seperti ini?”“Yang ingin kamu lahirkan itu anakku, kenapa aku nggak boleh panik seperti ini?”Starla tersenyum simpul, membawa kepala Revanno ke dadanya. Membelainya lembut. “Jangan panik seperti itu. Aku baik-baik saja. Wajah kamu pucat sekali.”Revanno mengangkat kepala, sejajar dengan kepala Starla. Mata kelamnya menatap Starla lekat. “Berjanjilah padaku, kamu akan baik-baik saja.”Starla mengangguk. “Aku pasti baik-baik saja. Ini bukan pertama kali aku melahirkan, Revanno. Apa kamu lupa?” Tanyanya menatap Revanno. “Dan ini juga bukan pertama kalinya kamu menemaniku saat ingin melahirkan.”Revanno meringis. “Tapi tetap saja, Starla. Rasanya tetap sama tegangnya. Dan khawatir juga. Aku sangat kha
“Starla dimana?” Joshep yang tengah menyiapkan bekal untuk piknik bersama cucunya menatap Revanno yang memasuki dapur, dengan rambut basah.“Tidur,” jawab Revanno singkat. Revanno mulai mengambil beberapa telur untuk membuat omelet.“Tidur?” Tanya Joshep dengan satu alis terangkat, kemudian pria itu mengulum senyum. “Kelelahan?” Godanya.Revanno hanya tertawa pelan seraya mengangguk. Mulai memecahkan beberapa telur ke dalam mangkuk. “Apa perlu Ayah membawa Sera untuk menginap di hotel?”Revanno menoleh, ide itu terdengar sangatmenggoda. Namun, apa Starla akan mengizinkannya?“Ayah ajak ke hotel saja, ya. Hotel yang ada di Ubud. Ayah ingin mengajak Sera untuk melihat pemandangan yang ada di sana. Dia pasti suka.” Kata Joshep.Revanno mendekati Ayahnya, lalu memeluk Ayahnya singkat. “Terima kasih, Ayah.”Joshep mengangguk, menepuk- nepuk pelan bahu Revanno. “Dalam rangka mendapatkan cucu kedua, Ayah rela menjaga Sera selama yang kamu inginkan,” ujar Joshep sambil mengedipkan sebelah
“Sera ingat apa pesan Papa?” Revanno berjongkok di depan putrinya. Menatap gadis kecil itu sambil tersenyum.“Nggak boleh nakal dan menyusahkan Kakek sampai Papa dan Mama kembali ke Jakarta.”Revanno tersenyum, menepuk puncakkepala putrinya. “Pintar.”Revanno lalu merentangkan kedua tangannya dan memeluk Sera dengan begitu eratnya.“Hanya beberapa hari, Papa dan Mama akan pulang,” ujar Revanno pelan seraya mengecup kepala anaknya. Sementara Sera hanya mengangguk saja.Revanno dan Starla akan pergi berlibur ke Bali, hanya berdua. Setelah beberapa tahun tidak menghabiskan waktu hanya berduaan, Starla merasa sangat membutuhkan waktu untuk quality time berdua dengan suaminya. Dan Revanno menyetujui hal itu.“Ya sudah. Kalian cepat berangkat sana.” Joshep mengenggam tangan cucunya.Revanno sengaja menitipkan Sera kepada Ayahnya karena memang sejak awal Joshep-lah yang menawarkan diri untuk menjaga Sera selama Revanno dan Starla pergi berlibur. Lagipula sekarang Joshep juga sedang menikm
Starla terengah dengan Revanno yang terus menghunjam ke dalam tubuhnya dari belakang. Wanita itu memejamkan mata, mencengkeram kain yang mengikat kedua tangannya.“Revanno …” Starla mendesah. Ia mendapatkan kenikmatan yang selalu mampu membuatnya tergulung ombak yang begitu dalam.Revanno mencengkeram dada Starla dan menarik istrinya agar menempel ke dadanya. Starla berpegangan pada paha Revanno. Pria itu mendorong kuat-kuat dan menenggelamkan dirinya di sana. Terengah dengan bibir di leher istrinya. Bernapas terputus-putus.Ketika napas mereka tidak lagi memburu seperti tadi, Revanno mengecup leher Starla. Tubuh mereka masih menyatu lekat. Revanno memeluk perut untuk istrinya posesif, enggan melepaskannya. Bibir Revanno mengecupi bahu Starla. Sementara istrinya itu bersandar lemah di dada bidangnya.“Mama!” Teriakan nyaring membuat mata Starla yang semula terpejam, kini terbuka lebar. “Mama!”“Revanno, Sera,” ujar Starla pelan, tubuhnya lelah, Revanno tidak penah hanya cukup satu kal
Lima tahun kemudian.Mobil itu sudah terparkir dengan sempurna di depan rumahnya. Yang paling kecil turu dengan cepat, berlari masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberut. Sementara, pria yang menyerupai gadis kecil itu mengikutinya dari belakang dengan senyum tipis dan gelengan kepala pelan.“Mama ... Mama ...” teriak gadis kecil itu hampir memenuhi setiap sudut ruangan. la membuka pintu rumah, mendorong dengan kasar, lalu masuk ke dalamnya disusul dengan sang Ayah yang membawakan tas sekolahnya.“Mama!” Teriaknya lagi, kali ini dengan air wajah yang memerah.Datanglah sang Ibu dari balik pintu dapur, menyambut anaknya yang baru pulang sekolah seperti biasanya. “Loh, anak Mama pulang sekolah kenapa wajahnya di tekuk seperti itu? Ada apa? Siapa yang berani membuat donat gula Mama marah?”Masih memasang wajah cemberut dengan bibir yang maju tak mundur sama sekali, gadis kecil itu bersidekap. “Sera nggak mau di jemput Papa lagi,” ujarnya nyaring.Mendengar hal itu, Starla lantas beralih
Kencan yang Revanno bayangkan adalah jalan-jalan menaiki mobil, berhenti di taman yang sepi dan menikmati jajanan yang ada di sana. Seharusnya. Ya seharusnya memang seperti itu. Namun, hal itu tidak mungkin karena ini adalah malam Minggu. Ia sudah merangkai semua rencana itu di dalam kepalanya, tetapi realita memang tidak seindah ekspetasi. Pasalnya, baru saja mobilnya keluar dari pelataran rumah sakit, kemacetan sudah menunggu mereka.Revanno menghela napas, wajahnya tertekuk masam, sedikit kesal lebih banyak mengumpat. Starla yang duduk di sampingnya bersama dengan Sera di dalam gendongan wanita itu sudah beberapa kali mengomeli Revanno. Meski Sera belum mengerti, atau memahami apa yang sang Ayah ucapkan, tapi tetap saja rasanya tidak tenang sekali mendengar Revanno mengumpat kasar di depan Sera.“Sabar, Revanno …” Sudah beberapa kali Starla berujar seperti itu. Kali ini ia menambahkan dengan usapan lembut di lengan suaminya. “Nggak apa-apa kok agak malam, Sera juga sudah memakai ba
Beberapa menit kemudian Joshep dan William tiba di rumah sakit bersama Sera yang saat ini tengah di gendong oleh Bi Diyah. Selama jeda menunggu para Kakek itu tiba di rumah sakit, Starla tidak ingin berbicara dengan Revanno. Ia masih merasa kesal pada suaminya yang mengabaikan dirinya. Revanno tidak menjemput Starla di rumah Vania. Tetapi pria itu justru marah-marah ketika Starla pulang terlambat. Apalagi saat beberapa menit sebelum kecelakaaan, Starla mendengar Revanno mengumpat dari balik sambungan telepon. Starla kesal sekali rasanya.Ngomong-ngomong, kecelakaan itu memang tidak fatal terjadi, hanya tabrakan beruntun akibat kemacetan dan tidak menghasilkan korban jiwa yang meninggal. Beberapa hanya luka lecet dan shock seperti Starla.Saat Joshep dan William datang, Revanno sedang mati-matian meminta maaf pada sang istri. Starla mendiamkannya hampir selama jeda sebelum Joshep dan William tiba.Revanno merasa bersalah, Starla juga tahu itu, terlihat dari gurat resah di wajah suamin
Revanno kekeuh tidak ingin ikut datang ke rumah Vania. Pria itu hanya mengantarkan sang istri sampai di depan pagar rumah Vania saja. Hal itu membuat Starla cemberut, merasa kesal karena Revanno tidak ikut turun. “Kenapa sih nggak ingin ikut?” Tanya Starla dengan bibir maju ke depan. “Padahal juga hanya sebentar saja, kok.”“Aku ada pekerjaan penting, Sayang,” jawab Revanno sabar.“Pekerjaan apa? Sepenting apa memangnya sampai harus kamu yang mengerjakannya?” Revanno menoleh penuh dramatis. “Tentu saja harus aku yang mengerjakannya. Suamimu ini pimpinan di perusahaan, Starla. Jadi wajar kalau pekerjaan itu aku yang mengerjakannya. Lagipula aku juga harus memberi contoh yang baik untuk para karyawanku.”Seketika bibir Starla langsung mencibir. Kalau orang lain yang berkata demikian mungkin Starla akan percaya, tapi Revanno? Ck! Bagaimana tingkah pria itu dulu, Starla sangat tahu. Ya, meskipun Starla akui kalau gaya kepemimpinan Revanno memang bagus. Tapi biasanya Revanno tidak pernah
Revanno menghampiri Starla yang sedang sibuk membungkus kado di ruang tengah. la duduk di sebelah sang istri seraya mengambil setoples keripik kentang buatan Bi Diyah.“Untuk siapa?” Tanya Revanno sambil mengunyah.Starla menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membungkus kado hadiah untuk Mikayla, anak sahabatnya—Vania.“Untuk anaknya Vania, namanya Mikayla,” jelas Starla.Beberapa hari yang lalu Vania sempat mengatakan kalau anaknya akan merayakan ulang tahun. Dan berhubung kemarin Starla memiliki waktu untuk berbelanja, sekalian ia membeli hadiah untuk ia berikan kepada anaknya Vania.“Ulang tahun?” Revanno bertanya lagi dan Starla langsung mengangguk. “Kapan?” Imbuhnya dengan tangan yang bersiap memasukan dua keripik kentang sekaligus ke mulutnya.“Besok. Antar aku, ya?”Seketika gerakan tangan Revanno terhenti. “Nggak, ah. Kamu sendiri saja. Lagipula aku kan bekerja.”“Eh, mana bisa begitu?” Starla nenoleh ke arah sang suami, mengernyitkan keningnya. Seolah tidak t