Sejak membuka mata pagi tadi, entah kenapa Starla merasa ada suatu perasaan yang membuatnya tidak enak dan juga sangat malas. Rasanya seperti akan terjadi susuatu hal buruk yang akan menimpanya pada hari ini.
Dan Starla tahu. Itu semua pasti berhubungan dengan Bos barunya yang bernama Revanno itu. Bahkan sejak semalam Starla tidak bisa tertidur pulas hanya gara-gara memikirkan nama Bosnya yang super mesum itu.Sungguh, belum merasakan bekerja dengan pria itu saja Starla sudah merasa begitu kesal. Bagaimana nanti jika ia sudah terikat kerja dengan Revanno? Jangan-jangan setiap hari nanti Starla akan di buat kesal oleh pria itu.Hari ini, Starla berangkat dengan memakai dress yang melekat dan membentuk pas lekuk tubuhnya. Tidak lupa ia juga mengenakan blazer berwarna putih untuk memberikan kesan formal sebagai pekerja kantoran.Hari pertama Starla bekerja, Vania dengan baik hati mengantar Starla ke kantor menggunakan mobilnya. Wanita itu melambaikan tangan ketika Starla sudah berjalan masuk ke gedung mewah yang bernama Nexus.“Good luck, My Starla!” Teriak Vania.Sementara Starla hanya membalas dengan lambaian tangan saja. Ia segera masuk ke dalam lift, dan menekan nomor lantai yang ingin ia tuju. Lantai dimana ruangan Bosnya berada.Perasaan Starla mulai bercampur aduk ketika kini ia sudah berdiri, dan membuka pintu yang ia ketahui sebagai ruangan Bos barunya yang bernama Revanno tersebut.Hal pertama yang bisa Starla lihat adalah senyum Revanno langsung mengembang begitu melihat kedatangannya yang tepat waktu.“Aku kira, kamu akan melarikan diri,” cibir Revanno.Starla mendengus. “Niatnya sih memang begitu tadi. Tapi—““Tapi apa?” Revanno menyela cepat lalu mendekati Starla. Menatap lekat tubuh wanita itu dari ujung kaki hingga ujung kepala.Seketika Revanno langsung menelan ludahnya. ‘Sial! Dia sangat seksi,’ ujarnya dalam hati.“Tapi kamu nggak bisa jauh dari orang tampan sepertiku, kan?” Sambung Revanno yang tersenyum percaya diri.Apa?! Bagaimana bisa ada pria yang begitu sombong dan besar kepala seperti Revanno?“Sepertinya kamu sakit ya, sakit jiwa!” Tukas Starla yang justru membuat Revanno terkekeh.Tidak butuh waktu lama, Revanno segera menjelaskan secara singkat tugas dan pekerjaan yang akan di lakukan Starla selama menjadi sekretarisnya.Revanno bahkan secara sengaja juga memindahkan meja sekretarisnya menjadi satu di dalam ruangannya. Padahal dulu ia tidak pernah mau satu ruangan dengan orang lain, termasuk sekretarisnya. Karena bagi Revanno itu sangat mengganggu. Dan entah kenapa gara-gara Starla ia bisa langsung berubah pikiran begitu saja.“Ini peraturan sekaligus perjanjian kerja yang harus kamu taati selama bekerja menjadi sekretarisku,” ujar Revanno seraya menyerahkan selembar kertas kepada Starla. “Dan ingat, aku nggak akan segan-segan memberikan hukuman jika kamu berani melanggar salah satu yang tertulis di sana,” imbuhnya tersenyum miring.Starla hanya bisa menatap sebuah kertas yang ada di genggamannya dengan mata melotot. Apa benar ia harus menaati semua yang tertulis di kertas ini?√ Bos atau atasan selalu benar.Point pertama itu memang hal yang cukup lazim karena semua Bos memang selalu bersikap seperti itu.√ Semua perintah Atasan harus di lakukan sekretarisnya tanpa ada pengecualian dan penolakan.√ Sekretaris harus selalu cekatan dan handal dalam menangani semua tugas yang berikan oleh Bosnya.√ Sekretaris harus selalu siap siaga dua puluh empat jam dengan Bosnya. Kapanpun Bos membutuhkan, sekretaris harus selalu ada di sampingnya tanpa pengecualian. Walaupun itu di luar jam kerja.Starla semakin menatap horor isi kertas yang di pegangnya itu.√ Bos boleh melakukan apa saja terhadap sekretarisnya yang telah melakukan kesalahan, dan tidak boleh ada pembantahan.√ Jika sekretaris keberatan dan tidak mau melayani dan melakukan perintah Bos, maka Bos berhak memberi hukuman berupa lisan maupun tertulis kepada sekretarisnya.√ Sekretaris tidak boleh melakukan hal yang tidak di ketahui oleh Bosnya.√ Sekretaris wajib memberi laporan ketika hendak melakukan hal yang tidak melibatkan Bosnya. Dan jika melanggar maka Bos berhak memberi sanksi.Starla hanya bisa menelan ludah ketika ia baru saja selesai membaca point yang terakhir.“Ada satu lagi sebenarnya yang belum tertulis di situ.”Starla langsung menatap ke arah Revanno yang tengah duduk bersandar di mejanya sambil bersedekap.“A-apa?” Tanya Starla. Entah benar atau salah ia bertanya seperti itu? Tapi lebih baik ia mengetahuinya sekalian daripada harus menunggu nanti.Revanno menyeringai, lalu berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapan Starla. Dari posisi berdirinya kini, Revanno bisa melihat dua buah bukit menonjol milik Starla yang begitu padat dan juga menggemaskan. Membuat Revanno jadi ingin sekali meremasnya.Sial! Lagi-lagi pikirannya berkelana ketika berhadapan dengan Starla.Perlahan Revanno menunduk, mensejajarkan wajah ke telinga Starla. “Sleep with me,” bisiknya sensual.“M-maksud kamu?” Starla memelotot.“Kamu harus bersedia melayaniku tentunya,” ujar Revanno santai.Mata Starla membulat sempurna ketika mendengar hal tersebut. “Yang benar saja?! Kalau kamu hanya mencari seseorang yang bisa melayanimu, kenapa kamu mencari sekretaris? Bukankah seharusnya kamu mencari pelayan saja, Ck!”“Hei, siapa Bosnya di sini?” Revanno mengangkat kedua alisnya. “Lagi pula, yang aku mau itu pelayanan dari kamu, Starla. Pelayanan ... Ranjang.” Lagi-lagi Revanno berbisik dengan nada menggoda.Starla segera menatap Revanno tajam. Ia ingin sekali memukulnya.“Brengsek—“ Starla tersentak saat Revanno dengan cepat menangkap pergelangan tangannya. Pria itu mendorong tubuh Starla hingga punggungnya menghimpit tembok.“Jangan munafik. Kamu belum lupa dengan apa yang sudah pernah kita lakukan di klub malam itu, kan? Aku tahu kamu menyukainya,” bisik Revanno dengan suara seraknya yang seksi.Seketika Starla merasa napasnya menjadi berat. Ia bahkan juga kesusahan untuk menelan ludah. Apa orang ini benar-benar serius berkata seperti itu? Revanno sedang tidak mengerjainya, kan?Tangan Revanno mulai bergerak membelai dada Starla yang sedikit terekspose, karena belahan depan dress yang wanita itu pakai cukup terbuka.“Kamu akan mendapatkan semua yang kamu inginkan, jika kamu bersedia menyanggupi semua point yang tertulis di kertas tadi. Termasuk point tak tertulis yang baru saja aku katakan.” Tangan Revanno masih bergerak-gerak abstrak di atas dada Starla, membuat wanita itu nyaris tidak bisa bernapas. “Sebenarnya masih ada banyak lagi yang belum aku katakan. Tapi … itu gampang. Aku bisa memberitahumu nanti. Setelah kamu menyetujui semua point yang aku berikan hari ini.”“A-apa saja yang akan kamu berikan?” Tantang Starla berani.“Segalanya,” jawab Revanno tanpa keraguan. Mata Starla langsung melebar ketika mendengarnya. “Kamu mau apa saja, aku bisa memberikannya. Uang? Mobil? Tempat tinggal? Gaji yang besar? Semuanya, Starla. Semua itu bisa kamu dapatkan, asal … kamu bersedia menyetujui satu syarat tak tertulis yang tadi aku sebutkan.”Gleg.Leher Starla terasa kering. Jujur ia memang tidak bisa munafik tentang hal itu. Siapa sih yang tidak ingin uang di dunia ini?Bahkan sejak dulu Starla selalu mati-matian mencari yang namanya ‘uang’. Dan percayalah, hal itu tidak semudah orang membalikkan telapak tangan.Lalu sekarang, jika ada orang yang dengan suka rela menawarkan semua hal yang begitu Starla butuhkan, apa Starla bisa menolaknya begitu saja? Tentu tidak. Starla tidak bisa menolak keuntungan ini. Persetan dengan harga dirinya!Ia sudah sering di jamah oleh pria selama bekerja di Klub malam. Walaupun sejauh ini Starla belum pernah sampai tidur bersama mereka. Karena Starlalah yang biasanya sering menidurkan mereka terlebih dahulu.Mungkin kali ini tidak akan apa-apa jika ia menerima tawaran Revanno. Walaupun tawaran yang pria itu minta adalah harus tidur dengannya. Toh, Starla juga punya sejuta cara untuk membodohi Revanno. Jadi tidak akan mudah bagi Revanno untuk mendapatkan tubuhnya.Starla tersenyum dalam hati.Starla segera mendongak dan menatap Revanno. “Aku setuju,” ujarnya yakin.Di luar dugaan, ternyata Starla menyetujui persyaratan Revanno. Revanno tidak menyangka kalau akan semudah ini mendapatkan Starla. Ia segera tersenyum penuh kemenangan.“Bagus,” ujar Revanno tepat di hadapan Starla. “Mulai hari ini kamu bukan hanya sekedar sekretarisku saja. Tapi kamu juga … My Sexcretary, miss Starla,” bisik Revanno sambil meremas bokong Starla dengan gemas.Starla hanya diam, terkejut dengan aksi yang Revanno lakukan.Revanno sudah merasa menang kali ini. Ia juga tidak tahu kenapa dirinya begitu menginginkan Starla, hanya karena Starla menolaknya saat di Klub malam itu. Di matanya Starla memiliki daya magnet tersendiri yang bisa membuat hasratnya bangkit begitu saja.Sementara itu, Starla hanya bisa tersenyum dalam hati. Ternyata hari ini tidaklah seburuk yang ia pikirkan tadi. Ia akan mengikuti permainan Revanno. Dan lihat saja apa yang akan ia lakukan.“Lalu sekarang, di mana ruanganku?” Tanya Starla dengan tenang.Revanno menunjuk sebuah meja yang sudah lengkap dengan perlengkapan kerja yang berada tepat di dekat pintu masuk ruangannya.“Jadi kita berada di satu ruangan? Kenapa? Bukankah bisanya ruangan sekretaris berada di luar?” Starla merasakan ada aura ganjil dari senyum Revanno.“Tentu saja supaya kita bisa dengan mudah bercinta,” jawab Revanno dengan seringai nakal yang membuat Starla menatapnya tajam.“Kamu!” Starla menunjuk pria yang kini sudah resmi menjadi Bosnya. “BERENGSEK!”Tidak di sangka ternyata Revanno benar-benar licik. Starla yang awalnya percaya diri bisa mengelabuhi Revanno kini perlahan mulai ragu. Starla mulai berpikir apakah dirinya benar-benar sanggup berhadapan dengan pria gila yang berotak mesum ini?“Bukankah lebih baik jika seorang bawahan nggak berkata yang nggak sopan begitu kepada atasannya? Apa kamu nggak takut kalau mendapat hukuman?” Kata Revanno santai.Starla hanya berdecih. Pria di depannya ini suka sekali dengan sengaja menekan kata bawahan dan bos dalam kalimatnya.“Aku nggak takut mendapat hukuman. Di pecatpun nggak masalah bagiku, bahkan aku akan menganggap itu sebagai anugerah,” balas Starla enteng.Namun, Revanno malah terkekeh setelah mendengar perkataan Starla. Dia mulai menunduk dan mensejajarkan wajahnya dengan Starla.“Bukan hukuman seperti itu. Jika kamu mengatakan kata yang nggak sopan padaku, maka hukumannya adalah satu kata ... satu kali bercinta.”Starla memelotot. “DASAR GILAAA!” Teriaknya kesal.Revanno tersenyum. “Sepertinya nanti malam akan menjadi malam yang panas untuk kita, karena kamu akan mendapat hukuman atas kata yang kamu ucapkan barusan.”Sesuai dengan kesepakatan yang telah Revanno katakan. Jika Starla menyanggupi persyaratan yang ia berikan, maka ia akan memberikan semua fasilitas yang Starla butuhkan, termasuk semua kebutuhan wanita itu. Berhubung Starla mengatakan kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Jadi Revanno dengan sekejap langsung membelikan sebuah apartemen mewah untuk Starla—sekretaris barunya.Pukul enam sore mereka berdua sudah tiba di apartemen baru Starla.Awalnya Starla merasa tidak percaya jika Revanno benar-benar memberikan apartemen mewah itu untuknya. Apalagi setahu Starla, apartemen itu adalah apartemen mahal yang biasa di huni oleh kalangan elite saja. Diam-diam hal itu membuat Starla curiga. Apakah memang Revanno sebaik itu? Atau mungkin ada maksud lain?“Ini apartemen untuk kamu,” ujar Revanno ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen.“Kamu—““Aku bos kamu,” ucap Revanno mengingatkan.Starla berdecih. “Anda serius memberikan apartemen ini untuk saya?”Revanno dengan santainya meng
Revanno seketika menoleh saat mendengar namanya di sebut. Tak lama, seorang pria paruh baya masuk dengan pandangan lurus tertuju padanya.‘Ah, dia Ayahku.’ Revanno mengeram dalam hati.Menjengkelkan bukan kalau mengetahui pengganggunya adalah Ayahnya sendiri? Revanno tidak mengerti, apa juga tujuan Ayahnya kesini?Ayah Revanno duduk di sofa, tepat di sebelah Revanno. Sedangkan Starla memasuki kamarnya. Mungkin saja dia ingin mengganti pakaiannya yang di mata Revanno kelewat menggoda itu.Rasanya saat ini Revanno ingin menyusul Starla saja masuk ke dalam kamarnya dan bergelut di atas ranjang tanpa busana.“Tumben sekali kamu tidak pergi ke Klub. Ada gadis baru di sana.”Ya, begitulah Ayah Revanno. Sifat Ayah dan anak itu memang tidak jauh berbeda. Walaupun kehidupan Revanno sekarang cukup sukses dan banyak di segani orang, namun di balik itu semua ia mempunyai keluarga yang cukup berantakkan. Ibunya sudah pergi meningg
“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.Sebenarnya ini adalah acara peresmi
Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa menda
Pukul lima sore, Starla mengikuti Revanno dan juga Pak Wicaksana yang merupakan klien baru di perusahaan Nexus. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota yang kebetulan baru di buka beberapa hari lalu. Pusat perbelanjaan itu merupakan proyek antara perusahaan Nexus dan perusahaan milik Pak Wicaksana. Sebagai pemilik saham terbesar tentu Revanno harus memastikan produk yang di pasarkan sudah sesuai dengan kriterianya atau belum.Selesai melihat-lihat dan berkeliling, Revanno memutuskan untuk berpisah dengan Pak Wicaksana. Dan memilih untuk melanjutkannya sendiri dengan Starla. Meski baru di buka beberapa hari tetapi pusat perbelanjaan tersebut sudah sangat ramai. Tiba-tiba saja Revanno dan Starla sudah berada di lantai tujuh.Lantai tujuh merupakan lantai dimana pakaian dari brand-brand ternama berada. Mata Starla seketika aktif. Ia tidak bisa memungkiri jika matanya juga bisa khilaf kalau berada di mall dan melihat deretan busana-busana bagus dan bermerk tentunya
“Kenapa? Apa mungkin dia pria yang pernah tidur denganmu?”Brengsek! Starla mengumpat dalam hati.Starla tahu kalau dirinya mantan pegawai Klub. Tapi ia bukanlah wanita jalang yang bisa di sewa pria manapun. Ya walaupun kenyataan sebenarnya hampir seperti itu, tapi setidaknya sampai saat ini Starla belum pernah tidur dengan pria-pria berhidung belang itu. Dan Starla tetap merasa kesal jika ada orang yang mengatakan hal seperti yang Revanno katakan barusan. Bukankah lebih tepat jika Starla itu di sebut sebagai penipu ketimbang wanita jalang?Starla berusaha membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. “Bukan. Aku belum pernah tidur dengan mereka,” ujarnya jujur.Starla semakin gugup karena wajah Revanno kini semakin menunduk dan dekat dengan wajahnya. Starla bisa merasakan sapuan napas hangat Revanno mulai menerpa wajahnya.Secepat kilat Revanno berhasil mendaratkan bibirnya di atas bibir Starla, bibir yang sejak tadi membu
Starla tidak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang seperti ini. Menjadi sekretaris Revanno sungguh suatu hal yang mampu merubah nasibnya. Revanno benar-benar memberikannya fasilitas yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan memilikinya. Sebuah apartemen mewah lengkap dengan isinya, gaji yang besar dan Revanno juga benar-benar membelikan sebuah mobil pribadi untuk Starla. Kini ada satu hal yang Starla yakini jika sosok Revanno Immanuel dengan segala kebrengsekan dan kemesumanya itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Walaupun sejauh ini ia belum berhasil mendapatkan 'seks’ bersama Starla. Namun, Revanno tetap memberikan apa yang sejak awal sudah ia janjikan kepada Starla. Mungkin banyak orang akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sorang sekretaris saja bisa hidup dengan begitu mewahnya? Dan Starla tak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut. Karena inilah jalan yang ia ambil. Resiko yang harus ia jalani ketika ia memilih untuk menyetujui kontrak kerja dengan Revann
Sore ini Starla terlihat begitu terburu-buru ketika berjalan keluar dari salah satu Coffee Shop. Ini semua karena Bos gilanya. Revanno mengatakan kalau ia ingin minum Americano Coffee. Dan hal yang menjengkelkan adalah Revanno ingin Starla yang membelikannya langsung, ia tidak ingin orang lain yang membelikannya. Oke, peraturan pertama perintah Bos memang tidak bisa di ganggu gugat. Begitu Starla mendapatkan satu Cup Americano, ia segera berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya yang terus berdering. Siapa lagi kalau bukan panggilan dari Bosnya? Starla terus berdecak dan mengumpat sepanjang perjalanan. Ia sengaja tidak ingin mengangkat panggilan itu dan memilih untuk memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya. Namun, ketika Starla baru saja menggeser pintu Coffee Shop tersebut, tanpa sengaja ia menabrak seorang pria hingga membuat tasnya terjatuh. Dan tentu saja semua isi tasnya langsung berceceran. Starla semakin jengkel. Ayolah, ia sedang terburu-buru kenapa ada saja hambat
“Revanno.”“Ya?”Starla membelai wajah pucat Revanno. “Kamu baik-baik saja?”Revanno mengangguk seraya menelan ludah susah payah. Membuat Starla tertawa pelan.“Kenapa tertawa?” Revanno menatap istrinya dengan kening bertaut.“Yang ingin melahirkan itu aku, kenapa kamu yang panik dan pucat seperti ini?”“Yang ingin kamu lahirkan itu anakku, kenapa aku nggak boleh panik seperti ini?”Starla tersenyum simpul, membawa kepala Revanno ke dadanya. Membelainya lembut. “Jangan panik seperti itu. Aku baik-baik saja. Wajah kamu pucat sekali.”Revanno mengangkat kepala, sejajar dengan kepala Starla. Mata kelamnya menatap Starla lekat. “Berjanjilah padaku, kamu akan baik-baik saja.”Starla mengangguk. “Aku pasti baik-baik saja. Ini bukan pertama kali aku melahirkan, Revanno. Apa kamu lupa?” Tanyanya menatap Revanno. “Dan ini juga bukan pertama kalinya kamu menemaniku saat ingin melahirkan.”Revanno meringis. “Tapi tetap saja, Starla. Rasanya tetap sama tegangnya. Dan khawatir juga. Aku sangat kha
“Starla dimana?” Joshep yang tengah menyiapkan bekal untuk piknik bersama cucunya menatap Revanno yang memasuki dapur, dengan rambut basah.“Tidur,” jawab Revanno singkat. Revanno mulai mengambil beberapa telur untuk membuat omelet.“Tidur?” Tanya Joshep dengan satu alis terangkat, kemudian pria itu mengulum senyum. “Kelelahan?” Godanya.Revanno hanya tertawa pelan seraya mengangguk. Mulai memecahkan beberapa telur ke dalam mangkuk. “Apa perlu Ayah membawa Sera untuk menginap di hotel?”Revanno menoleh, ide itu terdengar sangatmenggoda. Namun, apa Starla akan mengizinkannya?“Ayah ajak ke hotel saja, ya. Hotel yang ada di Ubud. Ayah ingin mengajak Sera untuk melihat pemandangan yang ada di sana. Dia pasti suka.” Kata Joshep.Revanno mendekati Ayahnya, lalu memeluk Ayahnya singkat. “Terima kasih, Ayah.”Joshep mengangguk, menepuk- nepuk pelan bahu Revanno. “Dalam rangka mendapatkan cucu kedua, Ayah rela menjaga Sera selama yang kamu inginkan,” ujar Joshep sambil mengedipkan sebelah
“Sera ingat apa pesan Papa?” Revanno berjongkok di depan putrinya. Menatap gadis kecil itu sambil tersenyum.“Nggak boleh nakal dan menyusahkan Kakek sampai Papa dan Mama kembali ke Jakarta.”Revanno tersenyum, menepuk puncakkepala putrinya. “Pintar.”Revanno lalu merentangkan kedua tangannya dan memeluk Sera dengan begitu eratnya.“Hanya beberapa hari, Papa dan Mama akan pulang,” ujar Revanno pelan seraya mengecup kepala anaknya. Sementara Sera hanya mengangguk saja.Revanno dan Starla akan pergi berlibur ke Bali, hanya berdua. Setelah beberapa tahun tidak menghabiskan waktu hanya berduaan, Starla merasa sangat membutuhkan waktu untuk quality time berdua dengan suaminya. Dan Revanno menyetujui hal itu.“Ya sudah. Kalian cepat berangkat sana.” Joshep mengenggam tangan cucunya.Revanno sengaja menitipkan Sera kepada Ayahnya karena memang sejak awal Joshep-lah yang menawarkan diri untuk menjaga Sera selama Revanno dan Starla pergi berlibur. Lagipula sekarang Joshep juga sedang menikm
Starla terengah dengan Revanno yang terus menghunjam ke dalam tubuhnya dari belakang. Wanita itu memejamkan mata, mencengkeram kain yang mengikat kedua tangannya.“Revanno …” Starla mendesah. Ia mendapatkan kenikmatan yang selalu mampu membuatnya tergulung ombak yang begitu dalam.Revanno mencengkeram dada Starla dan menarik istrinya agar menempel ke dadanya. Starla berpegangan pada paha Revanno. Pria itu mendorong kuat-kuat dan menenggelamkan dirinya di sana. Terengah dengan bibir di leher istrinya. Bernapas terputus-putus.Ketika napas mereka tidak lagi memburu seperti tadi, Revanno mengecup leher Starla. Tubuh mereka masih menyatu lekat. Revanno memeluk perut untuk istrinya posesif, enggan melepaskannya. Bibir Revanno mengecupi bahu Starla. Sementara istrinya itu bersandar lemah di dada bidangnya.“Mama!” Teriakan nyaring membuat mata Starla yang semula terpejam, kini terbuka lebar. “Mama!”“Revanno, Sera,” ujar Starla pelan, tubuhnya lelah, Revanno tidak penah hanya cukup satu kal
Lima tahun kemudian.Mobil itu sudah terparkir dengan sempurna di depan rumahnya. Yang paling kecil turu dengan cepat, berlari masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberut. Sementara, pria yang menyerupai gadis kecil itu mengikutinya dari belakang dengan senyum tipis dan gelengan kepala pelan.“Mama ... Mama ...” teriak gadis kecil itu hampir memenuhi setiap sudut ruangan. la membuka pintu rumah, mendorong dengan kasar, lalu masuk ke dalamnya disusul dengan sang Ayah yang membawakan tas sekolahnya.“Mama!” Teriaknya lagi, kali ini dengan air wajah yang memerah.Datanglah sang Ibu dari balik pintu dapur, menyambut anaknya yang baru pulang sekolah seperti biasanya. “Loh, anak Mama pulang sekolah kenapa wajahnya di tekuk seperti itu? Ada apa? Siapa yang berani membuat donat gula Mama marah?”Masih memasang wajah cemberut dengan bibir yang maju tak mundur sama sekali, gadis kecil itu bersidekap. “Sera nggak mau di jemput Papa lagi,” ujarnya nyaring.Mendengar hal itu, Starla lantas beralih
Kencan yang Revanno bayangkan adalah jalan-jalan menaiki mobil, berhenti di taman yang sepi dan menikmati jajanan yang ada di sana. Seharusnya. Ya seharusnya memang seperti itu. Namun, hal itu tidak mungkin karena ini adalah malam Minggu. Ia sudah merangkai semua rencana itu di dalam kepalanya, tetapi realita memang tidak seindah ekspetasi. Pasalnya, baru saja mobilnya keluar dari pelataran rumah sakit, kemacetan sudah menunggu mereka.Revanno menghela napas, wajahnya tertekuk masam, sedikit kesal lebih banyak mengumpat. Starla yang duduk di sampingnya bersama dengan Sera di dalam gendongan wanita itu sudah beberapa kali mengomeli Revanno. Meski Sera belum mengerti, atau memahami apa yang sang Ayah ucapkan, tapi tetap saja rasanya tidak tenang sekali mendengar Revanno mengumpat kasar di depan Sera.“Sabar, Revanno …” Sudah beberapa kali Starla berujar seperti itu. Kali ini ia menambahkan dengan usapan lembut di lengan suaminya. “Nggak apa-apa kok agak malam, Sera juga sudah memakai ba
Beberapa menit kemudian Joshep dan William tiba di rumah sakit bersama Sera yang saat ini tengah di gendong oleh Bi Diyah. Selama jeda menunggu para Kakek itu tiba di rumah sakit, Starla tidak ingin berbicara dengan Revanno. Ia masih merasa kesal pada suaminya yang mengabaikan dirinya. Revanno tidak menjemput Starla di rumah Vania. Tetapi pria itu justru marah-marah ketika Starla pulang terlambat. Apalagi saat beberapa menit sebelum kecelakaaan, Starla mendengar Revanno mengumpat dari balik sambungan telepon. Starla kesal sekali rasanya.Ngomong-ngomong, kecelakaan itu memang tidak fatal terjadi, hanya tabrakan beruntun akibat kemacetan dan tidak menghasilkan korban jiwa yang meninggal. Beberapa hanya luka lecet dan shock seperti Starla.Saat Joshep dan William datang, Revanno sedang mati-matian meminta maaf pada sang istri. Starla mendiamkannya hampir selama jeda sebelum Joshep dan William tiba.Revanno merasa bersalah, Starla juga tahu itu, terlihat dari gurat resah di wajah suamin
Revanno kekeuh tidak ingin ikut datang ke rumah Vania. Pria itu hanya mengantarkan sang istri sampai di depan pagar rumah Vania saja. Hal itu membuat Starla cemberut, merasa kesal karena Revanno tidak ikut turun. “Kenapa sih nggak ingin ikut?” Tanya Starla dengan bibir maju ke depan. “Padahal juga hanya sebentar saja, kok.”“Aku ada pekerjaan penting, Sayang,” jawab Revanno sabar.“Pekerjaan apa? Sepenting apa memangnya sampai harus kamu yang mengerjakannya?” Revanno menoleh penuh dramatis. “Tentu saja harus aku yang mengerjakannya. Suamimu ini pimpinan di perusahaan, Starla. Jadi wajar kalau pekerjaan itu aku yang mengerjakannya. Lagipula aku juga harus memberi contoh yang baik untuk para karyawanku.”Seketika bibir Starla langsung mencibir. Kalau orang lain yang berkata demikian mungkin Starla akan percaya, tapi Revanno? Ck! Bagaimana tingkah pria itu dulu, Starla sangat tahu. Ya, meskipun Starla akui kalau gaya kepemimpinan Revanno memang bagus. Tapi biasanya Revanno tidak pernah
Revanno menghampiri Starla yang sedang sibuk membungkus kado di ruang tengah. la duduk di sebelah sang istri seraya mengambil setoples keripik kentang buatan Bi Diyah.“Untuk siapa?” Tanya Revanno sambil mengunyah.Starla menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membungkus kado hadiah untuk Mikayla, anak sahabatnya—Vania.“Untuk anaknya Vania, namanya Mikayla,” jelas Starla.Beberapa hari yang lalu Vania sempat mengatakan kalau anaknya akan merayakan ulang tahun. Dan berhubung kemarin Starla memiliki waktu untuk berbelanja, sekalian ia membeli hadiah untuk ia berikan kepada anaknya Vania.“Ulang tahun?” Revanno bertanya lagi dan Starla langsung mengangguk. “Kapan?” Imbuhnya dengan tangan yang bersiap memasukan dua keripik kentang sekaligus ke mulutnya.“Besok. Antar aku, ya?”Seketika gerakan tangan Revanno terhenti. “Nggak, ah. Kamu sendiri saja. Lagipula aku kan bekerja.”“Eh, mana bisa begitu?” Starla nenoleh ke arah sang suami, mengernyitkan keningnya. Seolah tidak t