Sesuai dengan kesepakatan yang telah Revanno katakan. Jika Starla menyanggupi persyaratan yang ia berikan, maka ia akan memberikan semua fasilitas yang Starla butuhkan, termasuk semua kebutuhan wanita itu. Berhubung Starla mengatakan kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Jadi Revanno dengan sekejap langsung membelikan sebuah apartemen mewah untuk Starla—sekretaris barunya.
Pukul enam sore mereka berdua sudah tiba di apartemen baru Starla.Awalnya Starla merasa tidak percaya jika Revanno benar-benar memberikan apartemen mewah itu untuknya. Apalagi setahu Starla, apartemen itu adalah apartemen mahal yang biasa di huni oleh kalangan elite saja. Diam-diam hal itu membuat Starla curiga. Apakah memang Revanno sebaik itu? Atau mungkin ada maksud lain?“Ini apartemen untuk kamu,” ujar Revanno ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen.“Kamu—““Aku bos kamu,” ucap Revanno mengingatkan.Starla berdecih. “Anda serius memberikan apartemen ini untuk saya?”Revanno dengan santainya mengangguk. “Ya. Tentu saja aku serius,” ujarnya singkat.Starla tersenyum dalam hati. Ternyata walaupun otak Bosnya sedikit bermasalah. Tapi di sisi lain Bosnya juga orang yang baik. Starla mengangguk sebelum kemudian ia menatap Revanno, hendak mengucap terima kasih, tapi .…“Dan apartemenku berada tepat di sebelah apartemen ini,” imbuh Revanno tersenyum mencurigakan.Seketika senyum yang nyaris Starla keluarkan perlahan menyurut setelah mendengar ucapan Revanno.Apa maksudnya ini? Apa jangan-jangan— Ah, sial! Starla paham sekarang. Jadi Bosnya ini sengaja memberi Starla apartemen yang bersebelahan dengan apartemen milik pria itu.Sungguh tidak terduga. Revanno rupanya jauh lebih licik dari yang Starla duga.Revanno yang mengetahui perubahan ekspresi wajah Starla pun hanya bisa mengulum senyum. Dalam hatinya ia bersorak menang, karena pasti saat ini Starla sudah tidak bisa berkutik lagi.“Baiklah kalau begitu. Terima kasih Pak Revanno atas apartemennya ini. Dan, sekarang … silakan Anda keluar karena saya ingin beristirahat,” ujar Starla yang berusaha tersenyum.Revanno tampak memelotot setelah mendengar ucapan Starla. Bagaimana bisa wanita itu menyuruhnya keluar? Hey, bukankah seharusnya mereka akan menghabiskan malam yang panas malam ini?“Tunggu! Tunggu dulu.” Revanno mengangkat tangannya hendak protes.Starla hanya tersenyum. “Sekali lagi terima kasih, Pak,” ujarnya mengusir Revanno.Revanno mengeram dalam hati ketika Starla mendorong tubuhnya hingga keluar dari pintu apartemen Starla.“Tapi, Starla—““Selamat malam, Pak Revanno. Semoga Anda bermimpi indah.” Kata Starla cepat memotong ucapan Revanno.Revanno hendak membuka mulutnya lagi, namun Starla sudah lebih dulu menutup pintu apartemennya.Sial!Berani sekali wanita itu. Revanno mengacak rambutnya frustrasi. Haruskah ia sekarang menggedor-gedor pintu apartemen yang ada di hadapannya ini? Tidak. Ia mana mau melakukan hal memalukan seperti itu. Ya, walaupun terkadang dirinya memang tak punya malu.Akhirnya, setalah cukup lama berpikir. Revanno memutuskan untuk masuk ke apartemennya sendiri agar bisa mendinginkan kepala yang terasa hampir mendidih.Sementara itu, di dalam apartemen Starla. Ia berjalan menyusuri apartemen mewah itu dengan tatapan takjub. Ia terus melangkah sampai kakinya masuk ke dalam sebuah ruangan yang ia yakini sebagai kamar tidurnya. Kamar yang ternyata juga tak kalah mewah dan bagus.“Ternyata bagus juga selera Bos gila itu,” gumam Starla yang tersenyum.Setelah puas melihat-lihat isi kamar. Starla memutuskan untuk segera membereskan pakaian ke dalam lemari, kemudian ia bersiap untuk mandi.Saat ini jam baru saja menunjukkan pukul delapan malam. Dan Starla baru saja selesai mandi. Rasanya semua beban dalam tubuhnya langsung terangkat setelah di guyur dengan air dingin tadi.Starla sengaja hanya memakai bikini dan di balut dengan handuk kimono. Ya, ia sengaja tidak memakai baju sebelum memutuskan untuk tidur nanti.Tiba-tiba Starla mendengar ponselnya berbunyi. Satu pesan masuk dan itu dari Vania—temannya.From Vania:Bagaimana apartemen barumu? Dan bagaimana Bos barumu? Selain rumor yang mengatakan kalau dia tampan, ternyata di baik hati juga ya? Harusnya tadi kamu mengenalkannya padaku terlebih dahulu, sebelum kamu pindah ke apartemen pemberian Bosmu itu.Starla hanya mendengus setelah membaca pesan dari Vania. Selesai bekerja tadi Starla langsung kembali pulang, dan mengatakan kepada Vania kalau ia akan pindah ke apartemen barunya. Starla mengatakan kalau apartemen tersebut merupakan fasilitas yang di berikan oleh Bos barunya. Dan tentunya Starla tidak mengatakan bagian, kalau ia mendapat fasilitas itu karena ia telah menyepakati sebuah perjanjian gila dengan Bosnya.Starla tidak mungkin menceritakan semua itu kepada Vania. Bukan karena ia tidak mempercayai Vania. Hanya saja Starla merasa kalau itu memang hal yang seharusnya memang tidak perlu ia ceritakan kepada siapapun. Cukup ia dan Revanno saja yang mengetahui soal perjanjian gila itu.Selesai membalas pesan dari Vania, Starla segera melempar ponselnya ke atas kasur. Dan bertepatan dengan itu, ia mendengar bell apartemennya berbunyi.“Hay, my sexcretary .…”Starla hanya mengernyit. Kenapa manusia gila ini kemari lagi? Dan apa katanya tadi 'sexcretary'? Starla merasa bahwa saat ini kesabarannya benar-benar sedang di uji. Apalagi setelah mengucap kalimat itu, Revanno langsung masuk begitu saja ke dalam apartemennya, tanpa memperdulikan Starla yang masih mematung di depan pintu.“Kamu mau apa lagi sih?!” Tanya Starla saat melihat Revanno merebahkan tubuh di atas sofa.Oke, Starla berusaha berfikir bahwa ini apartemen pemberian dari Bosnya. Jadi, terserah pria itu mau melakukan apa. Starla tidak mau terlalu ambil pusing.“Aku hanya ingin mengenal sekretarisku lebih dalam,” jawab Revanno santai. Sedangkan Starla hanya memutar bola matanya malas. “Kamu nggak akan berniat untuk melarikan diri besok, kan?”“Kemungkinan akan begitu,” balas Starla sekenanya.Seketika Revanno langsung melempar tatapan tajam ke arah Starla—sekretaris barunya.“Sekarang lebih baik Anda kembali ke apartemen Anda sendiri. Saya ingin beristirahat, Pak Revanno,” ujar Starla yang berusaha sopan.Ia berusaha menarik lengan Revanno sekuat tenaga, supaya pria yang berstatus sebagai Bosnya itu keluar dari apartemennya. Tapi apalah daya Starla di banding tubuh kekar itu?Revanno masih tampak berbaring di sofa dan Starla masih berusaha menariknya. Dan saat Starla mulai lengah, Revanno membalas menarik tangan Starla.Dan, bug!Starla terjatuh tepat di atas dada bidang Revanno yang terlapisi kaos hitam tipis. Mata Starla langsung membulat saat menyadari bahwa sekarang ia tengah mengenakan pakaian yang cukup terbuka alias mengundang gairah.Deg!Sedangkan Revanno mulai merasakan gelenjar aneh mengalir dalam tubuhnya. Dada Starla menempel tepat di dadanya, dan tentu saja itu langsung membuatnya berpikir yang 'iya-iya'.Bagaimana tidak? Wanita berisik yang resmi menjadi sekretarisnya itu saat ini hanya memakai handuk kimono yang menampilkan hampir setengah paha mulusnya. Bahkan junior Revanno sudah mulai bereaksi saat matanya berhasil menatap jelas warna pakaian dalam yang Starla kenakan.Revanno diam sejenak. Membiarkan desiran aneh menjalar ke tubuhnya. Dan tampaknya Starla pun melakukan hal yang sama.Ketika Starla hendak bangkit, Revanno segera merengkuh pinggang wanita itu dan menahan tengkuknya agar bibir Starla menyatu dengan bibirnya.Benar-benar memabukkan.Revanno mulai mencium bibir Starla, ciuman yang sangat lembut dan hati-hati pada awalnya. Namun, perlahan berubah menjadi sebuah lumatan yang lebih dalam dan menuntut. Lidah Revanno mulai berani menerobos masuk untuk mengabsen tiap deretan gigi dan rongga mulut Starla.Di luar dugaan, Starla justru membalas lumatan yang Revanno berikan. Lidah mereka saling bertautan, saling mencecap untuk merasakan kenikmatan. Mata Starla pun terpejam seolah menikmati permainan panas yang Revanno berikan.Revanno tak berniat untuk menukar posisi, karena baginya Women On Top akan lebih menarik saat ini. Perlahan tangannya mulai berani masuk ke kimono bawah Starla yang memang sudah tersingkap. Tangan Revanno meraba dan meremas bagian bokong Starla dan .…“Aahh.”Desahan Starla terdengar begitu seksi di telinga Revanno. Bagaikan suporter agar dirinya terus melanjutkan aksinya.Revanno mulai menarik tali kimono Starla dan berhasil dengan mudah. Bibirnya mulai turun menjelajahi lehernya. Namun, sesuatu tiba-tiba membuat Revanno mengumpat.Bel berbunyi dan Starla langsung berdiri.Bagaimana mungkin? Kepala Revanno terasa pening mendadak. Ia sedang di liputi gairah untuk bercinta dengan Starla. Tapi dalam sekejap bel bodoh itu menghancurkannya.Revanno menatap Starla yang tanpa merasa bersalah langsung berjalan meninggalkannya yang sudah berada di puncak gairah.Starla berjalan ke arah pintu sambil membenarkan tali kimononya. Dalam hatinya ia sangat puas, dan ingin terkekeh ketika membayangkan wajah Revanno yang frustrasi saat ini.“Apa benar putraku berada di sini?”Starla tampak mengernyit bingung. Matanya menatap pria paruh baya yang saat ini berdiri di depan pintu apartemennya. Bahkan di umurnya yang sudah tidak muda lagi, pria paruh baya itu masih terlihat tampan dan juga … menggoda. Yeah, menggoda. Dia terlihat seperti Sugar Daddy idaman para wanita masa kini.“Revanno,” lanjut pria paruh baya itu. Membuyarkan lamunan Starla.Mata Starla seketika membulat. Ia terkejut bukan main. Bagaimana ini? Pakaiannya masih sama. Dan pasti pria paruh baya yang Starla yakini sebagai ayah Revanno ini akan berpikir yang tidak-tidak tentang apa yang sudah ia lakukan bersama putranya.Oh, astaga! Rasanya Starla ingin menjerit sekeras-kerasnya.Revanno seketika menoleh saat mendengar namanya di sebut. Tak lama, seorang pria paruh baya masuk dengan pandangan lurus tertuju padanya.‘Ah, dia Ayahku.’ Revanno mengeram dalam hati.Menjengkelkan bukan kalau mengetahui pengganggunya adalah Ayahnya sendiri? Revanno tidak mengerti, apa juga tujuan Ayahnya kesini?Ayah Revanno duduk di sofa, tepat di sebelah Revanno. Sedangkan Starla memasuki kamarnya. Mungkin saja dia ingin mengganti pakaiannya yang di mata Revanno kelewat menggoda itu.Rasanya saat ini Revanno ingin menyusul Starla saja masuk ke dalam kamarnya dan bergelut di atas ranjang tanpa busana.“Tumben sekali kamu tidak pergi ke Klub. Ada gadis baru di sana.”Ya, begitulah Ayah Revanno. Sifat Ayah dan anak itu memang tidak jauh berbeda. Walaupun kehidupan Revanno sekarang cukup sukses dan banyak di segani orang, namun di balik itu semua ia mempunyai keluarga yang cukup berantakkan. Ibunya sudah pergi meningg
“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.Sebenarnya ini adalah acara peresmi
Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa menda
Pukul lima sore, Starla mengikuti Revanno dan juga Pak Wicaksana yang merupakan klien baru di perusahaan Nexus. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota yang kebetulan baru di buka beberapa hari lalu. Pusat perbelanjaan itu merupakan proyek antara perusahaan Nexus dan perusahaan milik Pak Wicaksana. Sebagai pemilik saham terbesar tentu Revanno harus memastikan produk yang di pasarkan sudah sesuai dengan kriterianya atau belum.Selesai melihat-lihat dan berkeliling, Revanno memutuskan untuk berpisah dengan Pak Wicaksana. Dan memilih untuk melanjutkannya sendiri dengan Starla. Meski baru di buka beberapa hari tetapi pusat perbelanjaan tersebut sudah sangat ramai. Tiba-tiba saja Revanno dan Starla sudah berada di lantai tujuh.Lantai tujuh merupakan lantai dimana pakaian dari brand-brand ternama berada. Mata Starla seketika aktif. Ia tidak bisa memungkiri jika matanya juga bisa khilaf kalau berada di mall dan melihat deretan busana-busana bagus dan bermerk tentunya
“Kenapa? Apa mungkin dia pria yang pernah tidur denganmu?”Brengsek! Starla mengumpat dalam hati.Starla tahu kalau dirinya mantan pegawai Klub. Tapi ia bukanlah wanita jalang yang bisa di sewa pria manapun. Ya walaupun kenyataan sebenarnya hampir seperti itu, tapi setidaknya sampai saat ini Starla belum pernah tidur dengan pria-pria berhidung belang itu. Dan Starla tetap merasa kesal jika ada orang yang mengatakan hal seperti yang Revanno katakan barusan. Bukankah lebih tepat jika Starla itu di sebut sebagai penipu ketimbang wanita jalang?Starla berusaha membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. “Bukan. Aku belum pernah tidur dengan mereka,” ujarnya jujur.Starla semakin gugup karena wajah Revanno kini semakin menunduk dan dekat dengan wajahnya. Starla bisa merasakan sapuan napas hangat Revanno mulai menerpa wajahnya.Secepat kilat Revanno berhasil mendaratkan bibirnya di atas bibir Starla, bibir yang sejak tadi membu
Starla tidak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang seperti ini. Menjadi sekretaris Revanno sungguh suatu hal yang mampu merubah nasibnya. Revanno benar-benar memberikannya fasilitas yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan memilikinya. Sebuah apartemen mewah lengkap dengan isinya, gaji yang besar dan Revanno juga benar-benar membelikan sebuah mobil pribadi untuk Starla. Kini ada satu hal yang Starla yakini jika sosok Revanno Immanuel dengan segala kebrengsekan dan kemesumanya itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Walaupun sejauh ini ia belum berhasil mendapatkan 'seks’ bersama Starla. Namun, Revanno tetap memberikan apa yang sejak awal sudah ia janjikan kepada Starla. Mungkin banyak orang akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sorang sekretaris saja bisa hidup dengan begitu mewahnya? Dan Starla tak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut. Karena inilah jalan yang ia ambil. Resiko yang harus ia jalani ketika ia memilih untuk menyetujui kontrak kerja dengan Revann
Sore ini Starla terlihat begitu terburu-buru ketika berjalan keluar dari salah satu Coffee Shop. Ini semua karena Bos gilanya. Revanno mengatakan kalau ia ingin minum Americano Coffee. Dan hal yang menjengkelkan adalah Revanno ingin Starla yang membelikannya langsung, ia tidak ingin orang lain yang membelikannya. Oke, peraturan pertama perintah Bos memang tidak bisa di ganggu gugat. Begitu Starla mendapatkan satu Cup Americano, ia segera berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya yang terus berdering. Siapa lagi kalau bukan panggilan dari Bosnya? Starla terus berdecak dan mengumpat sepanjang perjalanan. Ia sengaja tidak ingin mengangkat panggilan itu dan memilih untuk memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya. Namun, ketika Starla baru saja menggeser pintu Coffee Shop tersebut, tanpa sengaja ia menabrak seorang pria hingga membuat tasnya terjatuh. Dan tentu saja semua isi tasnya langsung berceceran. Starla semakin jengkel. Ayolah, ia sedang terburu-buru kenapa ada saja hambat
Revanno melepas ciumannya dengan napas memburu, begitupun juga dengan Starla. Wanita tersebut langsung meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang seakan kehabisan oksigen.“Sekarang kamu sudah siap, kan?” Tanya Revanno tanpa memperdulikan Starla yang masih sibuk mengatur napasnya.Starla langsung bersemu, pipinya terasa memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimanapun juga ia tidak akan siap untuk kehilangan sesuatu yang berharga dari dirinya. Tapi, janji tetaplah janji. Starla yakin sebanyak dan sejauh apa ia menghindar, Revanno akan tetap meminta hal itu.“Kalau benar ini yang pertama bagimu. Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan, nggak akan sakit. Aku janji,” rayu Revanno sambil mengusap pipi Starla yang bersemu.Starla masih diam, ia terlalu bingung untuk menjawab seperti apa. Karena sungguh ini benar-benar pengalaman pertamanya. Ia memang sudah sering berhadapan dengan situasi seperti saat ini, tapi ti
“Revanno.”“Ya?”Starla membelai wajah pucat Revanno. “Kamu baik-baik saja?”Revanno mengangguk seraya menelan ludah susah payah. Membuat Starla tertawa pelan.“Kenapa tertawa?” Revanno menatap istrinya dengan kening bertaut.“Yang ingin melahirkan itu aku, kenapa kamu yang panik dan pucat seperti ini?”“Yang ingin kamu lahirkan itu anakku, kenapa aku nggak boleh panik seperti ini?”Starla tersenyum simpul, membawa kepala Revanno ke dadanya. Membelainya lembut. “Jangan panik seperti itu. Aku baik-baik saja. Wajah kamu pucat sekali.”Revanno mengangkat kepala, sejajar dengan kepala Starla. Mata kelamnya menatap Starla lekat. “Berjanjilah padaku, kamu akan baik-baik saja.”Starla mengangguk. “Aku pasti baik-baik saja. Ini bukan pertama kali aku melahirkan, Revanno. Apa kamu lupa?” Tanyanya menatap Revanno. “Dan ini juga bukan pertama kalinya kamu menemaniku saat ingin melahirkan.”Revanno meringis. “Tapi tetap saja, Starla. Rasanya tetap sama tegangnya. Dan khawatir juga. Aku sangat kha
“Starla dimana?” Joshep yang tengah menyiapkan bekal untuk piknik bersama cucunya menatap Revanno yang memasuki dapur, dengan rambut basah.“Tidur,” jawab Revanno singkat. Revanno mulai mengambil beberapa telur untuk membuat omelet.“Tidur?” Tanya Joshep dengan satu alis terangkat, kemudian pria itu mengulum senyum. “Kelelahan?” Godanya.Revanno hanya tertawa pelan seraya mengangguk. Mulai memecahkan beberapa telur ke dalam mangkuk. “Apa perlu Ayah membawa Sera untuk menginap di hotel?”Revanno menoleh, ide itu terdengar sangatmenggoda. Namun, apa Starla akan mengizinkannya?“Ayah ajak ke hotel saja, ya. Hotel yang ada di Ubud. Ayah ingin mengajak Sera untuk melihat pemandangan yang ada di sana. Dia pasti suka.” Kata Joshep.Revanno mendekati Ayahnya, lalu memeluk Ayahnya singkat. “Terima kasih, Ayah.”Joshep mengangguk, menepuk- nepuk pelan bahu Revanno. “Dalam rangka mendapatkan cucu kedua, Ayah rela menjaga Sera selama yang kamu inginkan,” ujar Joshep sambil mengedipkan sebelah
“Sera ingat apa pesan Papa?” Revanno berjongkok di depan putrinya. Menatap gadis kecil itu sambil tersenyum.“Nggak boleh nakal dan menyusahkan Kakek sampai Papa dan Mama kembali ke Jakarta.”Revanno tersenyum, menepuk puncakkepala putrinya. “Pintar.”Revanno lalu merentangkan kedua tangannya dan memeluk Sera dengan begitu eratnya.“Hanya beberapa hari, Papa dan Mama akan pulang,” ujar Revanno pelan seraya mengecup kepala anaknya. Sementara Sera hanya mengangguk saja.Revanno dan Starla akan pergi berlibur ke Bali, hanya berdua. Setelah beberapa tahun tidak menghabiskan waktu hanya berduaan, Starla merasa sangat membutuhkan waktu untuk quality time berdua dengan suaminya. Dan Revanno menyetujui hal itu.“Ya sudah. Kalian cepat berangkat sana.” Joshep mengenggam tangan cucunya.Revanno sengaja menitipkan Sera kepada Ayahnya karena memang sejak awal Joshep-lah yang menawarkan diri untuk menjaga Sera selama Revanno dan Starla pergi berlibur. Lagipula sekarang Joshep juga sedang menikm
Starla terengah dengan Revanno yang terus menghunjam ke dalam tubuhnya dari belakang. Wanita itu memejamkan mata, mencengkeram kain yang mengikat kedua tangannya.“Revanno …” Starla mendesah. Ia mendapatkan kenikmatan yang selalu mampu membuatnya tergulung ombak yang begitu dalam.Revanno mencengkeram dada Starla dan menarik istrinya agar menempel ke dadanya. Starla berpegangan pada paha Revanno. Pria itu mendorong kuat-kuat dan menenggelamkan dirinya di sana. Terengah dengan bibir di leher istrinya. Bernapas terputus-putus.Ketika napas mereka tidak lagi memburu seperti tadi, Revanno mengecup leher Starla. Tubuh mereka masih menyatu lekat. Revanno memeluk perut untuk istrinya posesif, enggan melepaskannya. Bibir Revanno mengecupi bahu Starla. Sementara istrinya itu bersandar lemah di dada bidangnya.“Mama!” Teriakan nyaring membuat mata Starla yang semula terpejam, kini terbuka lebar. “Mama!”“Revanno, Sera,” ujar Starla pelan, tubuhnya lelah, Revanno tidak penah hanya cukup satu kal
Lima tahun kemudian.Mobil itu sudah terparkir dengan sempurna di depan rumahnya. Yang paling kecil turu dengan cepat, berlari masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberut. Sementara, pria yang menyerupai gadis kecil itu mengikutinya dari belakang dengan senyum tipis dan gelengan kepala pelan.“Mama ... Mama ...” teriak gadis kecil itu hampir memenuhi setiap sudut ruangan. la membuka pintu rumah, mendorong dengan kasar, lalu masuk ke dalamnya disusul dengan sang Ayah yang membawakan tas sekolahnya.“Mama!” Teriaknya lagi, kali ini dengan air wajah yang memerah.Datanglah sang Ibu dari balik pintu dapur, menyambut anaknya yang baru pulang sekolah seperti biasanya. “Loh, anak Mama pulang sekolah kenapa wajahnya di tekuk seperti itu? Ada apa? Siapa yang berani membuat donat gula Mama marah?”Masih memasang wajah cemberut dengan bibir yang maju tak mundur sama sekali, gadis kecil itu bersidekap. “Sera nggak mau di jemput Papa lagi,” ujarnya nyaring.Mendengar hal itu, Starla lantas beralih
Kencan yang Revanno bayangkan adalah jalan-jalan menaiki mobil, berhenti di taman yang sepi dan menikmati jajanan yang ada di sana. Seharusnya. Ya seharusnya memang seperti itu. Namun, hal itu tidak mungkin karena ini adalah malam Minggu. Ia sudah merangkai semua rencana itu di dalam kepalanya, tetapi realita memang tidak seindah ekspetasi. Pasalnya, baru saja mobilnya keluar dari pelataran rumah sakit, kemacetan sudah menunggu mereka.Revanno menghela napas, wajahnya tertekuk masam, sedikit kesal lebih banyak mengumpat. Starla yang duduk di sampingnya bersama dengan Sera di dalam gendongan wanita itu sudah beberapa kali mengomeli Revanno. Meski Sera belum mengerti, atau memahami apa yang sang Ayah ucapkan, tapi tetap saja rasanya tidak tenang sekali mendengar Revanno mengumpat kasar di depan Sera.“Sabar, Revanno …” Sudah beberapa kali Starla berujar seperti itu. Kali ini ia menambahkan dengan usapan lembut di lengan suaminya. “Nggak apa-apa kok agak malam, Sera juga sudah memakai ba
Beberapa menit kemudian Joshep dan William tiba di rumah sakit bersama Sera yang saat ini tengah di gendong oleh Bi Diyah. Selama jeda menunggu para Kakek itu tiba di rumah sakit, Starla tidak ingin berbicara dengan Revanno. Ia masih merasa kesal pada suaminya yang mengabaikan dirinya. Revanno tidak menjemput Starla di rumah Vania. Tetapi pria itu justru marah-marah ketika Starla pulang terlambat. Apalagi saat beberapa menit sebelum kecelakaaan, Starla mendengar Revanno mengumpat dari balik sambungan telepon. Starla kesal sekali rasanya.Ngomong-ngomong, kecelakaan itu memang tidak fatal terjadi, hanya tabrakan beruntun akibat kemacetan dan tidak menghasilkan korban jiwa yang meninggal. Beberapa hanya luka lecet dan shock seperti Starla.Saat Joshep dan William datang, Revanno sedang mati-matian meminta maaf pada sang istri. Starla mendiamkannya hampir selama jeda sebelum Joshep dan William tiba.Revanno merasa bersalah, Starla juga tahu itu, terlihat dari gurat resah di wajah suamin
Revanno kekeuh tidak ingin ikut datang ke rumah Vania. Pria itu hanya mengantarkan sang istri sampai di depan pagar rumah Vania saja. Hal itu membuat Starla cemberut, merasa kesal karena Revanno tidak ikut turun. “Kenapa sih nggak ingin ikut?” Tanya Starla dengan bibir maju ke depan. “Padahal juga hanya sebentar saja, kok.”“Aku ada pekerjaan penting, Sayang,” jawab Revanno sabar.“Pekerjaan apa? Sepenting apa memangnya sampai harus kamu yang mengerjakannya?” Revanno menoleh penuh dramatis. “Tentu saja harus aku yang mengerjakannya. Suamimu ini pimpinan di perusahaan, Starla. Jadi wajar kalau pekerjaan itu aku yang mengerjakannya. Lagipula aku juga harus memberi contoh yang baik untuk para karyawanku.”Seketika bibir Starla langsung mencibir. Kalau orang lain yang berkata demikian mungkin Starla akan percaya, tapi Revanno? Ck! Bagaimana tingkah pria itu dulu, Starla sangat tahu. Ya, meskipun Starla akui kalau gaya kepemimpinan Revanno memang bagus. Tapi biasanya Revanno tidak pernah
Revanno menghampiri Starla yang sedang sibuk membungkus kado di ruang tengah. la duduk di sebelah sang istri seraya mengambil setoples keripik kentang buatan Bi Diyah.“Untuk siapa?” Tanya Revanno sambil mengunyah.Starla menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membungkus kado hadiah untuk Mikayla, anak sahabatnya—Vania.“Untuk anaknya Vania, namanya Mikayla,” jelas Starla.Beberapa hari yang lalu Vania sempat mengatakan kalau anaknya akan merayakan ulang tahun. Dan berhubung kemarin Starla memiliki waktu untuk berbelanja, sekalian ia membeli hadiah untuk ia berikan kepada anaknya Vania.“Ulang tahun?” Revanno bertanya lagi dan Starla langsung mengangguk. “Kapan?” Imbuhnya dengan tangan yang bersiap memasukan dua keripik kentang sekaligus ke mulutnya.“Besok. Antar aku, ya?”Seketika gerakan tangan Revanno terhenti. “Nggak, ah. Kamu sendiri saja. Lagipula aku kan bekerja.”“Eh, mana bisa begitu?” Starla nenoleh ke arah sang suami, mengernyitkan keningnya. Seolah tidak t