‘Sean ... bangun, Sean ....’
Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.
Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.
“Hah ...!”
Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.
Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekeliling
Sebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.
Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.
“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.
Tak ... tak ... tak ....
Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.
Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruangan. Hingga kini Sean dapat melihat wajahnya dengan jelas.
“Siapa kau?”
Lelaki itu beringsut sebab merasa tak nyaman, untuk kemudian menyadari sesuatu yang salah bahwa ia terbangun tanpa sehelai benang pun.
“Apa yang telah terjadi? Siapa kau?!” bentaknya.
“Aku adalah wanita yang telah kau sewa jika kau lupa. Sekarang berikan aku upah yang harus aku terima darimu setelah apa yang kau lakukan padaku semalam, Tuan,” ujarnya tenang.
“Apa?!” Sean mengernyit samar sebelum tersenyum sinis. “Jangan gila! Berani-beraninya kau menjebakku!” makinya dengan amarah.
“Aku tidak akan pergi sebelum-“
SET!
Namun belam sempat si wanita menyelesaikan ucapannya, Sean membuka selimut yang menutupi tubuhnya dengan kasar.
Sontak wanita itu memalingkan wajah, menimbulkan seringai tipis di wajah Sean. Dengan cepat lelaki itu meraih beberapa potong pakaian miliknya yang tersebar di sekitar ranjang besar.
“Aku tidak akan menuntut apa pun dan tetap diam dengan semua ini. Jadi kau harus pergi sekarang,” ujar Sean.
“Apa? Sudah kukatakan aku harus menerima upahku hari ini. Aku tidak melakukan semuanya secara gratis. Kau pikir aku perempuan seperti apa?!”
Mendengar ungkapan menggelikan itu lantas membuat sisi lain dari si pria tergugah. Sean melangkah dan mengikis jarak di antara mereka.
Menyisakan lima senti meter yang teramat aneh hingga membuat jantung si wanita berdegup dengan kencang.
“Kau wanita murahan yang mau melakukan apa pun demi uang.”
DEG!
Degupan lembut dan getaran yang membahagiakan itu berubah menjadi hantaman keras yang membuat sepasang matanya memanas.
Sean dapat merasakan kepalan tangan dari wanita di hadapannya. Namun ia tak peduli, bagaimana pun ia adalah korban di sini.
“Berapa usiamu, Nona?” tanyanya kemudian. “Jangan sampai kau terjebak semakin jauh. Aku mengatakannya karena aku peduli dengan masa depan-“
“Persetan dengan rasa pedulimu! Berikan upahku sekarang!”
Agaknya Sean merasa terkejut dengan teriakan penuh amarah yang baru saja meledak dan menghantam pendengarannya.
Lelaki itu mematung untuk sesaat, sebelum kembali fokus dengan jam tangan mahal yang melingkari pergelangan tangan kirinya.
“Aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk kau miliki, jika tidak setuju dengan ucapanku barusan seharusnya kau sudah pergi. Itu juga jika kau benar-benar memiliki harga diri.”
“Apa?!”
Wanita itu menganga tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tentu saja ini bukan pertama kalinya ia menerima makian kasar dari seseorang, sayangnya kali ini terasa berbeda dan menyakitkan.
“Semua pakaian dan aksesori mahal itu tak menggambarkan dirimu sama sekali rupanya. Kau lebih buruk dan menjijikkan dari apa pun dan siapa pun yang pernah kutemui selama ini.
Aku sama sekali tak heran jika banyak orang yang ingin menghancurkanmu di luar sana. Dasar lelaki miskin menyedihkan.”
BLAM!
Belum sempat Sean berbalik dan pintu kayu bercat hitam di belakangnya itu dibanting dengan keras.
Masih mampu ia rasakan dengan jelas letupan amarah yang berusaha disalurkan oleh wanita itu di tempatnya berdiri sebelumnya.
Deru nafasnya yang memburu, egonya yang tinggi, hingga aromanya yang lembut masih terngiang jelas dalam benak Sean saat ini.
Perlahan ia berbalik, menatap pintu yang telah tertutup rapat dan bersiap untuk pergi. Sebelum perhatiannya teralihkan pada sebuah benda kecil di atas nakas.
Sebuah kartu nama dengan desain norak berwarna merah muda dan abu. Dengan background nama perusahaan abal-abal yang tidak Sean yakini kredibilitasnya.
“Stacy Angela?” gumamnya pelan seraya menatap pintu dan kartu nama di hadapannya bergantian.
Di sisi lain sang wanita bergaun merah tengah turun dengan tergesa-gesa menuju lobi hotel. Rasa malu, amarah dan dendam telah membara memenuhi rongga dadanya.
Nafasnya yang memburu seirama dengan langkah kakinya yang bergerak cepat tak beraturan, melupakan gaun panjangnya yang menjuntai hingga mata kaki.
Brugh!
“Akh!”
Dan benar saja, kesialannya semakin bertambah saat ia terjatuh tepat di depan meja resepsionis. Sudah jatuh masih tertimpa tangga pula.
Selain sial karena bertemu lelaki seperti Sean, ia juga harus menanggung malu dan merelakan waktunya yang berharga terbuang sia-sia.
Jika ia tak mendapatkan sepeser uang pun hari ini, itu artinya ia harus menahan lapar hingga esok hari. Lebih parahnya lagi jika para rentenir busuk itu datang malam ini.
“Anna? Kau baik-baik saja?”
Wanita yang dipanggil dengan sebutan ‘Anna’ itu mendongak. Mengerucutkan bibirnya kala menemukan sosok lelaki yang ia kenal.
“Kau tidak lihat aku tengah ketiban sial? Sepertinya tubuhku tidak akan mampu lagi untuk datang ke tempat ini.”
Lelaki itu terdiam sejenak, mencermati wanita muda di hadapannya dengan pandangan datar.
“Well ... sudah kukatakan untuk berhenti sejak dulu, kau mungkin ingin mencari uang yang besar dengan cara instan, tapi lihat sekarang? Kau bahkan tak mendapatkan apa pun dan malah mendapatkan kesialan.”
Anna tak ingin menggubrisnya, wanita muda itu mulai menyanggul rambut panjangnya asal.
Bersiap menjinjing gaun merahnya yang sama sekali tak tampak elegan untuknya. Melangkah dengan tergesa dan keluar dari hotel.
“Kau berbicara dengannya?”
Terlalu fokus dengan Anna membuat Bima tak sadar bahwa Sean telah bersamanya sekarang. Ia menolehkan kepala dengan cepat kala suara sang sahabat memasuki indra pendengarannya.
“Oh, sejak kapan kau sampai?”
“Aku bertanya apa kau baru saja berbicara dengannya? Kau mengenalnya?”
Bima menaikkan sebelah alisnya, bingung. “Kenapa tiba-tiba kau sangat tertarik dengannya?”
“Aku sedang bertanya padamu.”
“Seharusnya aku yang bertanya, mengapa pagi ini aku mendapatkan panggilan mendadak untuk menjemputmu di sini huh?” tanya Bima seraya berjalan menyejajarkan diri dengan Sean yang mulai melangkah cepat meninggalkan lobi hotel.
Lelaki berusia 31 tahun itu tampak mengernyit samar sebelum mengubah ekspresinya menjadi datar kembali. Sebelum ia kembali melanjutkan.
“Lagi, seseorang berusaha menjebakku, Bim” jawabnya setelah terdiam cukup lama.
“Sudah seharusnya kau berhenti melakukan semua ini Sen, hidupmu sudah berubah dan kau memiliki banyak tanggung jawab sekarang.”
“Hanya kau satu-satunya orang yang kupercaya, kau cukup menjadi tangan kananku selamanya, dan semua akan baik-baik saja.”
Pembicaraan serius di antara Sean dan Bima selalu memiliki kekuatan dan nuansanya tersendiri. Mereka adalah dua orang pria dewasa dengan kehidupan masing-masing yang rumit.
“Jalan sekarang, aku harus datang ke sekolah Jason sebelum bertemu dengan klien siang nanti,” tutupnya.
Audi hitam metalik itu melaju kencang menembus jalanan padat ibu kota. Ramai dan bising kendaraan sudah membuat Sean muak.
Namun hari ini ia harus menjalankan tugasnya sebagai seorang wali untuk Jason dan datang ke sekolah elit itu tepat waktu.
Jakarta Elementary School terletak di pusat ibu kota, Bima telah membawa mobil mereka mendarat dengan sempurna di halaman sekolah sebelum pertemuan itu dimulai.
Ia tak menyangka harus mengawali hari dengan penuh kejutan. Dimulai dengan pertemuan aneh bersama wanita asing di dalam kamar hotel.
Bangun tanpa selembar kain di tubuhnya hingga datang ke sekolah Jason sebagai seorang wali.
Sean membawa langkahnya yang bersemangat, setidaknya ia harus menebus pagi ini dengan berperan sebagai seorang wali yang baik dan bertemu Jason.
Namun belum sempat ia melangkah lebih jauh, sosok yang tak asing tertangkap penglihatannya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, Jason tengah bersama seorang wanita yang ia kenal sebagai wanita asing di dalam kamar hotelnya pagi ini.
“Jason?” Dan dua orang berbeda usia itu pun berbalik dengan ekspresi yang sangat jelas berbeda.
“Papa?!” teriak Jason keras.
Bocah lelaki itu tampak terkejut juga bersuka cita, berbeda dengan Anna yang tampak terkejut setengah mati hingga rasanya ingin menghilang untuk selamanya.
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar ma
Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.“Ares, apa yang kau lakukan?”Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”“Baik Tuan.”Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.“Masuklah Nona.”Anna menundu
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.“Ares, apa yang kau lakukan?”Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”“Baik Tuan.”Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.“Masuklah Nona.”Anna menundu
‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar ma
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
‘Sean ... bangun, Sean ....’Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.“Hah ...!”Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekelilingSebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.Tak ... tak ... tak ....Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruang