‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’
‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’
‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’
Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.
Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.
“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”
“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”
Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar marah sekarang. Ia dipermalukan dan difitnah. Bukan hanya tentang kariernya yang akan hancur, namun masa depan Jason juga.
“Tuan-“
“Sudah berapa lama kau menjadi sekretarisku? Masih perlu kubimbing satu per satu? Selesaikan masalah ini sampai beres! Aku tidak mau tahu hari ini harus selesai!” marahnya.
Ares, sekretaris Sean itu undur diri dari ruang kerja sang atasan, meninggalkan Sean dengan isi kepalanya yang berisik.
Tok tok tok ....
Namun belum sempat ia menghela nafas, pintu ruangannya kembali diketuk dari luar. Yang kemungkinan bukan Ares pelakunya.
“Siapa?”
“Saya Mia, Tuan. Saya membawa seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.”
CEO Neo Sport itu mengernyit samar, untuk apa karyawannya itu membawa seseorang secara langsung ke ruangannya alih-alih melakukan panggilan telefon? Terlebih di saat genting seperti saat ini.
“Masuk,” perintahnya.
Pintu bercat cokelat itu terbuka, menampilkan sosok yang mampu membuat Sean terkejut dan tertegun di saat bersamaan.
Di sana, tepat di ambang pintu berdiri Anna dengan penampilannya yang tak kalah acak-acakan dari saat terakhir kali mereka bertemu.
“Maaf Tuan, Nona Anastasya memaksa bertemu dengan Anda dan sedikit menimbulkan keributan di bawah. Saya-“
“Aku mengerti, kau boleh pergi,” potong Sean tepat.
Ia berdiri dari duduknya, melonggarkan dasi navy yang ia kenakan dan berjalan menuju sofa di tengah ruangan. Mempersilahkan Anna duduk di sana.
Mereka duduk berhadapan dengan jarak satu meter yang membentang penuh dengan kesunyian. Sean yang memasang wajah datar dan Anna yang menunduk gelisah dengan meremas kedua telapak tangannya.
“Apa yang kau inginkan?”
Benar-benar dingin, lontaran tanya dari mulut Sean semakin membuat Anna terdiam dan menciut.
“Nona Anastasya, aku bertanya padamu,” katanya lagi.
Namun Anna masih diam tak bergeming, menyiapkan jawaban terbaik sebelum mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.
“Kau tidak bisa berbicara?”
“A-a ... aku ....”
“HAH!”
Sean menghela nafas kasar, menyandarkan tubuh pada sandaran sofa dan menyugar rambutnya asal. Ia benar-benar kesal dan Anna tahu itu.
“Maaf ....”
Akhirnya pun hanya satu kalimat singkat yang berhasil terucap dari bibirnya yang mulai bergetar.
CEO ternama itu mengernyit sejenak, mendekatkan tubuhnya untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar.
“Maaf? Kau mengatakan maaf? Sekarang kau menyesali perbuatanmu?”
“Maafkan aku, aku tahu semua ini salahku, tapi aku ingin meminta bantuanmu, kau harus menolongku. Tuan Nagara kau harus menolongku.”
Sean tak habis pikir kala sosok wanita muda di hadapannya tiba-tiba berdiri dan menjatuhkan diri di samping sofa. Berlutut dengan kedua telapak tangan yang menyatu untuk memohon pertolongannya.
Bibirnya semakin bergetar dengan sepasang matanya yang mulai memerah dan berair. Sungguh ia mampu merasakan ketakutan yang teramat dalam di sana.
Lagi-lagi ia menarik nafas dalam, bangkit dari duduknya dan menghampiri Anna yang terduduk ketakutan.
Rambut panjangnya disanggul asal, wajahnya tampak sembab akibat terlalu banyak menangis. Kemeja baby blue yang ia kenakan tampak lusuh di tubuh kurusnya.
“Bangunlah.” Sean membawa tubuh ringkih itu terduduk kembali pada sofa panjang ruangannya.
“Apa yang kau inginkan, Nona Anastasya?”
“Maaf, panggil saja aku Anna, aku tak berhak menerima sopan santunmu” ucapnya dengan wajah sembab seraya menunduk dalam.
“Baiklah, aku tidak memiliki banyak waktu sekarang, katakan apa tujuanmu datang kemari.”
Tak seperti sebelumnya, Sean mulai melunakkan suaranya. Amarahnya yang menggebu terhadap Anna kini lenyap sudah.
Tak ada lagi rasa kesal dan dendam yang sempat menguasai benaknya. Semua sirna saat pertama kali ia melihat keadaan wanita itu di ambang pintunya hari ini.
“Kumohon selamatkan aku,” ujarnya dengan suara serak dan sesenggukan.
“Katakan yang jelas, Anna.”
“Aku benar-benar tak pernah bermaksud membuat semuanya menjadi kacau seperti ini. Aku ... aku tidak tahu sama sekali bahwa mereka menaruh kamera tersembunyi di sana. Aku juga tidak tahu siapa dirimu sebenarnya.
Dan juga ... dan juga Tuan ... percayalah, tidak ada yang terjadi malam itu. Aku bahkan tak menanggalkan pakaianku sedikit pun. Aku datang ke sana saat kau sudah terlelap dan aku hanya berbaring di sisimu. Aku sama sekai tak mengerti dengan isi dari video singkat itu.” jelasnya panjang lebar disertai tangisan.
Sean tak habis pikir, ia benar-benar kalut, bukan karena penjelasan konyol itu melainkan karena sikap wanita di hadapannya yang benar-benar membuatnya pening.
“Tenanglah, aku mengerti. Sejak awal aku mengerti bahwa kau hanya melakukan perintah seseorang.”
Penjelasan dan kata-kata penenang itu tak membuat tangis Anna berhenti. Ia pun tampak sulit mengendalikan dirinya saat ini.
Jadilah ia yang memilih diam untuk sementara waktu. Menyandarkan tubuh ke sofa seraya memikirkan solusi atas semua kegilaan ini. Dengan diiringi suara tangisan ‘merdu’ tentu saja.
“Aku benar-benar menyesal, semua menjadi rumit saat terakhir kali kita bertemu. Saat aku berusaha menjebakmu,” ujarnya dengan suara yang semakin menciut.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Aku tidak tahu,” jawabnya cepat. “Aku- aku sudah beberapa kali melakukan perintah serupa namun tak pernah terbayang akan menjadi seperti ini pada akhirnya.”
Sean ingin mengetahui lebih jauh tentang pernyataan wanita itu, namun ia sadar ini bukan saat yang tepat untuk mengulik lebih jauh kehidupannya . Jadi ia memutuskan untuk tetap diam dan mendengarkan.
“Keluargaku berurusan dengan rentenir, kami terlibat hutan puluhan juta dan tak mampu melunasinya. Sedangkan aku baru saja mendapatkan pekerjaan pertamaku di sekolah Jason setelah dua tahun kelulusanku dari universitas. Aku ... benar-benar kacau jika harus kehilangan semuanya saat ini.”
“Anna, jika kau melakukan semua ini untuk menarik simpatiku, maka hentikan-“
“Tidak! Bukan seperti itu maksudku. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian, aku tidak mau reputasiku hancur.
Selama ini aku hidup seorang diri tanpa ada satu pun manusia yang peduli denganku. Dan aku baru saja mendapatkan pekerjaan pertamaku, aku tidak mau kehilangannya, aku tidak bisa kehilangan pekerjaan dan dikucilkan lagi.”
“Aku mengerti,” ucap Sean setelah sekian lama terdiam membisu. “Kau boleh pergi sekarang.”
“Tunggu!”
Anna menahan langkah Sean yang berniat meninggalkannya. “Kau tidak bisa pergi begitu saja,” katanya dengan nada putus asa.
“Mengapa kau bersikap seolah-olah aku harus bertanggung jawab atas semua keributan ini?”
“Aku tahu, dan aku meminta bantuanmu, tolong ....”
“Anna, dengan tingkahmu yang seperti ini kau malah membuat segalanya menjadi semakin rumit. Kau pikir apa yang akan dikatakan oleh orang-orang di bawah sana saat melihat kau datang menemuiku dalam keadaan kacau?”
Sang wanita muda diam dan menunduk, sedangkan Sean tengah berusaha bersikap se-normal mungkin.
Sesekali melirik ke sisi kiri ruangan, memeriksa posisi Ares yang memang sengaja ia biarkan untuk melihat semuanya dari ruang sekretaris yang hanya terhalang pembatas kaca.
“Tuan ....”
“Ikut denganku sekarang.”
Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.“Ares, apa yang kau lakukan?”Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”“Baik Tuan.”Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.“Masuklah Nona.”Anna menundu
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
‘Sean ... bangun, Sean ....’Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.“Hah ...!”Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekelilingSebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.Tak ... tak ... tak ....Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruang
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.“Ares, apa yang kau lakukan?”Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”“Baik Tuan.”Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.“Masuklah Nona.”Anna menundu
‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar ma
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
‘Sean ... bangun, Sean ....’Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.“Hah ...!”Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekelilingSebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.Tak ... tak ... tak ....Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruang