Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.
Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.
“Ares, apa yang kau lakukan?”
Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.
“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”
Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”
“Baik Tuan.”
Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.
Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.
Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.
“Masuklah Nona.”
Anna menunduk sejenak sebelum memasuki ruangan, di sana ia bertemu kembali dengan Mia, resepsionis yang sempat mengantarkannya sebelumnya.
“Tuan Nagara menyuruh saya menyiapkan beberapa hal untuk Anda,” ujar Mia seraya menunjukkan sebuah kotak berisi pakaian formal.
Di belakang wanita itu juga terdapat beberapa alat make-up yang Anna yakini juga dipersiapkan untuk dirinya.
“Terima kasih,” ujarnya lembut meskipun tak tahu apa rencana Sean setelah ini.
Dengan sigap Anna membawa pakaian yang telah disediakan untuknya, mengganti celana jeans dan kemeja lusuhnya dengan setelan formal berwarna abu yang tampak manis untuknya.
Perasaannya menjadi sedikit lebih baik setelah keluar dari kamar ganti. Ia ingin segera menemui Mia dan menyelesaikan semua ini.
Namun sayang harapannya tak terwujud, bukan Mia yang Anna temukan di sana, melainkan sosok wanita asing bertubuh jangkung dengan setelan serba hitam.
“Mia harus melanjutkan tugasnya di meja resepsionis. Kemarilah aku akan membantumu,” ujar si wanita asing.
Anna tak memiliki pilihan lain selain mendekat, wanita itu tampak menyeramkan hanya dari caranya berbicara.
Set!
Dan benar saja, lengannya ditarik dengan kasar, tubuhnya sedikit terhuyung sebab ia kehilangan keseimbangan.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Anna tertahan.
“Diam, aku sedang membantumu memperbaiki diri,” jawabnya dengan penekanan di kata terakhir.
“Dan juga, jangan berpikir kau akan mendapatkan perlakuan spesial bak ratu di sini. Karena kau hanyalah seekor tikus kecil,” lanjutnya.
“Apa? Akh!”
Semakin Anna berontak, semakin kasar pula perlakuan wanita itu. Ia sama sekali tak tahu apa kesalahannya.
Ia pikir Sean sudah memperlakukannya dengan baik, dan Mia juga bersikap baik padanya. Lalu apa masalahnya dengan wanita ini?
“Dengar! Awas kalau kau sampai membuat keributan! semua kekacauan ini pasti muncul karena kau! Jika kau berani mengusik Sean dan perusahaan ini lagi, kau habis di tanganku.”
Tak cukup menjambak dan mengikat rambut Anna dengan kasar, wanita beraroma lavender itu juga memaksa Anna mendongak dengan menarik rambutnya kasar.
Meskipun cengeng, ia nyatanya bukanlah gadis yang lemah. Tentu saja Anna merasa marah dan tak terima dengan semua perlakuan itu.
Hanya saja ia tak memiliki pilihan apa pun sekarang dan tak mampu berbuat banyak. Ia adalah orang yang bersalah di sini.
“Kau melewati batas,” geram Anna kesal.
Wanita itu melepaskan cekalan kuat pada rambutnya dan melenggang pergi begitu saja meninggalkan ruangan.
Butuh waktu beberapa menit bagi gadis muda itu untuk meredakan emosi dan kembali menguasai keadaan.
Anna menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, merapikan kembali rambutnya dan menyanggulnya sedemikian rupa.
Membasuh wajahnya yang kotor dan memberikan sedikit sentuhan make-up, juga olesan merah muda pada bibirnya yang pucat. Ia pikir ia hanya perlu terlihat lebih baik agar tak mempermalukan Sean.
tak berselang lama pintu ruangan itu diketuk dari luar. Anna pikir itu Sean yang datang menjemputnya.
Namun dugaannya salah saat ia menemukan Ares lah yang tengah berdiri di sana.
“Tuan Sean menyuruh saya mengantar Anda ke bawah. Dia juga berpesan, bahwa Anda harus bersikap se-normal mungkin dan berbaur layaknya karyawan di perusahaan ini.”
“Apa?” tanyanya tak mengerti.
“Ada banyak wartawan dari berbagai media yang tengah menunggu Anda, itulah sebabnya Tuan Nagara ingin Anda pergi dari tempat ini dengan aman. Sopir perusahaan kami yang akan mengantar. Di pintu masuk sebelah kiri, sedan berwarna putih,” jelas Ares.
Anna merasa tahu diri untuk tidak menyuruh Ares mengulangi semua instruksi dari Sean. Dengan satu anggukan kecil darinya dan sekretaris muda itu membawanya pergi dari sana.
Mengabaikan setiap tatapan aneh dari para karyawan di sepanjang lorong, Anna berusaha tetap fokus dan memasang wajah datar.
“Apa Sean tidak akan menemuiku?”
Ares melirik Anna dari sudut matanya. “Sebaiknya kita tidak berbicara,” jawabnya singkat.
Kendati sekretaris muda itu merasa aneh dengan panggilan yang dilayangkan Anna untuk sang atasan. Jika mereka tak saling mengenal mengapa Anna memanggilnya dengan sebutan non formal?
Tak butuh waktu lama bagi keduanya sampai di lobi perusahaan, dan benar saja, puluhan wartawan berkumpul di pintu masuk utama. Saling berdesakkan dan meneriakkan beberapa kata yang sama.
Tentu saja mereka menginginkan Sean, jika bukan sebuah konferensi pers, setidaknya CEO Neo Sports itu harus memberikan klarifikasi segera.
Ares membawa Anna keluar dari pintu tersembunyi yang membawanya ke sisi gedung perusahaan.
Mereka bersikap layaknya karyawan yang sedang bertugas. Sehingga tak ada satu pun yang mengenali Anna sebagai pemberontak yang baru saja menerobos kantor.
“Sepertinya kita se-umuran,” ucap Ares tiba-tiba saat keduanya berhasil meninggalkan lobi perusahaan.
“Eh?”
“Kau bisa berbicara santai denganku saat berada di luar perusahaan. Tenang saja, aku bukan orang yang kaku dan jahat.”
“O-oh, terima kasih.”
“Tak perlu sungkan, Tuan Nagara sebenarnya orang yang baik. Kuharap kau tak berlaku jahat padanya dan apa pun yang ia lakukan padamu, kuharap kau tak menaruh dendam.”
Anna tak bisa berbohong untuk mengatakan bahwa ia tak terkejut, ia tahu Ares ramah hanya dari caranya berbicara, namun ia tak menyangka bahwa lelaki itu akan bersikap se-baik ini padanya.
“Kalau begitu ... bisakah aku menghubungimu sewaktu-waktu? Bukan apa-apa, aku tak tahu harus bagaimana untuk menyelesaikan semua ini saat semuanya bergantung pada Sean.”
Lelaki itu tampak menimang sejenak, dengan wajah ramahnya ia menjawab, “Ya dan tidak. Ya jika aku bisa membantu, dan tidak jika aku tidak bisa membantu,” jawabnya dengan kekehan kecil sebelum membawa Anna memasuki mobil.
Dalam perjalanan pulang dari perusahaan Anna mencerna banyak hal. Tentang segala kehidupannya yang berubah hanya dalam waktu satu malam.
Tentang sosok Sean yang nyatanya jauh berbeda dari apa yang ia bayangkan. Juga tentang rumor mengerikan hingga masa depannya yang terancam.
Kini rasanya semua sia-sia, namun ia harus mempercayai Sean bahwa lelaki itu akan menyelesaikan segalanya untuknya.
Meskipun tanpa Anna sadari ia telah terhubung dengan kehidupan lelaki itu. Lelaki yang sempat ia benci dan maki-maki.
“Nona, ke mana saya harus mengantar Anda?”
Pertanyaan ramah dari sopir tua di hadapannya membuat Anna tersadar dari isi kepalanya yang kacau.
“Tolong pergi ke Jakarta Elementary School Pak, ada anak yang harus aku jemput hari ini.”
Dan mulai sekarang, ada misi yang harus ia jalankan, Anna dan rahasia gelapnya. Kini kehidupan misteriusnya akan dimulai sekarang.
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
‘Sean ... bangun, Sean ....’Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.“Hah ...!”Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekelilingSebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.Tak ... tak ... tak ....Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruang
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar ma
KLANG! TAR!!! BRUGH! Bising yang timbul kali ini mampu menyedot perhatian seluruh pengunjung restoran mewah itu. Suara-suara memekakkan telinga silih berganti mengejutkan setiap pasang mata yang menyaksikan kekacauan di sana. tak terkecuali Anna. Sang guru muda bahkan berdiri dari tempat duduknya dan menutup mulut tak percaya. Sepasang netranya berkaca-kaca dan tubuhnya tiba-tiba saja membeku tak mampu berbuat apa-apa. Di hadapannya, sosok kharismatik Sean Nagara telah jatuh tersungkur dengan cairan bening yang terus ia muntahkan dari mulutnya. Sesekali lelaki itu tampak memegangi perutnya, seolah menahan sakit yang teramat sangat. “T-tuan ....” Anna benar-benar merasa bodoh dan tak berdaya sekarang, Sean pun tak sepenuhnya membiarkan rasa sakit itu mengendalikannya. Ia berulang kali menghela nafas panjang dan berusaha menetralkan efek mematikan sialan yang kini mulai merampas kesadarannya. Situasi itu semakin membuat Anna tercekik sebab tak dapat ia temukan satu pun m
Ya, bagaimana mungkin Anna lupa dengan wanita berparas kejam yang kini tengah duduk manis seraya bergelayut manja di pundak Sean itu.Lelaki di hadapannya memperkenalkannya sebagai Jessica, namun Anna tak peduli. Ia hanya ingat pernah diancam dan dijambak dengan keras oleh wanita itu. Sesekali Anna hampir gagal menahan dirinya untuk tak tersenyum sebab tingkah risih Sean dari sentuhan Jessica.“Jadi, ada apa Anda memanggilku kemari?” tanya Anna datar, setelah melihat Jessica ia telah mati rasa. “Tentu saja ada yang harus kita bicarakan, Anna. Kupikir kita sudah mulai berbicara non-formal sejak beberapa hari yang lalu.”Anna tak terlalu peduli sekarang, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tak mengerti mengapa tak ada yang menaruh perhatian pada kehadiran Sean bersama dua orang wanita aneh di sana.“Jika orang lain sedang berbicara maka simak dengan baik.” Namun ucapan tiba-tiba yang dilontarkan Jessica membuat Anna tersadar dari dunianya sendiri. “Dasar norak dan tid
Anna meringkuk dalam balutan selimut tebalnya yang tampak lusuh sebab hampir satu bulan ini belum sempat ia cuci. Kepalanya menyembul dari balik selimut untuk memeriksa betapa kacaunya keadaan di luar sana. di dalam rumahnya tentu saja. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu melemparkan ponselnya asal dan turun dari sofa, ia harus mengisi perutnya yang kosong setelah seharian penuh hanya melamun dan tertidur. Ia hampir tak peduli lagi dengan hidupnya, jika harus mati hari ini pun rasanya tidak apa-apa. Anna akan menemukan seseorang yang mampu membunuhnya dan menghilangkan semua beban hidupnya yang berat. “Akh ...!”Namun lagi-lagi ingatan tentang skandal yang menjeratnya membuat guru muda itu bersedih dan kalut. “Bagaimana jika aku mati dan mereka menuduhku sebagai sosok dalam video syur itu? Bagaimana jika Sean melimpahkan semua masalah padaku? Mereka mungkin benar-benar berpikir jika aku mati karena depresi. Argh ...!”Anna merasa pemikiran dalam kepalanya itu terlalu menakutk
Mobil sedan putih yang ditumpangi Anna mendarat dengan mulus di halaman sekolah Jason, tempatnya mengajar. Meskipun tak ada satu pun yang tahu mengenai skandal yang menjeratnya, rasanya Anna masih terlalu takut untuk sekedar bertemu manusia lain di sana. Namun ia ingat tujuannya datang untuk Jason dan memudahkan segala urusan Sean. Entah mengapa ia sangat percaya CEO Neo Sport itu akan membantunya. “Jason.”Tepat saat mobil yang mengantarnya pergi dan menghilang ditelan keramaian jalan, Anna melambaikan tangan agar Jason dapat menemukannya. “Bu Anna ....”Bocah lelaki berwajah lucu itu berlari menghambur ke arahnya. Memeluk tubuh Anna yang telah berjongkok untuk menyamakan tinggi badan Jason. “Bagaimana sekolahnya hari ini?” tanyanya lembut.“Seru ...! Jason belajar di perpustakaan bersama teman-teman,” ujarnya riang. “Kenapa Bu Anna tidak ada di sekolah pagi tadi?”Anna tersenyum lembut, berusaha menyembunyikan wajah sendunya juga senyuman tipis yang tampak getir kala ingatannya
Sambil mencuri-curi pandang Ares berusaha melihat lebih jelas apa yang tengah terjadi di ruangan CEO saat ini.Sampai-sampai ia tak menyadari bahwa Sean dan Anna tak lagi berada di sana.“Ares, apa yang kau lakukan?”Dan benar saja, dua orang berbeda usia itu telah berdiri di ambang pintu, memaksa Sean terduduk kembali di tempatnya.“Maaf Tuan, ada yang Anda butuhkan?”Sean membawa Anna yang tengah berdiri di sampingnya mendekat ke arah Ares. “Tolong antarkan Nona Anastasya pada Mia. Aku sudah berbicara dengannya.”“Baik Tuan.”Anna tak mengerti sama sekali rencana Sean saat ini, ia harus bersikap tegar dan wajar demi lelaki itu. Kini Anna harus tegar, demi Sean ia harus tegar dan bersikap wajar. Ia tak ingin membuat Sean malu.Lorong panjang di lantai teratas perusahaan itu nampak sunyi dan asing, hanya suara sol pantofel milik sekretaris Sean yang ia dengar.Ares tampaknya seorang lelaki muda yang sopan dan baik hati. Anna merasa nyaman saat bersamanya.“Masuklah Nona.”Anna menundu
‘Breaking News: Mantan Atlet Nasional Sean Nagara Terlibat Skandal Video Syur’‘Siapakah Sosok Wanita Muda dalam Video Syur Berdurasi 10 Detik Sean Nagara?’‘Mengungkap Sosok Wanita Misterius Sean Nagara: Ibu dari Jason Nagara?’Sean memijit kepalanya yang berdenyut sakit, berbagai kabar miring mengenai video syur dan berbagai foto yang tersebar di media sosial tak mampu ia lenyapkan begitu saja.Tim cyber perusahaan memang sudah bertindak, pun dengan agensi yang sempat menaunginya dulu. Meskipun setiap foto dan video sudah dihapus, tentu jejak digital itu tak akan menghilang begitu saja.“Tuan, tim cyber sudah berhasil menyelesaikan tugasnya. Kami sudah menghubungi semua perusahaan media dan membuat klarifikasi. Semua artikel, video dan foto yang tersebar juga tidak dapat ditemukan.”“Kau yakin? Ares, kau paham betul menghapus artikel dan menghubungi media tak akan menyelesaikan masalah ini. Tak semudah itu. Aku benar-benar ... Akh!”Sean tak mampu menahannya lagi, ia benar-benar ma
Malam ini dengan pakaian lusuhnya yang setengah basah, Anna datang ke bar. Perasaannya kacau sejak beberapa hari kemarin.Ia tak mendapatkan jatah tidurnya dengan baik dan kehilangan minat akan segala hal. Namun Anna sadar ia harus tetap bekerja dan menghasilkan uang.“Oh, Anna? Aku tak melihatmu selama beberapa hari terakhir. Kau ada tugas malam ini?”Wanita itu mendudukkan diri di kursi bar di hadapan Bima tanpa berniat menjawab pertanyaan lelaki itu. Meletakkan kepalanya dengan malas hingga menimbulkan kekehan pelan dari yang lebih tua.“Siapa targetmu kali ini?” tanya Bima lagi.“Siapa lagi, seorang pria tua kaya yang menyebalkan pastinya.”Kekehan lain yang lebih keras keluar dari mulut Bima, lelaki bertubuh tegap dan jangkung itu sibuk membersihkan gelas dan memandangi wanita di hadapannya.“Itu bagus, setidaknya kau bisa mendapatkan banyak uang dari mereka. Namun hati-hati saja, terkadang mereka bukan orang sembarangan, jangan sampai kau berurusan panjang dengan lelaki-lelaki t
“Papa?!”Jason, bocah berusia delapan tahun itu melepaskan genggaman tangannya dari Anna dan berlari menghambur ke pelukan Sean yang telah siap merengkuhnya dengan hangat.Sungguh pemandangan yang hangat kala sepasang ayah dan anak itu saling berpelukan dan menyalurkan kasih sayang seolah telah lama berpisah.Tak jauh dari sana, wanita muda dengan setelan semi formalnya tampak berdiri menunduk tak nyaman.Setelah cukup puas melepaskan rindu untuk sang putra, Sean lantas mengalihkan pandangan pada sang wanita muda yang masih berdiri dengan kikuk di tempatnya semula.“Jadi ... namamu Anna?” tanya Sean datar.“Benar! Dia ibu guruku, Bu Anna yang kemarin membantuku melukis, Pa.”Bukan Anna yang menjawab pertanyaan itu, melainkan Jason. Yang tampak bersemangat dan berbinar.Sean melukis senyuman tipis di wajahnya, mendekatkan sang putra dalam dekapannya sebelum kembali fokus pada Anna.“Jadi ... kau guru di sini?” tanyanya kemudian.“Benar,” jawab Anna setengah kikuk, tak mampu mempertemu
‘Sean ... bangun, Sean ....’Bisikan dan dengung panjang dalam telinga Sean terasa semakin menyakitkan, suara yang teramat ia kenal memanggilnya dari tempat yang teramat jauh.Memaksanya bangun saat itu juga, meskipun rasanya sangat sulit.“Hah ...!”Dengan deru nafas memburu juga keringat dingin yang bercucuran di sekujur tubuhnya, Sean berhasil terbangun.Hal pertama yang ia lakukan kala kedua matanya terbuka adalah mengedarkan pandangan ke sekelilingSebuah tempat asing dengan aroma yang asing pula. Kebingungan yang ia rasakan semakin membuat kepalanya berat.Hingga ia mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan menemukan seorang gadis bergaun merah dengan tangannya yang terlipat rapi di depan dada.“Sudah bangun, Tuan? Bagaimana tidurmu tadi malam?” tanya si wanita asing dengan nada datar.Tak ... tak ... tak ....Ketukan heels tinggi yang dikenakannya pun memecah sunyi yang teramat nyata di dalam kamar hotel mahal bernuansa klasik itu.Ia melangkahkan kakinya pelan menuju tengah ruang