~Macau, 2023~
“Pamanmu yang menjualmu ke sini!”Devada menatap nanar wanita paruh baya yang berkata padanya itu. Ia terperangkap dalam rumah bordil yang menjual wanita-wanita pemuas hasrat pada para lelaki hidung belang.Terakhir yang dia ingat hanyalah kecelakaan yang dialaminya sebelum ini. Namun, menurut keterangan mucikari tempat tersebut, Devada dibawa ke sana oleh anak buah Adam, paman Devada sendiri.“Tidak mungkin!” ucap Devada dengan tegas, “paman saya tidak mungkin seperti itu, dia tidak mungkin membuang saya ke tempat kotor seperti ini!”“Terserah mau percaya atau tidak, tapi yang pasti sekarang kamu sudah menjadi bagian dari tempat yang kamu anggap kotor ini,” kata Nyonya Wang, si mucikari.Lalu, Nyonya Wang melemparkan sebuah amplop besar kepada Devada. Devada bergegas membukanya dan mengambil beberapa kertas yang ada di dalamnya.Namun, betapa terkejutnya Devada saat ahu bahwa yang ia ambil itu ialah salinan dokumen kematiannya sendiri.“T-ti-dak mungkin, ba-ba-gaimana bisa? jelas-jelas aku masih hidup!”Devada lantas beralih mengambil sesuatu yang lain dari dalam amplop. Di mana kali ini yang dia temukan ialah sebuah pemutar MP3. Saat Devada menekan tombol play, terdengar suara seorang laki-laki yang dikenalnya. “Paman Adam?” gumam Devada.“Devada, anak itu sungguh seperti parasit yang sulit untuk dibasmi. Sudah mengalami kecelakaan, tapi masih saja hidup. Lenyapkan dia! pokoknya aku tidak mau menerima apapun kecuali surat kematiannya!”Kini Devada tidak bisa lagi berkata-kata. Dia hanya bisa kembali memutar ulang rekaman itu, sampai akhirnya dia yakin bahwa yang didengarnya sungguh suara pamannya. Hati Devada hancur. Satu-satunya keluarga yang ia harapkan bisa membantu, ternyata justru yang paling menginginkan dirinya tiada.“Bagaimana? Apa sekarang kamu sudah paham, Nona Muda?” ejek Nyonya Wang, “aku harap setelah ini kamu bisa jadi anak baik di rumah ini!” Nyonya Wang pergi meninggalkan kamar Devada. Meninggalkan Devada yang masih terduduk lemas di kamarnya tanpa bisa mengatakan apapun. Selama berhari-hari Devada dikurung di dalam kamar. Dia diisolasi dari dunia luar. Tidak ada orang yang bisa ia ajak bicara dan tidak ada alat komunikasi apapun. Hanya ada dokter yang sesekali memeriksa dan pelayan yang tiga kali sehari mengantar makanan.Sayangnya Devada tidak memiliki kesempatan untuk meminta bantuan dari orang-orang itu. Sebab, mereka selalu diawasi oleh Nyonya Wang.Suatu ketika, Devada tidak bisa lagi menahan emosinya. Dia meluapkan amarahnya dan membuat keributan dengan membuang semua makanan ke lantai.Hal itu membuat Nyonya Wang sangat marah. Nyonya Wang langsung menghampiri Devada dan sebuah tamparan pada akhirnya mendarat di pipi Devada.“Perempuan tidak tahu diuntung! beraninya kamu bersikap angkuh di tempatku!” teriak Nyonya Wang. Ketika keadaan sudah seperti itu, Devada hanya bisa menangis. Devada merasa dirinya sudah sangat rendah karena ditampar oleh seorang mucikari.Nyonya Wang menghela napas dan berusaha meredam emosinya. “Baiklah, terserah jika kamu tidak mau makan. Mau mati pun aku juga tidak peduli. Namun, sebelum kamu mati, setidaknya kamu harus menjadi berguna untukku!”Nyonya Wang memanggil salah satu ‘anaknya’ dan memintanya untuk mendandani Devada. Nyonya Wang mengatakan bahwa malam ini Devada akan melayani tamu.Devada semakin merasa hina bahkan hanya dengan mendengarnya. Tidak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya jika hidupnya akan berakhir sebagai seorang pelacur. Malam harinya, di mana para tamu penting itu datang. Devada ditarik masuk ke dalam sebuah aula yang dipenuhi oleh banyak sekali pria dengan penampilan yang sangat borjuis. Ketika host menyebut nominal pembuka, para pria di sana langsung mengangkat tangan mereka. Pelelangan Devada pun dimulai. Pria-pria tadi saling bersahutan untuk bersaing mendapatkan Devada. Sementara Devada, dia hanya bisa terus menangis.Di salah satu kursi di bar, seorang pria berusia tiga puluhan tengah menikmati segelas wine. Pria itu ialah Lucas Li, generasi ketiga dari keluarga pebisnis besar di China daratan bernama Li. Tidak ada yang terkejut jika Lucas tidak peduli pada lelang tersebut. Semua orang di sana tahu bahwa Lucas tidak pernah tertarik untuk bermain dengan para pelacur. Satu-satunya hal yang bisa membuat Lucas tertarik hanyalah bisnis. Bahkan, Lucas pergi ke rumah pelacuran seperti itupun juga karena bisnis. Hanya saja, sepertinya malam ini sedikit berbeda. Semua orang kaget karena tiba-tiba Lucas mengangkat tangannya dan ikut memberikan harga. Tidak tanggung-tanggung, nominal yang dia keluarkan juga lumayan besar. “A-a-pakah ada yang mau memberikan harga lebih tinggi?” tanya pemandu lelang. Semua orang mulai bergumam dan tidak ada lagi yang mengangkat tangan. Mereka tahu bahwa tidak akan ada yang bisa mengalahkan Lucas jika dia sudah menginginkan sesuatu. Sehingga, pelelangan itupun selesai dan malam ini Devada akan menjadi milik Lucas. Devada kembali ditarik pergi. Dia dimasukkan ke dalam kamar untuk menunggu pemiliknya datang. Tidak lama kemudian, terdengar pintu kamar itu terbuka. Tangan Devada gemetar dan semakin cemas saat terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat padanya.Perlahan Devada mengangkat roknya lalu mengambil garpu yang sebelumnya dia ambil diam-diam dan diikatkan di paha. Begitu pemilik langkah kaki itu berada di dekatnya, Devada langsung bangkit untuk menyerangnya. Namun, orang tersebut dengan sigap menahan tangan Devada. “Argh!”—Devada kesakitan tangannya diremas. “Kamu ingin menyerangku dengan garpu?” tanya orang itu, yang tidak lain ialah Lucas. “Bodoh!” umpat Lucas kemudian.Lucas melempar Devada ke tempat tidur. Lalu, dia mulai melepas jasn, mengendurkan dasi dan membuka kancing atas kemejanya.“Tidak, tolong jangan lakukan apapun pada saya!” pinta Devada dengan takut, “saya bukan pelacur!” Lucas naik ke tempat tidur lalu mencengkeram lengan Devada. “Jika kamu bukan pelacur, lalu untuk apa kamu di sini?”Lambat laun perlawanan Devada melemah, akan tetapi tangisnya tidak. Devada masih menangis meskipun sama sekali tidak bergerak. “Aku benci perempuan lemah!” ucap Lucas. Lucas melepas cengkeramannya lalu beranjak dari atas tubuh Devada. Dia berjalan menjauhi tempat tidur. Daripada harus bercinta dengan Devada, Lucas lebih memilih untuk duduk di kursi dan merokok di sana.Devada bingung, tidak mengerti alasan Lucas tiba-tiba melepaskannya. Namun, dia bersyukur karena Lucas berubah pikiran dan tidak jadi berbuat yang tidak-tidak padanya. Devada segera bangkit duduk dan menarik selimut untuk menutupi badannya.“Siapa namamu?” tanya Lucas.Devada terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. “D-d-devada!”“Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Saya ...,”—Devada mengepalkan tangannya, erat—“saya dijual oleh paman saya!”Lucas mengangkat salah satu alisnya. “Bagaimana denganmu? kamu ingin tinggal di sini?”“Tentu saja tidak!” jawab Devada cepat.“Kalau begitu, keluarlah dari tempat ini!” pin
“Kenapa Anda memberi saya identitas baru?” tanya Devada penasaran.“Karena Devada telah mati!” jawab Lucas, “setelah ini, tidak akan ada lagi Devada, yang ada hanyalah Natasha Liu, perempuan yatim piatu yang miskin dan seorang mantan pelayan bar,” jelasnya kemudian.Devada kembali bersuara, “Boleh aku bertanya sesuatu?”“Katakan!”“Kenapa Anda ingin saya menikah dengan Anda? apakah ini sungguh satu-satunya jalan untuk saya bisa kembali? kenapa saya merasa seperti tidak akan pernah kembali ke kehidupan saya?”Lucas menjelaskan, “Aku hanya berkata bahwa aku akan membantumu merebut kembali posisimu dari pamanmu, aku sama sekali tidak berkata bahwa kamu akan kembali ke kehidupanmu sebelumnya.”Devada tercengang setelah mendengarnya. Dia tidak menyangka akan semudah itu terjebak pada kata-kata Lucas.“Mengenai alasan kamu harus menikah denganku,” lanjut Lucas, “sebenarnya aku pergi ke rumah pelacuran itu untuk mencari seseorang yang bisa kugunakan untuk menggagalkan pertunanganku, kebetulan
~Sebelumnya, seusai Natasha bertemu dengan Lian~Natasha bertanya kepada Kai. “Siapa nona tadi?”“Nona tadi ialah Nona Lian, dia tunangan Tuan Lucas!” Kini Natasha paham alasan Lian menatapnya sinis seperti tadi. “Oh, jadi dia tunangan Tuan Lucas,” gumam Natasha, “dia sangat cantik dan terlihat cerdas, bodoh sekali Tuan Lucas menyia-nyiakan wanita seperti dia!” Kai mendengar gumaman Natasha, tapi dia tidak berani bicara menanggapinya. Sebagai orang kepercayaan Lucas tentu sedikit banyak ia tahu tentang perasaan tuannya yang sebenarnya mencintai Lian.~Kediaman Keluarga Li, malam harinya~Setelah sedikit berdebat dengan Lucas, akhirnya Lian bangkit dari kursinya. Kemudian, dia melepas cincin pertunangannya dengan Lucas dan meletakkannya di meja makan.“Keluarga Wu tidak pernah mengemis sesuatu pada siapapun. Jika keluarga Li menginginkan perjodohan ini berakhir, maka berakhirlah sudah!” ucap Lian, “saya permisi, Paman dan Bibi!”Langkah Lian meninggalkan kediaman Li diikuti oleh kedua
“Saya ...,”—Natasha mulai memasang wajah tebal sesuai keinginan Lucas—“saya tidak tahu siapa orang tua saya, sejak kecil saya sudah tinggal di panti asuhan, dan saya baru beberapa kali bertemu dengan Kak Lucas, di Macau, di ...,”—Natasha menurunkan volume suaranya—“rumah pelacuran.” Sontak semua anggota keluarga Li tercengang mendengarnya. Tuan Jiang bahkan sangat marah mengetahui Lucas membawa perempuan seperti itu ke rumah mereka.“Lucas Li!” teriak Jiang, “ikut denganku ke ruang kerja sekarang juga!”Tuan Jiang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan ruang keluarga diikuti oleh Lucas. “Tunggu aku di sini sebentar!” ucap Lucas kepada Natasha sebelum pergi. Nenek An yang masih syok setelah mengetahui latar belakang Natasha bertambah syok saat melihat sikap manis Lucas kepada Natasha. “Ah, jantungku ...,” keluh Nenek An.“Nenek!”Semua orang yang ada di ruang keluarga itupun panik mendengar Nenek An mengeluh kesakitan. Mereka kemudian membawa Nenek An ke kamarnya
~Beijing, 2000~Seperti biasa, sepulang sekolah Lucas langsung berlari menuju kamar mamanya yang berada di paviliun di belakang rumah utama keluarga Li. Dia sangat antusias ingin menunjukkan nilai ujiannya yang mendapat nilai sempurna. “Mama, aku pulang!”—Lucas membuka pintu kamar mamanya. Lucas sedikit terkejut melihat mamanya duduk di lantai bersandarkan tempat tidur dan menghadap ke jendela. Tidak biasanya dia menemui mamanya pada posisi seperti itu. “Mama!” panggil Lucas pelan sambil memutari tempat tidur. Namun, sama sekali tidak ada sahutan.Tidak lama kemudian, langkah Lucas itupun terhenti. Kertas ujian yang ingin dia tunjukkan kepada mamanya kini lepas dari genggamannya. “M-m-mama?”Lucas melihat pergelangan tangan mamanya dan juga pisau yang ada di dekatnya berlumuran darah. Lucas mendekati tubuh sang mama dengan air mata yang mulai menetes. “Mama!”Teriakan dan tangisan Lucas meledak sejadi-jadinya. Hari itu, menjadi hari paling menyedihkan bagi Lucas. Dia kehilangan m
Natasha tidak tahu jika saat ini ada orang lain di dalam kamarnya. Jadi, dia sangat terkejut ketika mendengar suara seseorang berbicara padanya. Natasha seketika menoleh ke arah sumber suara. “Siapa—” Tiba-tiba sebuah tangan membekap mulut Natasha. “Ssstt ... jangan berisik!” pinta orang yang membekap Natasha, “ini aku, Duan.” Natasha berucap dalam batin, “Oh, bukankah dia adik ipar Tuan Lucas yang tadi terus memandangiku? kenapa sekarang dia ada di kamarku?” Natasha segera melepas paksa tangan Duan dan menjauhkan diri darinya. “Apa yang kamu lakukan di sini?” “Aku hanya ingin membawakanmu makan malam,” jawab Duan, sambil menunjuk nampan berisi makanan yang saat ini ada di atas meja. “Karena tadi kondisi Nenek tiba-tiba drop, akhirnya kita semua tidak jadi makan malam bersama, jadi aku takut kamu akan kelaparan.” Meskipun tidak ingin berpikir negatif, tetapi melihat wajah Duan dan gerak-geriknya, terutama matanya, Natasha sungguh tidak bisa jika harus berpikir positif. Pengalama
Natasha memperhatikan perempuan yang saat ini menghampirinya. Dia merasa tidak asing dengan wajah itu. “Nona Ana!” sapa pengawal serta pelayan yang bersama Natasha. “Nona Ana?” ulang Natasha dalam batin. Natasha mencoba mengingatnya. Kemudian, dia teringat pada salah satu sosok yang ada di dalam foto anggota keluarga utama. “Ah ... benar! Ana, adik sepupu pertama Lucas. Salam kenal, adik Ana!” sapa Natasha kemudian. Ana berhenti beberapa langkah dari posisi Natasha berdiri saat ini. “Hahaha!”—Ana tertawa geli mendengar bagaimana Natasha menyebutnya—“ternyata benar kata mama, kamu memang perempuan gila yang tidak tahu malu!” “Aku? tidak tahu malu?”—Natasha bingung—“kenapa juga aku harus malu? aku tidak korupsi ataupun melakukan perbuatan yang buruk,” lanjutnya sarkas. “Aku ...,”—Natasha melangkah mendekati Ana—“justru merasa bangga, karena akan menjadi kakak ipar dari seorang diplomat hebat negeri ini.” Tatapan dan ucapan Natasha sirat akan makna. Mereka saling menatap tajam sat
Lucas mengekori mamanya meninggalkan ruang keluarga. “Apa yang ingin Mama bicarakan denganku?” tanya Lucas. “Lucas, Mama tahu kamu tidak benar-benar ingin menikahi wanita itu,” ucap Mei Rui. “Sayang, caramu memberontak tidak harus dengan cara seperti ini!” Lucas menghela napas kesal—“Aku heran, kenapa orang-orang di rumah ini senang sekali menyebut Natasaha dengan sebutan ‘wanita itu’? tolong, Ma, dia punya nama!” “Oh~ baiklah, ... Natasha!” sebut Mei Rui dengan kesal. Mei Rui mencoba untuk tidak berdebat dengan Lucas mengenai hal itu. Dia pun kembali memperingatkan Lucas. “Kamu, jika ingin memberontak, jangan seperti ini, Lucas!” lanjut Mei Rui. “Memberontak? siapa? aku? ... tidak, Ma, aku tidak sedang jadi pemberontak, aku hanya sedang jatuh cinta!” tegas Lucas. “Cinta? kepada seorang wanita seperti—maksudku, kepada Natasha?”—Mei Rui tertawa geli—“ayolah, Lucas! bagaimana bisa kamu membandingkan dia dengan Lian yang sempurna dan sudah mengenalmu jauh lebih lama?” “Tapi ini b