Lambat laun perlawanan Devada melemah, akan tetapi tangisnya tidak. Devada masih menangis meskipun sama sekali tidak bergerak.
“Aku benci perempuan lemah!” ucap Lucas. Lucas melepas cengkeramannya lalu beranjak dari atas tubuh Devada. Dia berjalan menjauhi tempat tidur. Daripada harus bercinta dengan Devada, Lucas lebih memilih untuk duduk di kursi dan merokok di sana. Devada bingung, tidak mengerti alasan Lucas tiba-tiba melepaskannya. Namun, dia bersyukur karena Lucas berubah pikiran dan tidak jadi berbuat yang tidak-tidak padanya. Devada segera bangkit duduk dan menarik selimut untuk menutupi badannya. “Siapa namamu?” tanya Lucas. Devada terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu. “D-d-devada!” “Kenapa kamu bisa ada di sini?” “Saya ...,”—Devada mengepalkan tangannya, erat—“saya dijual oleh paman saya!” Lucas mengangkat salah satu alisnya. “Bagaimana denganmu? kamu ingin tinggal di sini?” “Tentu saja tidak!” jawab Devada cepat. “Kalau begitu, keluarlah dari tempat ini!” pinta Lucas, “aku bisa membantumu.” Devada terkejut, seolah Tuhan menjawab doanya selama ini dan mengirimkan malaikat penolong untuknya. Dia sangat senang dan sangat antusias setelah mendengar tawaran itu.Hanya saja, Lucas bukanlah malaikat, sehingga terlalu dini bagi Devada untuk merasa senang. Dia ingat bahwa tidak ada sesuatu yang gratis dan semudah itu di dunia ini.“Bagaimana Tuan akan membantu saya?” tanya Devada. Lucas menghembuskan asap rokoknya—“Mudah, aku punya uang dan nyonyamu menyukai uang, tidak akan sulit bagi kami untuk bicara.” Devada paham akan hal itu. Namun, dia tidak mau jika harus keluar dari kandang harimau dan justru masuk ke lubang buaya. “Apa yang Anda inginkan sebagai gantinya?” Lucas tertawa—“Kamu sungguh pintar, Devada!” pujinya, “kamu memang layak menjadi pewaris Grup Sentanu.” Devada terkejut Lucas menyebut nama grup bisnis keluarganya. “Anda mengenal siapa saya?”“Tidak hanya mengenal, bahkan aku memiliki hubungan yang cukup dekat dengan paman dan papamu,” jawab Lucas. Sebelumnya, Lucas merupakan rekan bisnis papa Devada. Namun, karena terjadi masalah pada bisnis mereka dan ditambah dengan meninggalnya kedua orang tua Devada, hubungan kerja sama keduanya berakhir.Lucas pernah sekali berpapasan dengan Devada di kantor milik papa Devada. Namun, pada saat itu Devada sama sekali tidak memperhatikan.Devada terdiam, dia hampir tidak percaya karena pada akhirnya ada orang yang mengenalnya. Kini Devada paham kenapa Lucas menawar dirinya dengan harga yang sangat tinggi.Kembali Devada bertanya, “Jadi, apa yang membuat Anda sengaja menawar saya dengan harga tinggi?”Lucas menjawab, “Aku ingin menawarkan kerja sama padamu!” “Kerja sama seperti apa?”—Devada penasaran. Lucas mencondongkan tubuhnya ke arah Devada. “Menikahlah denganku, maka akan kukeluarkan kamu dari tempat ini dan akan kubantu kamu merebut posisimu dari tangan pamanmu!” Lagi-lagi Devada dibuat terkejut oleh perkataan Lucas. Semua akan mudah bagi Devada apabila Lucas meminta sebagian besar saham perusahaannya. Namun menikah, itu merupakan harga yang jauh lebih besar bagi Devada.“M-m-menikah?” Lucas mematikan rokoknya lalu bangkit dari tempat duduknya. “Aku tidak memaksamu,” kata Lucas, “tapi kuperingatkan kamu, Devada! kamu pasti akan menyesal jika menolak tawaranku.“ Lucas kembali merapikan pakaiannya, sementara Devada masih mencoba berpikir keras. Peluang untuk meninggalkan rumah pelacuran tersebut ada tepat di depan mata, bodoh jika dia menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja. “Baiklah,” ucap Devada—Lucas memberikan atensinya pada Devada—“aku akan menikah denganmu, tapi tolong bawa aku pergi dari tempat kotor ini!” Lucas menyunggingkan senyum kemenangan. “Tenang saja, aku juga tidak ingin calon istriku berada di tempat seperti ini!” Lucas akhirnya keluar dari kamar Devada. Dia memberi tahu pengawalnya yang juga merupakan kaki tangannya. “Kita ke rencana selanjutnya!” “Baik, Tuan!” Lucas pergi menemui Nyonya Wang untuk membahas tentang pembebasan Devada. Dia menyodorkan selembar cek ke hadapan Nyonya Wang.“Sesuai dengan yang saya janjikan sebelumnya,” kata Lucas.Nyonya Wang mengambil cek tersebut. “Senang berbisnis dengan Anda, Tuan!”Ternyata, sebelum ini Nyonya Wang dan Lucas sudah saling mengenal satu sama lain. Mengenai yang membawa Devada ke rumah pelacuran Nyonya Wang, sebenarnya itu ialah perbuatan Lucas dan anak buahnya sendiri.Beberapa hari sebelum Devada sadarkan diri dan mendapati dirinya di rumah bordil, dia mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Pada saat itu, Adam berencana untuk membunuh Devada melalui utusannya. Namun, hal tersebut digagalkan oleh Lucas.Lucas memanfaatka kesempatan tersebut untuk membalas Adam atas dendamnya di masa lalu. Lucas membawa Devada ke Macau dan menyembunyikannya di rumah bordil, lalu memalsukan kematian Devada agar Adam tetap berpikir bahwa Devada telah tewas sesuai dengan rencananya.Ketika nantinya Devada sadarkan diri, Lucas ingin Devada membenci sang paman. Sehingga, dengan begitu Lucas dapat masuk untuk memanfaatkan Devada, menjadikannya sebagai senjata penghancur bagi Adam.Kini, semuanya berjalan sesuai dengan rencana Lucas. Dia bisa melihat kebencian untuk Adam di mata Devada.Hal yang perlu dilakukan oleh Lucas setelah ini hanyalah melangkah pada rencana selanjutnya. Namun, sebelum itu, dia harus membersihkan semuanya.“Tenang saja, Tuan, saya akan menjaga rahasia Anda dengan baik!” kata Nyonya Wang.Lucas hanya tersenyum sembari melangkah meninggalkan ruangan Nyonya Wang. “Bersihkan tempat ini, jangan sampai ada yang tersisa!” perintah Lucas pada anak buahnya.“Baik, Tuan!”Beberapa saat sebelumnya, di kamar Devada. Devada berkemas, tetapi dia tidak bisa menemukan sesuatu untuk bisa dikemas selain amplop yang sebelumnya diberikan oleh Nyonya Wang.Devada memandang surat keterangan kematiannya lagi. Sejak awal dia merasa ada yang aneh dan tidak benar.“Jika Paman Adam ingin menyingkirkanku, kenapa dia tidak benar-benar membunuhku? kenapa dia harus repot-repot memalsukan kematianku dan membuangku ke tempat yang begitu jauh seperti ini?” gumam Devada.Selain merasakan keanehan itu, Devada juga melihat ada yang aneh dari Lucas. Kedatangan Lucas sangat terasa bak seorang pahlawan. Semua serba terlalu kebetulan.“Aku harus mencari tahu kebenarannya!” gumam Devada lagi. Seseorang mengetuk pintu kamar Devada. “Devada, pangeran berkuda putihmu sudah menunggu, atau apa kamu masih ingin tinggal di sini?” kata salah satu ‘anak’ Nyonya Wang. Devada segera memasukkan amplop tadi dan bergegas mendatangi Lucas di halaman depan. Pada akhirnya, dia bisa keluar dari rumah pelacuran milik Nyonya Wang itu.Belum terlalu jauh mobil Lucas meninggalkan kompleks rumah bordil Nyonya Wang, Devada terkejut saat melihat kaca sepion. Dia mendapati asap hitam mengepul di belakang sana, di mana asap itu berasal dari rumah Nyonya Wang.Baik Devada maupun Lucas, mereka sama sekali tidak mengatakan sepatah kata pun. Suasana di dalam mobil itu tetap hening. Devada hanya berspekulasi bahwa kebakaran itu mungkin saja berhubungan dengan Lucas.~Dua hari kemudian di salah satu hotel berbintang di Macau~ Lucas memberikan beberapa lembar Dokumen identitas untuk Devada. Devada bingung saat membaca nama yang tertera di dalam dokumen-dokumen itu.“Anda memberi saya identitas baru?” tanya Devada kepada Lucas.“Kenapa Anda memberi saya identitas baru?” tanya Devada penasaran.“Karena Devada telah mati!” jawab Lucas, “setelah ini, tidak akan ada lagi Devada, yang ada hanyalah Natasha Liu, perempuan yatim piatu yang miskin dan seorang mantan pelayan bar,” jelasnya kemudian.Devada kembali bersuara, “Boleh aku bertanya sesuatu?”“Katakan!”“Kenapa Anda ingin saya menikah dengan Anda? apakah ini sungguh satu-satunya jalan untuk saya bisa kembali? kenapa saya merasa seperti tidak akan pernah kembali ke kehidupan saya?”Lucas menjelaskan, “Aku hanya berkata bahwa aku akan membantumu merebut kembali posisimu dari pamanmu, aku sama sekali tidak berkata bahwa kamu akan kembali ke kehidupanmu sebelumnya.”Devada tercengang setelah mendengarnya. Dia tidak menyangka akan semudah itu terjebak pada kata-kata Lucas.“Mengenai alasan kamu harus menikah denganku,” lanjut Lucas, “sebenarnya aku pergi ke rumah pelacuran itu untuk mencari seseorang yang bisa kugunakan untuk menggagalkan pertunanganku, kebetulan
~Sebelumnya, seusai Natasha bertemu dengan Lian~Natasha bertanya kepada Kai. “Siapa nona tadi?”“Nona tadi ialah Nona Lian, dia tunangan Tuan Lucas!” Kini Natasha paham alasan Lian menatapnya sinis seperti tadi. “Oh, jadi dia tunangan Tuan Lucas,” gumam Natasha, “dia sangat cantik dan terlihat cerdas, bodoh sekali Tuan Lucas menyia-nyiakan wanita seperti dia!” Kai mendengar gumaman Natasha, tapi dia tidak berani bicara menanggapinya. Sebagai orang kepercayaan Lucas tentu sedikit banyak ia tahu tentang perasaan tuannya yang sebenarnya mencintai Lian.~Kediaman Keluarga Li, malam harinya~Setelah sedikit berdebat dengan Lucas, akhirnya Lian bangkit dari kursinya. Kemudian, dia melepas cincin pertunangannya dengan Lucas dan meletakkannya di meja makan.“Keluarga Wu tidak pernah mengemis sesuatu pada siapapun. Jika keluarga Li menginginkan perjodohan ini berakhir, maka berakhirlah sudah!” ucap Lian, “saya permisi, Paman dan Bibi!”Langkah Lian meninggalkan kediaman Li diikuti oleh kedua
“Saya ...,”—Natasha mulai memasang wajah tebal sesuai keinginan Lucas—“saya tidak tahu siapa orang tua saya, sejak kecil saya sudah tinggal di panti asuhan, dan saya baru beberapa kali bertemu dengan Kak Lucas, di Macau, di ...,”—Natasha menurunkan volume suaranya—“rumah pelacuran.” Sontak semua anggota keluarga Li tercengang mendengarnya. Tuan Jiang bahkan sangat marah mengetahui Lucas membawa perempuan seperti itu ke rumah mereka.“Lucas Li!” teriak Jiang, “ikut denganku ke ruang kerja sekarang juga!”Tuan Jiang bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan ruang keluarga diikuti oleh Lucas. “Tunggu aku di sini sebentar!” ucap Lucas kepada Natasha sebelum pergi. Nenek An yang masih syok setelah mengetahui latar belakang Natasha bertambah syok saat melihat sikap manis Lucas kepada Natasha. “Ah, jantungku ...,” keluh Nenek An.“Nenek!”Semua orang yang ada di ruang keluarga itupun panik mendengar Nenek An mengeluh kesakitan. Mereka kemudian membawa Nenek An ke kamarnya
~Beijing, 2000~Seperti biasa, sepulang sekolah Lucas langsung berlari menuju kamar mamanya yang berada di paviliun di belakang rumah utama keluarga Li. Dia sangat antusias ingin menunjukkan nilai ujiannya yang mendapat nilai sempurna. “Mama, aku pulang!”—Lucas membuka pintu kamar mamanya. Lucas sedikit terkejut melihat mamanya duduk di lantai bersandarkan tempat tidur dan menghadap ke jendela. Tidak biasanya dia menemui mamanya pada posisi seperti itu. “Mama!” panggil Lucas pelan sambil memutari tempat tidur. Namun, sama sekali tidak ada sahutan.Tidak lama kemudian, langkah Lucas itupun terhenti. Kertas ujian yang ingin dia tunjukkan kepada mamanya kini lepas dari genggamannya. “M-m-mama?”Lucas melihat pergelangan tangan mamanya dan juga pisau yang ada di dekatnya berlumuran darah. Lucas mendekati tubuh sang mama dengan air mata yang mulai menetes. “Mama!”Teriakan dan tangisan Lucas meledak sejadi-jadinya. Hari itu, menjadi hari paling menyedihkan bagi Lucas. Dia kehilangan m
Natasha tidak tahu jika saat ini ada orang lain di dalam kamarnya. Jadi, dia sangat terkejut ketika mendengar suara seseorang berbicara padanya. Natasha seketika menoleh ke arah sumber suara. “Siapa—” Tiba-tiba sebuah tangan membekap mulut Natasha. “Ssstt ... jangan berisik!” pinta orang yang membekap Natasha, “ini aku, Duan.” Natasha berucap dalam batin, “Oh, bukankah dia adik ipar Tuan Lucas yang tadi terus memandangiku? kenapa sekarang dia ada di kamarku?” Natasha segera melepas paksa tangan Duan dan menjauhkan diri darinya. “Apa yang kamu lakukan di sini?” “Aku hanya ingin membawakanmu makan malam,” jawab Duan, sambil menunjuk nampan berisi makanan yang saat ini ada di atas meja. “Karena tadi kondisi Nenek tiba-tiba drop, akhirnya kita semua tidak jadi makan malam bersama, jadi aku takut kamu akan kelaparan.” Meskipun tidak ingin berpikir negatif, tetapi melihat wajah Duan dan gerak-geriknya, terutama matanya, Natasha sungguh tidak bisa jika harus berpikir positif. Pengalama
Natasha memperhatikan perempuan yang saat ini menghampirinya. Dia merasa tidak asing dengan wajah itu. “Nona Ana!” sapa pengawal serta pelayan yang bersama Natasha. “Nona Ana?” ulang Natasha dalam batin. Natasha mencoba mengingatnya. Kemudian, dia teringat pada salah satu sosok yang ada di dalam foto anggota keluarga utama. “Ah ... benar! Ana, adik sepupu pertama Lucas. Salam kenal, adik Ana!” sapa Natasha kemudian. Ana berhenti beberapa langkah dari posisi Natasha berdiri saat ini. “Hahaha!”—Ana tertawa geli mendengar bagaimana Natasha menyebutnya—“ternyata benar kata mama, kamu memang perempuan gila yang tidak tahu malu!” “Aku? tidak tahu malu?”—Natasha bingung—“kenapa juga aku harus malu? aku tidak korupsi ataupun melakukan perbuatan yang buruk,” lanjutnya sarkas. “Aku ...,”—Natasha melangkah mendekati Ana—“justru merasa bangga, karena akan menjadi kakak ipar dari seorang diplomat hebat negeri ini.” Tatapan dan ucapan Natasha sirat akan makna. Mereka saling menatap tajam sat
Lucas mengekori mamanya meninggalkan ruang keluarga. “Apa yang ingin Mama bicarakan denganku?” tanya Lucas. “Lucas, Mama tahu kamu tidak benar-benar ingin menikahi wanita itu,” ucap Mei Rui. “Sayang, caramu memberontak tidak harus dengan cara seperti ini!” Lucas menghela napas kesal—“Aku heran, kenapa orang-orang di rumah ini senang sekali menyebut Natasaha dengan sebutan ‘wanita itu’? tolong, Ma, dia punya nama!” “Oh~ baiklah, ... Natasha!” sebut Mei Rui dengan kesal. Mei Rui mencoba untuk tidak berdebat dengan Lucas mengenai hal itu. Dia pun kembali memperingatkan Lucas. “Kamu, jika ingin memberontak, jangan seperti ini, Lucas!” lanjut Mei Rui. “Memberontak? siapa? aku? ... tidak, Ma, aku tidak sedang jadi pemberontak, aku hanya sedang jatuh cinta!” tegas Lucas. “Cinta? kepada seorang wanita seperti—maksudku, kepada Natasha?”—Mei Rui tertawa geli—“ayolah, Lucas! bagaimana bisa kamu membandingkan dia dengan Lian yang sempurna dan sudah mengenalmu jauh lebih lama?” “Tapi ini b
Sejak pertunangannya dengan Lucas berakhir, Lian terus menyibukkan diri dengan bekerja. Sekalinya dia tidak memiliki pekerjaan, Lian akan memilih menghabiskan waktunya hanya untuk melamun, persis seperti yang dilakukannya saat ini.Lian menatap jauh ke luar jendela ruang kerjanya tanpa ada satupun yang dia pikirkan. Hanya melamun, kosong. DERT!Lian terkejut, lamunannya siang itu tiba-tiba dibuyarkan oleh suara getaran ponselnya. Namun, yang lebih membuat Lian terkejut ialah orang yang meneleponnya dan membuat ponselnya bergetar. “Tante Mei?”—Lian segera mengangkat panggilan telepon tersebut—“Tante Mei? Apa kabar, Tante?” sapa Lian ramah.“Oh, baik, Sayang!” jawab Mei Rui di ujung telepon, “kamu bagaimaan? kamu baik-baik saja, kan?”Raut wajah Lian kembali sendu—“Bohong jika Lian menjawab baik-baik saja, Tante. Bagaimana bisa Lian baik-baik saja?” jawabnya.“Sayang, bisa kita bertemu? tante ingin mengobrol dengan kamu!”Lian sangat bersemangat setelah mengetahui niat mama Lucas itu.