Natasha memperhatikan perempuan yang saat ini menghampirinya. Dia merasa tidak asing dengan wajah itu. “Nona Ana!” sapa pengawal serta pelayan yang bersama Natasha. “Nona Ana?” ulang Natasha dalam batin. Natasha mencoba mengingatnya. Kemudian, dia teringat pada salah satu sosok yang ada di dalam foto anggota keluarga utama. “Ah ... benar! Ana, adik sepupu pertama Lucas. Salam kenal, adik Ana!” sapa Natasha kemudian. Ana berhenti beberapa langkah dari posisi Natasha berdiri saat ini. “Hahaha!”—Ana tertawa geli mendengar bagaimana Natasha menyebutnya—“ternyata benar kata mama, kamu memang perempuan gila yang tidak tahu malu!” “Aku? tidak tahu malu?”—Natasha bingung—“kenapa juga aku harus malu? aku tidak korupsi ataupun melakukan perbuatan yang buruk,” lanjutnya sarkas. “Aku ...,”—Natasha melangkah mendekati Ana—“justru merasa bangga, karena akan menjadi kakak ipar dari seorang diplomat hebat negeri ini.” Tatapan dan ucapan Natasha sirat akan makna. Mereka saling menatap tajam sat
Lucas mengekori mamanya meninggalkan ruang keluarga. “Apa yang ingin Mama bicarakan denganku?” tanya Lucas. “Lucas, Mama tahu kamu tidak benar-benar ingin menikahi wanita itu,” ucap Mei Rui. “Sayang, caramu memberontak tidak harus dengan cara seperti ini!” Lucas menghela napas kesal—“Aku heran, kenapa orang-orang di rumah ini senang sekali menyebut Natasaha dengan sebutan ‘wanita itu’? tolong, Ma, dia punya nama!” “Oh~ baiklah, ... Natasha!” sebut Mei Rui dengan kesal. Mei Rui mencoba untuk tidak berdebat dengan Lucas mengenai hal itu. Dia pun kembali memperingatkan Lucas. “Kamu, jika ingin memberontak, jangan seperti ini, Lucas!” lanjut Mei Rui. “Memberontak? siapa? aku? ... tidak, Ma, aku tidak sedang jadi pemberontak, aku hanya sedang jatuh cinta!” tegas Lucas. “Cinta? kepada seorang wanita seperti—maksudku, kepada Natasha?”—Mei Rui tertawa geli—“ayolah, Lucas! bagaimana bisa kamu membandingkan dia dengan Lian yang sempurna dan sudah mengenalmu jauh lebih lama?” “Tapi ini b
Sejak pertunangannya dengan Lucas berakhir, Lian terus menyibukkan diri dengan bekerja. Sekalinya dia tidak memiliki pekerjaan, Lian akan memilih menghabiskan waktunya hanya untuk melamun, persis seperti yang dilakukannya saat ini.Lian menatap jauh ke luar jendela ruang kerjanya tanpa ada satupun yang dia pikirkan. Hanya melamun, kosong. DERT!Lian terkejut, lamunannya siang itu tiba-tiba dibuyarkan oleh suara getaran ponselnya. Namun, yang lebih membuat Lian terkejut ialah orang yang meneleponnya dan membuat ponselnya bergetar. “Tante Mei?”—Lian segera mengangkat panggilan telepon tersebut—“Tante Mei? Apa kabar, Tante?” sapa Lian ramah.“Oh, baik, Sayang!” jawab Mei Rui di ujung telepon, “kamu bagaimaan? kamu baik-baik saja, kan?”Raut wajah Lian kembali sendu—“Bohong jika Lian menjawab baik-baik saja, Tante. Bagaimana bisa Lian baik-baik saja?” jawabnya.“Sayang, bisa kita bertemu? tante ingin mengobrol dengan kamu!”Lian sangat bersemangat setelah mengetahui niat mama Lucas itu.
Setelah Lucas membawa Natasha pulang ke rumah dan memperkenalkannya sebagai calon istri, Jiang Li langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu tentang Natasha dan kegiatan Lucas selama di Macau beberapa waktu lalu. Jiang sangat tahu seperti apa watak putranya itu, sehingga dia curiga Lucas menyembunyikan sesuatu. Di sore hari ketika jam kerja kantor sudah akan berakhir, tiba-tiba Jiang menerima telepon dari anak buahnya. “Kamu menemukan sesuatu?” “Iya, Tuan.” Anak buah Jiang tersebut melapor bahwa selama di Macau, Lucas pergi ke beberapa Casino, bar, dan tempat hiburan lainnya. Selain bertemu dengan beberapa orang untuk membicarakan bisnis rahasia keluarga Li, tidak ada hal lain yang aneh maupun mencurigakan. “Kamu yakin tidak ada yang mencurigakan?” tanya Jiang tidak yakin. “Dari apa yang saya dapat, saya yakin, Tuan! tapi, ....” “Tapi apa?” sahut Jiang. “Ini terkait perempuan bernama Natasha itu, Tuan.” “Katakan!” “Jadi, di malam tuan muda membawa Natasha ke hotel
Saat Jiang Li tiba di rumah, dia langsung bertanya kepada pelayan tentang keberadaan Natasha. Pada saat itulah Jiang tahu bahwa Natasha sedang berada di balkon lantai tiga.“Apa yang sedang kamu tangisi?” tanya Jiang Li saat tahu Natasha menangis. Setelah beberapa detik terdiam, Natasha pun menjawab, “Bukan apa-apa, Tuan, hanya ... hanya saja, saya sedih karena semua orang di rumah ini sepertinya tidak menyukai saya dan tidak ingin saya tinggal di sini.”“Jika kamu menyadarinya, lalu kenapa kamu masih ada di rumah ini?” lanjut Jiang Li, “tidakkah sebaiknya kamu kembali ke tempatmu?”Dengan cepat Natasha menggeleng—“Tidak!” katanya, “saya dan Kak Lucas ingin menikah, tentu saya harus bisa rukun dengan keluarga orang yang akan saya nikahi. Apapun yang terjadi, saya akan tetap tinggal di sini untuk membuat keluarganya luluh dan menerima saya.”Jiang Li cukup takjub melihat sikap Natasha yang begitu berani menatap matanya sambil melontarkan kalimat seperti itu. “Aku apresiasi tekadmu!” u
Mama Lucas, Linda, jatuh ke pelukan Jiang Li yang merupakan orang asing baginya. Pertemuan mereka berawal saat Jiang Li tengah melakukan perjalanan bisnis ke Amerika. Saat itu hubungan Jiang Li dan Mei Rui sedang memanas. Setiap hari mereka selalu bertengkar, hingga puncaknya saat Jiang Li berada di Amerika. Mei Rui yang dinyatakan tidak bisa memiliki keturunan memiliki kekhawatiran suaminya akan mendua, sehingga dia selalu diliputi oleh perasaan curiga kepada sang suami. Hal tersebut membuat Jiang risih dan stress. Hal tersebut membuat Jiang memilih untuk minum-minum di salah satu bar di New York. Di sanalah pertemuan pertama Jiang dengan Linda yang merupakan seorang pelayan bar.Pada awalnya, putra pertama Li itu hanya menganggap Linda sebagai pelampiasan kekesalannya kepada sang istri. Namun, pada akhirnya Jiang Li sungguh jatuh cinta kepada Linda. Jiang Li mengejar Linda dan berusaha mendapatkan hatinya. Namun, sayangnya Linda terus menolak karena saat itu hatinya sudah menjad
Rapat para pemegang saham telah selesai. Proyek yang disengketakan oleh keluarga Li dan keluarga Wu kini telah resmi jatuh ke tangan Lucas.Hal itu tentunya membuat Lian kesal dan marah, akan tetapi ia berusaha untuk tetap santai dan terlihat rela menerima keputusan tersebut. Bahkan, sebelum meninggalkan kantor, Lian terlebih dahulu menjabat tangan Lucas untuk memberi selamat.“Selamat! sepertinya, kini aku benar-benar harus rela kehilangan semuanya.”“Terima kasih!” balas Lucas.Lian akhirnya pergi meninggalkan kantor utama Grup Shanzi bersama dengan perasaan kecewanya. Kejadian tersebut dilihat oleh para karyawan, yang mana membuat rumor kerenggangan hubungan keluarga Li dan Wu beredar dengan cepat ke seluruh perusahaan yang masuk ke dalam grup.“Menurut kalian, kenapa Nona Lian dan Tuan Lucas merebutkan proyek ini? padahal, kalau mereka menikah proyek ini akan menjadi milik mereka berdua.”“Apa lagi alasannya jika bukan karena sekarang Tuan Muda Lucas dan Nona Lian sudah berpisah?”
Natasha dengan didampingi oleh Ana menuju ke halaman tengah rumah keluarga Li. Tidak ada pesta besar di aula mewah dengan ratusan atau ribuan tamu undangan, hanya ada taman rumah yang disulap menjadi altar pernikahan tanpa adanya tamu. Acara pernikahan Lucas dan Natasha sungguh hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan para pekerja di kediaman Li. Tidak hanya itu, beberapa tradisi dalam acara pernikahan juga dilewati oleh mereka. Kedua mempelai hanya akan melakukan tradisi minum teh sebagai bentuk rasa terima kasih mereka kepada orang tua, kemudian dilanjut acara inti yaitu pengikatan janji pernikahan. Bahkan, mereka tidak memakian pakaian berwarna merah yang menjadi hal wajib dalam tradisi pernikahan china. Hanya dekorasi di taman yang dipenuhi dengan warna merah.Langkah demi langkah membawa Natasha semakin dekat dengan Lucas, calon suaminya. Meskipun menikah tanpa cinta, tetapi kini jantung Natasha berdetak sangat cepat. Dia sendiri sampai bingung kenapa bisa merasa gugup seperti it