Lucas jelas terlihat sangat kikuk ketika harus berjalan di tepian danau bersama dengan Natasha. Sejujurnya, dia tidak pernah merasakan jalan-jalan seperti itu.Lucas merasa aneh. Terlebih lagi, saat ini semua orang memperhatikannya.Lucas bertanya-tanya dalam batin, “Kenapa mata semua orang melihatku seperti itu?”—dia merasa tidak nyaman—“Natasha, kamu tidak ingin kita pergi saja dari sini?” tanyanya kemudian.Natasha hanya menoleh sedikit tanpa menghentikan langkahnya. “Kenapa? aku suka berada di sini, tidakkah ini bagus? aku sudah lama ingin ke sini.”Rentetan jawaban Natasha itupun membuat Lucas terdiam. Sementara Natasha, dia masih tidak sadar jika sudah mengabaikan sosok yang merasa tidak nyamana itu.Barulah setelah beberapa saat akhirnya Natasha menyadari sesuatu. “Eh,”—Natasha menoleh ke arah Lucas yang hanya berjarak satu langkah di belakangnya—“apa kamu tidak nyaman berada di sini?”Tanpa ragu Lucas menjawab, “Kamu tidak lihat semua orang memperhatikan kita?”Natasha mengara
“Mama!”Zihan berlari menghampiri Ana begitu melihat mamanya itu keluar dari dapur. Ana langsung merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang putra dan membiarkannya berada dalam pelukannya.“Mama kok sudah ada di rumah? Zihan senang Mama di rumah!”“Syukurlah kalau Zihan senang, mama memang sengaja kasih kejutan ke Zihan agar Zihan senang,” kata Ana, “tapi sayang, kok kamu sama papa baru pulang? habis dari mana?”“Zihan ikut Papa ke rumah sakit, Ma, jenguk nenek buyut.”“Sayang, kamu kok ikut ke rumah sakit, sih!” protes Ana.“Kenapa, Ma? kan, jenguk nenek buyut,” ucap Zihan polos.Ana tahu jika bukan putranya yang harus ia ajak bicara mengenai hal itu. Sehingga, Ana pun mengajak Zihan ke kamar untuk mandi.“Ya sudah, kalau begitu Zihan mandi dulu, supaya tidak ada kuman rumah sakit yang menempel di badan Zihan!""Mandi sama Mama?” tanya Zihan.Ana menjawab, "Iya, mandi sama mama."Zihan bersorak kegirangan—“Yeay, mandi sama mama!”Ana bangkit berdiri dan menggandeng putranya te
Lucas tengah memeriksa dokumen di ruang kerja kantornya saat ponselnya bergetar dan menunjukkan nomor telepon rumah yang dikenalinya. Itu ialah nomor telepon rumah adik sepupunya, Ana. Lucas sedikit heran melihatnya karena memang sang adik dan suaminya jarang menggunakan telepon rumah. Jika Ana dan Changyi mau menghubunginya, mereka akan lebih memilih menggunakan ponsel masing-masing.Kenyataan tersebut membuat Lucas menjadi sedikit khawatir. Dia berpikir bahwa mungkin ada masalah di rumah adik sepupunya.Lucas mengangkat telepon tersebut—“Halo!”Sapaan Lucas dibalas oleh suara tangisan seorang anak kecil. “Om ... hiks ...hiks ....”Lucas mengerutkan keningnya—“Zihan?” tebaknya.“Om Lucas,”—anak berusia lima tahun itupun susah payah menjelaskan—“mama ....”“Kenapa mamamu?”—Lucas sedikit tidak sabar.“Ma—ma, Pa—pa ... hiks ... bertengkar.”Lucas yang sejak tadi sampai menahan napas untuk mendengarkan penjelasan Zihan, kini mulai menghela napas. Dia lantas bangkit dari kursinya—“Zihan
Siang itu Lucas makan siang bersama dengan Natasha dan Zihan. Tidak ada anggota keluarga lain di meja makan, hanya ada mereka bertiga.Semua anggota keluarga Li selalu sibuk di jam-jam itu. Jiang, Suzhi, dan Anming berada di kantor, Mei Rui pergi mengurusi outlet serta galerinya, Najia, Shishi, dan Duan masih di sekolah dan juga universitas, sedangkan Lin, dia menunggu Nenek An di rumah sakit.“Di mana Tante Mayleen? kenapa dia tidak ikut makan siang?” tanya Lucas kepada pelayan.“Nyonya Mayleen sudah pergi tidak lama setelah Anda sampai, Tuan. Katanya, beliau ada urusan dan sekaligus akan makan siang di luar,” jawab pelayan.Mendengar Mayleen ada urusan di luar, Lucas pun hanya tersenyum sarkas. “Apakah urusan yang dimaksud ialah shoping, judi, dan main gila dengan lelaki muda?” batin Lucas.“Zihan sayang, kamu mau tambah lauknya?” tanya Natasha kepada Zihan, yang mana langsung menarik perhatian Lucas.Zihan mengangguk dan Natasha pun mengambilkan lauk sosis yang memang menjadi kesuk
Lucas menuju ruangan Lian dengan tergesa-gesa. Dia murka karena Lian secara sepihak memutus kontrak bisnis dengan salah satu klien mereka. “Apa maksudmu?” tanya Lucas setelah ia menutup pintu ruangan Lian dengan keras.“Kenapa? kamu mau menyalahkanku karena memutus kontrak kerja dengan Tuan Nakamoto?” sahut Lian.“Kamu sudah gila, Lian? kenapa kamu memutus kontrak kita dengan beliau? kamu sudah lupa berapa nilai kontrak itu?” “Aku tidak lupa, Kak Lucas tenang saja, biaya penaltinya akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga Wu.”Lucas kehabisan kata-kata, bukan itu maksudnya. Lucas sama sekali tidak mempermasalahkan tentang uang penalti, dia hanya menyayangkan semua kerja keras dan waktu yang sudah diberikan tim mereka. Terlebih lagi, Tuan Nakamoto sangat diperlukan oleh Grup Shanzi. Jika mereka ditinggalkan Tuan Nakamoto, mereka bisa saja kehilangan pasar di Jepang.Lucas tidak mengerti, tidak biasanya Lian seemosional ini dalam menghadapi klien. Lucas mencoba menarik napas d
Saat baru menginjakkan kaki di rumah utama, Suzhi terkejut mendengar cucunya memanggil. “Grand Ma!” panggil Zihan sambil berlari ke arah Suzhi.“Zihan?”—Suzhi merentangkan tangan untuk menyambut cucunya itu—“Grand Ma kaget Zihan di sini, kenapa mamamu tidak bilang kalau kalian berkunjung? Apa kalian mau menginap?”Zihan menggeleng—“Zihan tidak sama mama.”Suzhi mengerutkan keningnya—“Lalu?”“Kak Lucas yang membawa Zihan ke sini, Tante,” sahut Natasha yang tiba-tiba muncul. Suzhi semakin tidak mengerti—“Kenapa tiba-tiba?” batinnya.Natasha menangkap ekspresi bingung pada wajah wanita paruh baya di hadapannya. “Kata Kak Lucas, panjang ceritanya, Tante, tapi nanti dia akan menjelaskannya setelah makan malam,” jelas Natasha tanpa diminta.Benar saja, ketika semua anggota keluarga Li sedang berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Lucas akhirnya mulai bersuara dan membahas tentang Zihan. Namun, alih-alih menjelaskan situasi yang terjadi terhadap keluarga Ana saat ini, Lucas justru memb
Setelah menyelesaikan masalahnya dengan Ana, Changyi menyimpan rokoknya. “Sudah tidak mau merokok lagi?” sindir Ana.“Tidak, aku ingin melakukan sesuatu yang lain,” ucap Changyi.Ana memicingkan matanya—“Apa?”Mata keduanya saling menatap dan sama-sama mengirimkan pesan terselubung. “Ana, kita sudah lama tidak melakukannya.”Satu kalimat yang dilontarkan Changyi langsung bisa ditangkap maksudnya oleh Ana. Sebab, kini dia juga sedang memikirkan dan mempertimbangkan untuk melakukannya.Changyi lantas meraih leher Ana dan mengusap rahang Ana dengan ibu jarinya. “Ana, untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta padamu!” ucap Changyi.Ana mengusap lengan bawah Changyi “Kamu tahu, kan, kalau aku adalah orang yang jatuh lebih dalam padamu? orang yang dengan berani mengajakmu untuk menikah karena taku
Jantung Natasha berdegup cepat. Saat ini wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari Lucas. TOK! 3x Kedekatan antara Lucas dan Natasha itupun berakhir. Atensi keduanya kini tertuju pada pintu masuk ruang gym, di mana saat ini tengah berdiri seorang Lian di sana. “Maaf mengganggu!” ucap Lian. Sambil mengangkat bungkusan yang dibawa, Lian berkata, “Sarapan bersama?” Lucas kembali memakai kaosnya dan berjalan menjauh dari Natasha. “Aku akan mandi lebih dulu,” ucap Lucas yang entah untuk siapa pesan itu ditujukan. Natasha berjalan mengikuti sang suami. Namun, sebelum pergi dia terlebih dulu berpesan kepada Lian. “Lain kali, kamu bisa langsung ke ruang makan atau menunggu di depan, bukankah akan jauh menyakitkan kalau kamu tidak sengaja melihat yang lebih dari tadi?”—Natasha menepuk pundak Lian—“aku pergi dulu, aku harus menyiapkan pakaian suamiku.” Perkataan Natasha berhasil menyalakan api cemburu di hati Lian. Padahal, sudah sejak tadi dia susah payah berusaha menahannya. Sesampa