Siang itu Lucas makan siang bersama dengan Natasha dan Zihan. Tidak ada anggota keluarga lain di meja makan, hanya ada mereka bertiga.Semua anggota keluarga Li selalu sibuk di jam-jam itu. Jiang, Suzhi, dan Anming berada di kantor, Mei Rui pergi mengurusi outlet serta galerinya, Najia, Shishi, dan Duan masih di sekolah dan juga universitas, sedangkan Lin, dia menunggu Nenek An di rumah sakit.“Di mana Tante Mayleen? kenapa dia tidak ikut makan siang?” tanya Lucas kepada pelayan.“Nyonya Mayleen sudah pergi tidak lama setelah Anda sampai, Tuan. Katanya, beliau ada urusan dan sekaligus akan makan siang di luar,” jawab pelayan.Mendengar Mayleen ada urusan di luar, Lucas pun hanya tersenyum sarkas. “Apakah urusan yang dimaksud ialah shoping, judi, dan main gila dengan lelaki muda?” batin Lucas.“Zihan sayang, kamu mau tambah lauknya?” tanya Natasha kepada Zihan, yang mana langsung menarik perhatian Lucas.Zihan mengangguk dan Natasha pun mengambilkan lauk sosis yang memang menjadi kesuk
Lucas menuju ruangan Lian dengan tergesa-gesa. Dia murka karena Lian secara sepihak memutus kontrak bisnis dengan salah satu klien mereka. “Apa maksudmu?” tanya Lucas setelah ia menutup pintu ruangan Lian dengan keras.“Kenapa? kamu mau menyalahkanku karena memutus kontrak kerja dengan Tuan Nakamoto?” sahut Lian.“Kamu sudah gila, Lian? kenapa kamu memutus kontrak kita dengan beliau? kamu sudah lupa berapa nilai kontrak itu?” “Aku tidak lupa, Kak Lucas tenang saja, biaya penaltinya akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga Wu.”Lucas kehabisan kata-kata, bukan itu maksudnya. Lucas sama sekali tidak mempermasalahkan tentang uang penalti, dia hanya menyayangkan semua kerja keras dan waktu yang sudah diberikan tim mereka. Terlebih lagi, Tuan Nakamoto sangat diperlukan oleh Grup Shanzi. Jika mereka ditinggalkan Tuan Nakamoto, mereka bisa saja kehilangan pasar di Jepang.Lucas tidak mengerti, tidak biasanya Lian seemosional ini dalam menghadapi klien. Lucas mencoba menarik napas d
Saat baru menginjakkan kaki di rumah utama, Suzhi terkejut mendengar cucunya memanggil. “Grand Ma!” panggil Zihan sambil berlari ke arah Suzhi.“Zihan?”—Suzhi merentangkan tangan untuk menyambut cucunya itu—“Grand Ma kaget Zihan di sini, kenapa mamamu tidak bilang kalau kalian berkunjung? Apa kalian mau menginap?”Zihan menggeleng—“Zihan tidak sama mama.”Suzhi mengerutkan keningnya—“Lalu?”“Kak Lucas yang membawa Zihan ke sini, Tante,” sahut Natasha yang tiba-tiba muncul. Suzhi semakin tidak mengerti—“Kenapa tiba-tiba?” batinnya.Natasha menangkap ekspresi bingung pada wajah wanita paruh baya di hadapannya. “Kata Kak Lucas, panjang ceritanya, Tante, tapi nanti dia akan menjelaskannya setelah makan malam,” jelas Natasha tanpa diminta.Benar saja, ketika semua anggota keluarga Li sedang berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Lucas akhirnya mulai bersuara dan membahas tentang Zihan. Namun, alih-alih menjelaskan situasi yang terjadi terhadap keluarga Ana saat ini, Lucas justru memb
Setelah menyelesaikan masalahnya dengan Ana, Changyi menyimpan rokoknya. “Sudah tidak mau merokok lagi?” sindir Ana.“Tidak, aku ingin melakukan sesuatu yang lain,” ucap Changyi.Ana memicingkan matanya—“Apa?”Mata keduanya saling menatap dan sama-sama mengirimkan pesan terselubung. “Ana, kita sudah lama tidak melakukannya.”Satu kalimat yang dilontarkan Changyi langsung bisa ditangkap maksudnya oleh Ana. Sebab, kini dia juga sedang memikirkan dan mempertimbangkan untuk melakukannya.Changyi lantas meraih leher Ana dan mengusap rahang Ana dengan ibu jarinya. “Ana, untuk kesekian kalinya aku jatuh cinta padamu!” ucap Changyi.Ana mengusap lengan bawah Changyi “Kamu tahu, kan, kalau aku adalah orang yang jatuh lebih dalam padamu? orang yang dengan berani mengajakmu untuk menikah karena taku
Jantung Natasha berdegup cepat. Saat ini wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari Lucas. TOK! 3x Kedekatan antara Lucas dan Natasha itupun berakhir. Atensi keduanya kini tertuju pada pintu masuk ruang gym, di mana saat ini tengah berdiri seorang Lian di sana. “Maaf mengganggu!” ucap Lian. Sambil mengangkat bungkusan yang dibawa, Lian berkata, “Sarapan bersama?” Lucas kembali memakai kaosnya dan berjalan menjauh dari Natasha. “Aku akan mandi lebih dulu,” ucap Lucas yang entah untuk siapa pesan itu ditujukan. Natasha berjalan mengikuti sang suami. Namun, sebelum pergi dia terlebih dulu berpesan kepada Lian. “Lain kali, kamu bisa langsung ke ruang makan atau menunggu di depan, bukankah akan jauh menyakitkan kalau kamu tidak sengaja melihat yang lebih dari tadi?”—Natasha menepuk pundak Lian—“aku pergi dulu, aku harus menyiapkan pakaian suamiku.” Perkataan Natasha berhasil menyalakan api cemburu di hati Lian. Padahal, sudah sejak tadi dia susah payah berusaha menahannya. Sesampa
Setelah papa dan pamannya berangkat lebih dulu ke kantor, kini giliran Lucas yang beranjak dari kursinya. “Aku sudah selesai, aku berangkat sekarang!” pamit Lucas kepada Natasha.“Aku antar ke depan!” kata Natasha.“Aku berangkat bersamamu!” kata Lian.Tidak hanya sama-sama berdiri mengikuti Lucas, Natasha dan Lian bahkan juga mengucapkannya secara bersamaan. Natasha yang mendengar Lian akan menumpang pada suaminya pun segera menyahut.“Nona Lian, bukankah Anda memiliki mobil dan supir Anda sendiri?”“Iya, tapi aku sudah menyuruh supirku untuk ke kantor lebih dulu,” jawab Lian. Dia lantas berjalan mendekati Lucas dan menggandeng lengannya. “Lucas, kamu tidak lupa, kan, kalau pagi ini kita akan sama-sama bertemu dengan Tuan Nakamoto?” tanya Lian dengan wajah sendunya.Lucas tentu tidak lup
Lucas tertawa terbahak-bahak. Dia merasa lucu dengan apa yang dilakukan mamanya.“Sial, mamaku ternyata sangat lucu, mataku sampai berair karena menertawakannya!” ucap Lucas seraya mengusap ujung matanya, "apa dia pikir aku akan bisa masuk ke dalam permainannya?"Setelah mendapat laporan dari Tuan Song bahwa Natasha tidak sedang di rumah, Lucas segera mencari validasi atas kabar itu. Namun, setelah ia menghubungi seseorang di rumah, Lucas pun tahu kejadian yang sebenarnya.Lucas tahu bahwa saat ini Natasha bukan sedang pergi keluar, melainkan sedang dikurung di gudang. Adapun yang mengurung Natasha tidak lain ialah mamanya sendiri, Mei Rui.“baiklah, sebagai anak yang baik, aku akan mengikuti permainan mama!”Saat jam makan siang, Lucas menelepon Mei Rui. Dia mencoba memainkan perannya.“Ma, apa Mama ada di rumah?” tanya Lucas kepada Mei Rui.“Iya, Lucas, hari ini Mama di rumah saja tidak ke mana-mana, ada apa?”“Tidak Ma, bukan apa-apa. Hanya saja,”—Lucas menggaruk pelipisnya dengan
Lin menarik putrinya ke kamar. “Najia, kamu jangan seperti ini, Sayang!”“Tapi nenek meninggal karena perempuan itu, Ma!” ucap Najia sambil terisak.Lin dengan tegas berkata, “Tidak ada yang seperti itu, Najia. Nenek meninggal bukan karena siapa-siapa, ini semua sudah takdir!”“Tapi Ma—”“Cukup!” cegah Lin, “diam, Najia! mama tahu kamu sedih dan kesal karena belum sempat bertemu nenek seperti yang kamu inginkan pagi tadi, tapi jangan jadikan orang lain sebagai objek untuk pelampiasan kekesalanmu!”“Mama, kok, bela dia!”—Najia semakin kesal.“Mama bukannya mau bela Natasha atau siapapun, tapi kamu sungguh tidak seharusnya berteriak seperti itu di depan semua tamu!”Najia terdiam, kini dia mulai sadar akan kesalahannya. Dia menyesal sudah berteriak seperti tadi dan membuat semua keluarga malu. Namun, meskipun demikian, di dalam hati Najia, dia masih menyalahkan Natasha atas kematian sang nenek.Sementara itu di aula depan, pikiran Natasha masih terganggu oleh ucapan Najia tadi. Dia send