Setelah papa dan pamannya berangkat lebih dulu ke kantor, kini giliran Lucas yang beranjak dari kursinya. “Aku sudah selesai, aku berangkat sekarang!” pamit Lucas kepada Natasha.
“Aku antar ke depan!” kata Natasha.
“Aku berangkat bersamamu!” kata Lian.
Tidak hanya sama-sama berdiri mengikuti Lucas, Natasha dan Lian bahkan juga mengucapkannya secara bersamaan. Natasha yang mendengar Lian akan menumpang pada suaminya pun segera menyahut.
“Nona Lian, bukankah Anda memiliki mobil dan supir Anda sendiri?”
“Iya, tapi aku sudah menyuruh supirku untuk ke kantor lebih dulu,” jawab Lian. Dia lantas berjalan mendekati Lucas dan menggandeng lengannya. “Lucas, kamu tidak lupa, kan, kalau pagi ini kita akan sama-sama bertemu dengan Tuan Nakamoto?” tanya Lian dengan wajah sendunya.
Lucas tentu tidak lup
Lucas tertawa terbahak-bahak. Dia merasa lucu dengan apa yang dilakukan mamanya.“Sial, mamaku ternyata sangat lucu, mataku sampai berair karena menertawakannya!” ucap Lucas seraya mengusap ujung matanya, "apa dia pikir aku akan bisa masuk ke dalam permainannya?"Setelah mendapat laporan dari Tuan Song bahwa Natasha tidak sedang di rumah, Lucas segera mencari validasi atas kabar itu. Namun, setelah ia menghubungi seseorang di rumah, Lucas pun tahu kejadian yang sebenarnya.Lucas tahu bahwa saat ini Natasha bukan sedang pergi keluar, melainkan sedang dikurung di gudang. Adapun yang mengurung Natasha tidak lain ialah mamanya sendiri, Mei Rui.“baiklah, sebagai anak yang baik, aku akan mengikuti permainan mama!”Saat jam makan siang, Lucas menelepon Mei Rui. Dia mencoba memainkan perannya.“Ma, apa Mama ada di rumah?” tanya Lucas kepada Mei Rui.“Iya, Lucas, hari ini Mama di rumah saja tidak ke mana-mana, ada apa?”“Tidak Ma, bukan apa-apa. Hanya saja,”—Lucas menggaruk pelipisnya dengan
Lin menarik putrinya ke kamar. “Najia, kamu jangan seperti ini, Sayang!”“Tapi nenek meninggal karena perempuan itu, Ma!” ucap Najia sambil terisak.Lin dengan tegas berkata, “Tidak ada yang seperti itu, Najia. Nenek meninggal bukan karena siapa-siapa, ini semua sudah takdir!”“Tapi Ma—”“Cukup!” cegah Lin, “diam, Najia! mama tahu kamu sedih dan kesal karena belum sempat bertemu nenek seperti yang kamu inginkan pagi tadi, tapi jangan jadikan orang lain sebagai objek untuk pelampiasan kekesalanmu!”“Mama, kok, bela dia!”—Najia semakin kesal.“Mama bukannya mau bela Natasha atau siapapun, tapi kamu sungguh tidak seharusnya berteriak seperti itu di depan semua tamu!”Najia terdiam, kini dia mulai sadar akan kesalahannya. Dia menyesal sudah berteriak seperti tadi dan membuat semua keluarga malu. Namun, meskipun demikian, di dalam hati Najia, dia masih menyalahkan Natasha atas kematian sang nenek.Sementara itu di aula depan, pikiran Natasha masih terganggu oleh ucapan Najia tadi. Dia send
“Yue!” panggil Leo saat akan masuk ke kamarnya.Yue segera berbalik menghadap sang majikan. “Iya, Tuan Muda?”“Ada beberapa barang yang sudah tidak kubutuhkan lagi, bisa kamu membantuku untuk membereskannya?”Yue sedikit tidak yakin. Jika dia membantu Leo, maka itu artinya dia harus masuk ke kamar Leo. Hanya akan ada mereka berdua di sana, hal yang selama ini selalu Yue hindari, yaitu hanya berdua saja dengan Leo.“Yue! bisa kamu membantuku?”Yue tersentak—“Ah, iya, Tuan Muda.”Pada akhirnya Yue mengikuti Leo masuk ke dalam kamar. Leo lantas memberi tahu barang-barang mana saja yang ingin dia keluarkan dari kamarnya.Sejauh ini, selain membereskan barang-barang, tidak ada hal lain yang mereka lakukan. Yue dan Leo sama-sama tidak saling bicara. Kamar Leo sunyi meski kini ada dua manusia di dalamnya.Sejujurnya Leo ingin sekali mengajak Yue bicara. Namun, entah mengapa mulutnya tiba-tiba justru tertutup rapat.“Sudah selesai, apakah hanya ini saja, Tuan Muda?” tanya Yue memecah kehening
Sejak pulang dari makam, Natasha memang melihat langit di luar sana sudah gelap tertutup mendung. Kini air langit yang menggumpal di langit itupun perlahan mulai jatuh.Tahu bahwa akan turun hujan deras, Natasha lantas menutup gorden kamarnya. Hujan memang membawa luka tersendiri untuk Natasha, dan kali ini luka itu datang jauh lebih menyakitkan karena saat ini dirinya tengah berada di Beijing.Lucas yang awalnya fokus menatap layar laptop kini beralih menatap ruang tempat tidurnya yang mendadak gelap. Tidak lama kemudian dia melihat Natasha yang menyalakan semua lampunya. Penasaran, akhirnya Lucas menghampiri Natasha. “Ada apa, Natasha?” Natasha yang sedang sibuk mencari sesuatu di meja riasnya itupun mengabaikan Lucas, Sementara Lucas, dia hanya mengamati dari jauh, mencoba melihat apa yang sebenarnya dicari oleh Natasha.“Ah, kenapa habis?” ucap Natasha kesal. “Apa yang habis?” sahut Lucas.Natasha menjawab, “Kapas, kapasku habis.” Lucas sungguh bingung karena kini Natasha just
“Apa yang terjadi? ada apa dengan kakakmu?” tanya Lucas begitu melihat Leo menutup teleponnya. Leo menjawab pertanyaan Lucas. “Kak Shishi bilang, Kak Duan ada di kantor polisi dekat apartemenku, aku diminta ke sana untuk melihat.” Lucas sama sekali tidak terkejut mendengar kabar tersebut. Pasalnya, selama ini Duan memang sering keluar masuk kantor polisi karena masalah yang dia buat. “Apa lagi kali ini yang dia lakukan?” Leo menjawab, “katanya, Kak Duan baru saja menabrak seseorang.” “Baiklah, kalau begitu lihatlah dulu, beri tahu aku jika kamu butuh bantuan!” “Baik, Kak, aku pergi dulu!” Di malam sebelum kejadian .... Shishi melihat Duan menerima telepon dari teman-temannya sebelum akhirnya bersiap pergi. “Kamu mau ke mana?” tanya Shishi kepada sang suami. “Pergi ke klubnya Tan, malam ini anak-anak buat pesta perpisahan untuk Max sebelum dia pulang ke Inggris.” “Harus malam ini, ya, pestanya? tidak bisakah kalau kamu tidak pergi?” “Ya tentu saja tidak bisa,” jawab Duan, “be
“Jadi, bagaimana dokter?” tanya Duan.“Maaf, Tuan! kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Tuan tadi.”“Ha?”—Duan ketakutan—“ah, sialan!”Rupanya, kali ini keberuntungan sudah tidak lagi berpihak kepada Duan. Masalah yang ia timbulkan jauh lebih rumit.Duan hanya bisa berharap keluarga mertuanya tidak mengetahuinya. Namun, ternyata kenyataan yang ada justru berbanding terbalik dengan harapannya.Ketika Duan berpikir bisa mengajak keluarga korban menempuh jalan damai, nyatanya keluarga korban justru menginginkan kejadian itu dibawa ke jalur hukum. Pada akhirnya, di sinilah Duan berada, kantor polisi.“Leo, kamu harus bantu kakak keluar dari sini!” perintah Duan, “kalau kasus ini berlanjut, keluarga Li akan kena imbasnya.”Leo tidak bisa berkata-kata lagi. Dia terlalu marah untuk menanggapi Duan yang muka tembok. Semua ini tidak akan terjadi kalau saja Duan bisa sedikit saja menahan nafsunya untuk bertingkah.Leo berbalik dan berjalan keluar untuk menelepon. Dia tentu tidak bisa menangangi
Kabar tentang Duan kini sampai ke telinga semua anggota keluaga Li, tidak terkecuali Natasha. Mengingat selama ini Duan selalu mengganggunya, kini ada sedikit perasaan lega di hati Natasha mengetahui Duan ditahan.Selama ini Natasha tidak bisa tenang ketika tahu Duan di rumah. Beberapa kejadian sebelumnya membuat Natasha harus selalu waspada terhadap Duan.“Yue, apa menurutmu Duan akan segera bebas?” tanya Natasha kepada Yue saat mereka di paviliun.“Saya tidak yakin, Nona,” jawab Yue, “selama ini Tuan Duan memang selalu bisa bebas cepat, akan tetapi kali ini keadaannya berbeda. Beritanya naik ke media dan sudah menyebar ke seluruh negeri, jadi sepertinya tuan besar dan Tuan Anming akan membiarkan semua berjalan sebagaimana harusnya.”Dari perkataan Yue itu Natasha menangkap maksud tersirat. “Maksudmu, selama ini papa dan Om Anming selalu ikut campur dalam kasus Duan?”Yue menggigit bibir bawahnya. Dia akhirnya sadar atas apa yang baru saja dikatakan.“Bukan seperti itu maksud saya, N
“Kenapa di saat banyak perusahaan besar meminta kerja sama, kamu justru lebih memilih perusahaan papaku? Apa alasannya, Lucas?”Lucas tahu bahwa pada akhirnya Natasha akan mempertanyakan hal tersebut. Oleh karena itu, Lucas sudah menyiapkan jawabannya sejak jauh hari.“Bodoh,” jawab Lucas.“Apa?”—Natasha bingung—“kamu menyebutku bodoh?”“Tidak, bukan kamu, tapi aku,” jelas Lucas, “bekerja sama dengan perusahaan papamu ialah kebodohanku saat itu. Aku terlalu naif karena optimis terhadap papamu dan perusahaan kalian.”“Itu masih belum menjawab pertanyaanku sebelumnya, Lucas! apa yang membuatmu tertarik pada perusahaan keluargaku?”Lucas lantas bercerita tentang masa lalunya kepada Natasha. Dia mengungkap seperti apa hubungannya yang sangat tidak akur dengan Jiang.“Dulu, visi-misiku dan papamu tidak jauh berbeda, intinya kami sama-sama mengutamakan kebenaran dan kebaikan di atas segalanya.”Natasha sedikit terkejut mendengarnya. “Lalu, bagaimana dengan sekarang?”“Sudah kukatakan, itu i