Share

44. Menemukan Kelemahan

Langit sudah hampir sore. Matahari tak segarang tadi dalam menampakkan sinar. Mereka duduk di meja nomor tiga belas dengan posisi saling berhadapan. Jemari Kezia bermain gugup di atas meja, menebak perihal apa Arnold mengajaknya makan di restoran yang memiliki suasana romantis seperti ini. 

"Kita bersiap pergi ke pengadilan sejak pagi, dan sampai di sana pada siang hari, kemudian fokus mengikuti jalannya persidangan sampai tuntas. Aku tahu kalau lambung kita butuh makanan," tutur Arnold seraya menaikkan tangan kanannya untuk memanggil pelayan. 

Arnold yang memilihkan semua menu seolah Kezia tidak punya makanan favorit, sehingga ia bebas memilihkan apa saja. Setelah pelayan itu pergi, Arnold memandang Kezia lama sekali seperti ada yang sedang ia hafalkan dari sebentuk wajah milik gadis mungil itu. 

"Mengapa Tuan memandang saya seperti itu?" tanya Kezia malu-malu. Dia menundukkan kepala karena khawatir Arnold akan menangkap rona merah di pipinya. <
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status