Share

Bab 24

Author: Nur Asih
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sandra aku ingin berbicara denganmu!” Rahman menghentikan Sandra yang akan keluar rumah.

“Bicara apa?” Sikap Sandra begitu ketus dan tak acuh pada Rahman.

Wanita itu membawa beberapa paper bag yang berisi tas mewah miliknya. Sandra benar-benar sudah kehabisan uang. Sedangkan, Maharatu tak kunjung memberikan uang dan mengaktifkan kartu kreditnya. Minta pada Bagaskara juga percuma, menantunya itu bilang bahwa urusan kartu kredit dan uang bulanan itu urusan Maharatu. Jadi, terpaksa dia harus menjual sebagian koleksi tas mewah miliknya untuk mendapatkan uang.

“Coba sekali saja peduli pada putri dan putramu, San!” tutur Rahman.

“Memangnya selama ini aku kurang peduli pada mereka?” tampik Sandra yang mulai terlihat kesal.

“Kalau kamu peduli, kemarin malam seharusnya kamu ikut merayakan hari ulang tahun Maharatu,” tegur Rahman. Dia memandang lekat ke arah Sandra berharap istrinya itu bisa sadar dan mau menyayangi anak-anak mereka.

“Kenapa juga aku harus merayakan ulang tahun anak durhaka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 25

    Di tempat lain seorang pria tengah mengamuk sejak semalam. Dia menghancurkan semua benda yang ada di dekatnya. Namanya Arlo, pria berusia 24 tahun yang menyebut dirinya ‘si pengagum'.“Sialan!” teriak Arlo tak terkendali. “Berani-beraninya pria itu mengambil semua kamera dan alat penyadap milikku.”Arlo menyentuh poster Maharatu berukuran besar yang tertempel di dinding kamarnya. "Kamu hanya milikku, Sayang. Aku tidak akan membiarkan pria lain berada di dekatmu," ucap Arlo seolah dia sedang benar-benar berbicara pada Maharatu.Arlo sudah sejak lama mengagumi Maharatu. Bagi Arlo, Maharatu adalah wanita yang sangat sempurna. Dia cantik dan baik.Seiring dengan debut-nya di di dunia entertain, Maharatu dipindahkan ke sekolah elit saat SMP oleh Sandra. Di sanalah Arlo bertemu dengan Maharatu. Arlo adalah anak yang sangat pendiam. Saat SMP anak itu memiliki badan yang sedikit berisi dengan kacamata yang selalu bertengger di hidung. Arlo tidak pernah memiliki teman di sekolah. Bahkan, dia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 26

    Setelah pertemuan dengan para koleganya selesai, Bagaskara langsung mengambil penerbangan pertama untuk kembali ke kotanya. Kiriman foto dan juga keterangan dari Danendra yang berkata bahwa si peneror itu semakin berani. Tak telak membuat Bagaskara mengkhawatirkan Maharatu. Dari bandara, Bagaskara langsung menuju ke apartemen Maharatu. Bahkan pria itu mencari alasan pada putri kesayangannya bahwa pertemuan dengan klien diperpanjang hingga dia harus mengundur waktu kepulangannya. Taksi yang ditumpangi Bagaskara berhenti tepat di depan apartemen. Om-om tampan itu melangkah lebar lalu masuk kedalam lift.Bagaskara yang memang sudah tahu kode unit apartemen Danendra langsung merangsek masuk. Karena memang sudah menjadi kesepakatan di awal. Danendra harus memberitahu kode unitnya pada Bagaskara.“Dimana, Maharatu?” cerca Bagaskara pada Danendra yang sedang menyiapkan makanan untuk Maharatu.Danendra sedikit terkejut mendengar suara Bagaskara. Dia lupa, Bagaskara tahu kode unitnya. “Aku ha

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 27

    Maharatu meregangkan otot-ototnya. Semalam tidurnya sangat nyenyak sekali. Dia mulai beringsut, menyibak tirai jendela kaca besar kamarnya kemudian membuka pintu menuju balkon. Wanita berambut panjang itu keluar ke arah balkon. Menikmati udara segar di pagi hari. “Segar sekali udara di sini,” ujar Maharatu. Pandangannya lalu tertuju ke bawah. Ada pemandangan yang menambah keindahan pagi yang cerah ini. Danendra sedang melakukan push up di taman hanya menggunakan kaos tanpa lengan. Menunjukkan otot bahunya yang liat. Bibir Maharatu melengkung, wanita berhidung lancip itu menopang dagunya dengan bertumpu pada pembatas balkon.“Otot yang bagus. Pasti dia rajin berolahraga,” kata Maharatu yang tidak mengalihkan pandangan dari Danendra.Akan tetapi, tiba-tiba saja Danendra memandang ke arah Maharatu lalu melemparkan senyum. Hal itu jelas membuat Maharatu salah tingkah. Wanita itu langsung membuang muka. Dan dengan langkah cepat, Maharatu masuk ke dalam. Dia memukuli dahinya pelan. “Ya

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 28

    Dua wanita cantik yang saling bersahabat tengah adu skill bermain tenis di lapangan indoor. Danendra duduk di kursi penonton memperhatikan dari jauh gerakan lincah dari Maharatu dan Jeslin. Ternyata Maharatu pintar juga bermain tenis. Lapangan pun begitu ramai dengan sorak-sorai beberapa penonton yang kebanyakan dari kalangan selebriti dan kalangan menengah ke atas. “Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian itu dan aku suka,” gumam Danendra di kursi penonton. Dia bersedekap dada. Tidak sedetik pun Danendra mengalihkan pandangannya dari Maharatu yang terlihat cantik dengan baju tenis berwarna hitam dengan bawahan rok di atas lutut. Maharatu mengikat rambutnya tinggi-tinggi, membuat surai legam itu seolah menari mengikuti gerak lincah Maharatu memukul dan menampik bola. Keringat yang mengucur membuat kulit putih Maharatu sedikit mengkilap. Dan Danendra menikmati semua itu. Maharatu dan Jeslin menepi ke pinggir lapangan setelah pertandingan di menangkan oleh Maharatu. "Kapan aku b

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 29

    Danendra semakin dibuat gelisah saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir setengah jam Maharatu berada di kamar mandi. Namun, belum juga ada tanda-tanda wanita itu kembali ke area bermain tenis. Danendra bangkit dari duduknya, kaki jenjangnya melangkah lebar menuju toilet wanita. Sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu toilet. Menunggu Maharatu keluar karena tidak mungkin dia menerobos masuk ke dalam toilet wanita. “Kamu … Endra, 'kan?” Tunjuk Jeslin pada Danendra yang berdiri di depan toilet wanita. “Bodyguard Maharatu?” “Iya benar, saya bodyguard Nona Maharatu,” jawab Danendra sesopan mungkin. “Kamu ngapain disini?” Jeslin tampak mengernyitkan dahinya karena wajah Danendra terlihat gelisah. “Begini… tadi Nona Maharatu bilang akan pergi ke toilet, tapi ini sudah lebih dari tiga puluh menit dan Nona belum juga kembali,” terang Danendra. “Astaga kamu benar juga. Dia tadi juga bilang padaku kalau dia mau ke toilet. Karena terl

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 30

    Mobil Danendra melaju membelah keramaian jalan raya. Dia harus segera sampai di rumah Maharatu untuk memastikan kecurigaannya. “Pak.” Danendra berdiri di ambang pintu pos satpam rumah Maharatu.“Iya, Mas, ada yang bisa saya bantu?” Si satpam yang sedang menikmati kopi menghampiri Danendra. “Mas pulang sendiri?” tanya si satpam karena tidak mendapati keberadaan Maharatu.“Iya, Non Ratu masih ada pekerjaan lain.” Danendra beralasan. Dia harus merahasiakan tentang hilangnya Maharatu agar tidak menimbulkan kepanikan di rumah ini.“Pak saya mau melihat rekaman CCTV yang mengarah ke arah luar, bisa?"Perkataan Danendra membuat Satpam Maharatu menautkan kedua alisnya. “Apa ada masalah, Mas?”Danendra melempar senyum. “Tidak ada. Saya hanya ingin melihat situasi sekitar. Untuk lebih memastikan keamanan, Nona.”“Oo begitu. Tentu boleh, mari ikut dengan saya, Mas.” Satpam tersebut mengajak Danendra ke dalam rumah.Mata Danendra terus berfokus pada layar laptop yang ada di depan mereka. Tangan

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 31

    Tubuh Maharatu luruh ke lantai, dia menangis sesenggukan di balik pintu karena tidak bisa keluar dari kamar. Tapi tidak. Dia tidak boleh menyerah. Maharatu bangkit lalu berlari ke arah jendela menyibak gorden berwarna putih. Namun, lagi-lagi Maharatu harus menelan kekecewaan ini bukanlah jendela melainkan hanya sebuah dinding berkaca besar yang tidak memiliki cela sama sekali. Kamar ini juga tidak memiliki balkon seperti dirumahnya meski berada di lantai atas. Keadaan kamar mandi juga tidak jauh berbeda, bahkan kamar mandinya sama sekali tidak memiliki ventilasi. Maharatu yang hampir putus asa hanya bisa terduduk di tepi ranjang, keringat dingin pun mulai bercucuran keluar meski dia sedang berada di ruangan yang berpendingin. Wanita itu menoleh saat mendengar gagang pintu diputar dari luar. “Siapa kamu?” Maharatu bangkit lalu berjalan mundur hingga ke terantuk pada dinding kaca kamar itu. Pria yang membawa makanan itu meletakkan nampannya di atas meja kemudian mendekati Maha

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 32

    Malam sudah semakin larut, tapi sedetik pun mata Danendra dan Nickolas belum bisa terpejam. Mereka masih terus berusaha mencari keberadaan Maharatu. Memperhatikan satu per satu CCTV jalan yang berhasil Nickolas retas. Mereka juga meminta bantuan beberapa kenalan yang memang memiliki kuasa di bidangnya untuk melacak plat nomor mobil yang digunakan si penculik.“Ya.”“Baiklah.”“Terima kasih atas info yang sangat penting ini.” Nicholas mengakhiri panggilannya dengan seorang kenalan.“Mobil yang digunakan pria itu, mobil yang sudah lama menunggak pajak dan mobil itu dibeli atas nama Sutopo pria 50 tahun,” terang Nick.“Argh! Sial!” umpat Danendra setelah tahu siapa pemilik mobil itu. Jalannya untuk menemukan Maharatu semakin sulit saja. Karena penguntit itu jelas-jelas seorang pria muda bukan seorang pria setengah baya. Meski pria itu selalu memakai masker tapi, dari postur tubuhnya Danendra bisa tahu kalau pria itu pria muda.“Sutopo ini bukan orang sembarangan. Dia memiliki jabatan y

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 75

    Danendra dan Maharatu sedang menikmati kebersamaan di ruang tamu. Keduanya menonton film bersama dengan kepala Maharatu yang berada di pangkuan Danendra. “Suamimu akhir-akhir ini sering sekali berkunjung, Ra?” tanya Danendra yang mengusap-usap rambut Maharatu. “Ndra….” Maharatu mengelus rahang Danendra. Menatap manik kekasihnya dalam-dalam. Seolah berkata kalau saat ini dia tidak ingin membahas tentang Bagaskara. Danendra membuang napas kasar. “Aku cemburu, Ra!” kata Danendra membuang muka.Maharatu bangkit dari posisinya. Ditangkupnya wajah Danendra, agar mata keduanya saling bertemu.“Aku tau kamu cemburu, tapi untuk saat ini aku belum bisa lepas dari Mas Bagas, beri waktu aku sedikit lagi.”Danendra melepaskan tangan Maharatu dari rahangnya dengan kasar. “Sedikit lagi … sedikit lagi … itu terus Ra yang kamu katakan sejak enam bulan lalu. Aku ini lelaki biasa yang juga punya rasa cemburu. Aku tidak bisa terus-terusan melihat kamu dijamah oleh Bagaskara!” Suara Danendra yang bia

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 74

    “Kamu mau kemana, Sandra?” Rahman yang baru keluar dari kamarnya tertatih-tatih menghampiri sang istri yang membawa dua koper besar.“Mau pergi dari sini,” sarkas Sandra yang terus melangkah tanpa menghiraukan suaminya.Rahman mempercepat langkahnya, meski masih terpincang-pincang karena memang kondisinya yang belum sembuh sempurna. “Pergi kemana?” Tangan Sandra dicekal oleh Rahman. “Lepasin!” Dengan kasar Sandra mengibaskan tangan suaminya. “Yang jelas sejauh mungkin. Karena aku tidak mau kembali hidup kere sama kalian seperti dulu.”Dahi Rahman berkerut. Hidup kere bagaimana? Saat ini hidup mereka bahkan bisa dibilang bergelimang harta. “Lihatlah semua ini Sandra. Kita bergelimang harta sekarang?”“Ya, sekarang, tapi sebentar lagi kita akan jadi kere seperti dulu. Karena anak perempuanmu itu main-main dengan Bagaskara,” ujar Sandra dengan bersungut-sungut. “Bicaramu semakin tidak jelas.”“Kalau ingin lebih jelas, nanti tanya pada putrimu itu.” Sandra memegang kedua kopernya hen

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 73

    “Maaf.” Maharatu memeluk tubuh Danendra dari belakang. Pria itu sedang berada di balkon, melukis sesuatu yang abstrak. Sesuatu yang mencerminkan perasaannya saat ini.Danendra memejamkan mata, mencoba meredam rasa sakit yang mencabik-cabik di hati. Karena pelukan kekasihnya. Pelukan yang Danendra tahu pasti sebabnya.Danendra meletakkan kuasnya. Tangannya menyentuh tangan Maharatu dengan lembut, berniat melepaskan pelukan Maharatu sejenak sebelum berbalik badan. Namun, Maharatu justru semakin mengeratkan pelukannya.“Jangan berbalik, kumohon,” lirih Maharatu dengan suara parau, “biarkan seperti ini. Aku masih ingin memelukmu, Ndra.”Hening, tidak ada suara. Hingga setelah beberapa saat, terdengar isakan kecil dari Maharatu. Danendra dapat merasakan kaos yang dipakainya basah di bagian belakang. Wanitanya sedang menangis. Tak tahan mendengar isakan Maharatu yang semakin menyayat hati. Danendra melepas pelukan Maharatu, berbalik badan lalu membawa wanitanya itu ke dalam dekapannya. “T

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 72

    Maharatu mengembuskan napas panjang. Dari pantulan cermin dapat dia lihat, Sandra sudah berdiri di belakangnya dengan wajah masam. Maharatu lalu berbalik badan. “Kenapa pagi-pagi sekali Mama sudah berdiri di situ. Jatah bulanan yang kukasih, kurang? Tapi, maaf Ma. Ratu nggak bisa kasih Mama credit card lagi,” ujar Maharatu. “Ck!” Sandra berdecak membuang muka ke samping sejenak lalu menatap wajah putrinya dengan amarah yang berkobar. “Apa kamu pikir setiap Mama datang padamu selalu karena uang?” bibir Sandra mencebik, tak terima dengan praduga Maharatu. “Tentu saja, karena sejak dulu Mama memang begitu. Selalu uang … uang … dan uang,” ketus Maharatu dengan senyum mengejek. “Terserah kamu, Ra, mau berpikir bagaimana. Mama hanya ingin memperingatkanmu?” Dahi Maharatu berkerut. “Untuk?!” Kini giliran Sandra yang tersenyum mengejek. “Jangan main-main dengan Bagaskara. Semalam Mama lihat kamu keluar dari kamar Endra!” Deg! Maharatu kaget dengan perkataan mamanya. Sial sekali bagin

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 71

    “Terima kasih karena sudah bicara pada, Pangeran,” ucap Maharatu yang menyandarkan kepalanya di pundak Danendra. Danendra mengusap pipi Maharatu lembut. “Kalian hanya miskomunikasi saja, sebenarnya.” “Kamu benar Sayang, seharusnya aku bertanya pelan-pelan pada Pangeran. Apa alasan yang mendasari dia bekerja bukannya malah langsung marah seperti tadi." Masih saja ada rasa sesal yang bercokol di hati Maharatu. “Sebenarnya kamu itu marah bukan karena Pangeran bekerja, tapi karena Pangeran dipermalukan di depan semua orang, ‘kan? Tapi sayangnya, kamu tidak tau haru melampiaskanya pada siapa? Jalan termudah, ya, kamu melampiaskanya pada Pangeran” “Kakak mana yang terima adiknya di hina seperti tadi, Ndra. Di depan semua orang lagi.” Keduanya sedang berada di kamar tamu, tempat Danendra tidur saat berada di rumah Maharatu. “Kata Pangeran, tadi Ayang kasih saran supaya dia buka usaha sendiri, ya?” sambung Maharatu. Mendengar panggilan Ayang dari Maharatu, sudut bibir Danendra terang

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 70

    Suara ketukan membuat Pangeran yang sedang duduk di meja belajarnya menoleh. “Boleh, Mas masuk!” Danendra berdiri di ambang pintu dengan senyum yang mengembang. “Silakan, Mas!” Setelah mendapat izin dari pemilik kamar, Danendra masuk ke dalam kamar. “Interior yang bagus,” puji Danendra setelah menelisik setiap sudut kamar Pangeran. Tanpa menunggu dipersilakan oleh yang punya kamar, Danendra duduk di tepi ranjang. “Desain yang bagus.” Danendra melongok gambar yang sedang dibuat Pangeran di buku gambar. “Terima kasih, Mas.” Pangeran meletakkan pensil lalu menggeser kursinya agar menghadap ke arah Danendra secara langsung. “Daripada kerja di tempat lain, kenapa nggak buka usaha sendiri saja,” saran Danendra pada Pangeran. “Buka usaha apa, Mas?” “Costum kaos misalnya. Kan, kamu pintar gambar.” “Maksudnya?!” “Kamu buat desain yang bagus terus coba aplikasikan desain yang kamu buat itu ke dalam kaos. Post hasilnya di media sosial. Lalu tawarkan di sana. Untuk desain tulisan

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 69

    Di dalam mobil Maharatu sangat cemas. Dia mengkhawatirkan keadaan Pangeran. “Kira-kira, Endra bisa beresin masalah Pangeran, nggak, ya, Sa?”“Pasti bisa, kamu tenang saja!”Di saat kalut seperti ini ponsel Maharatu justru berdering. “Ck, Mas Bagas telpon lagi,” keluh Maharatu saat menatap layar ponselnya.“Angkat!” titah Sasa. “Hallo, Mas,” sapa Ratu yang memandang ke arah Sasa. “Kamu dimana? Kenapa tidak ada di apartemen?”“Maaf, Ratu masih di cafe tempat meet and great.”“Pekerjaanmu belum selesai?”“Sudah, sih, tapi—”“Tapi apa?” tanya Bagaskara sedikit cemas. “Ada masalah dengan Pangeran.”“Baiklah selesaikan dulu masalahmu baru setelah itu pulang?”“Em … Mas. Malam ini Ratu boleh pulang ke rumah Ayah, soalnya masalah Pangeran agak rumit.” Dengan hati-hati Maharatu meminta ijin pada Bagaskara. Sebenarnya Bagaskara sangat ingin bersama Maharatu malam ini, tapi karena mendengar suara Maharatu yang begitu cemas Bagaskara mencoba memberi kelonggaran.“ Baiklah, tapi untuk malam

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 68

    Maharatu yang sudah tidak tahan melihat pelayan itu terus dihina hendak melangkah. Namun, Sasa memegang lengan Maharatu, mencegah langkahnya. “Lepas, Sa!” hardik Maharatu. Tatapan Maharatu nyalang, matanya sudah berkaca-kaca. Dia berusaha melepaskan tangan Sasa yang memegangi lengannya. “Mau kemana?” Tatapan Sasa tidak kalah tajam. “Tentu saja merobek mulut gadis itu!” sarkas Maharatu.“Lalu setelah itu apa?” Sasa semakin mengencangkan pegangannya di lengan Maharatu, “memberitahu semua orang bahwa pelayan yang dihina itu adalah adikmu, adik seorang aktris ternama, MA-HA-RA-TU, iya?” Sengaja Sasa menekankan nama ‘Maharatu’, untuk mengingatkan Maharatu tentang posisinya saat ini dan komitmen Maharatu untuk menyembunyikan identitas keluarganya.“Tapi, aku tidak bisa melihat Pangeran dihina, Sa!” Wajah Maharatu memelas. Kakak mana yang terima adiknya dihina di depan banyak orang. Apalagi Pangeran hanya menunduk saat dihina tanpa membela diri. Hati Maharatu hancur. Dia baru saja kel

  • Terjebak Cinta Terlarang   Bab 67

    “Kalian sudah baikan?” tanya Sasa saat masuk ke dalam mobil.Sasa bicara begitu karena melihat Maharatu dan Danendra saling melempar canda. “Memangnya kapan kami bertengkar?!” ujar Maharatu.“Kalau tidak bertengkar kenapa kemarin diem-dieman?” selidik Sasa.Maharatu mencubit dua pipi Sasa dengan gemas. “Kemarin kami sama-sama masih capek, pulang dari Bali harus langsung kerja, dan itu juga gara-gara kamu yang tidak memberi kami kesempatan untuk istirahat sejenak, iya, ‘kan, Ndra?”“Benar sekali itu. Sasa ini memang cocok jadi kompeni,” canda Danendra menimpali.“Oiya?!” Sasa bersedep dada dengan mata yang mendelik. Seolah sulit untuk percaya pada perkataan Maharatu dan Danendra.Danendra dan Maharatu saling lirik dari kaca spion. Mereka harus bermain rapi agar Sasa tidak mencurigai hubungan keduanya.“Tentu saja, apalagi kami sempat main petak umpet di Bali,” ujar Danendra yang sengaja memantik rasa penasaran Sasa pada hal lain. “Petak umpet, kenapa?” Danendra tersenyum samar, umpa

DMCA.com Protection Status