Sofi duduk termangu seorang diri di rumahnya. Dia memikirkan nasib Naraya dan Nayla. Anak yang baik dan dimanfaatkannya, kini buta hingga tidak mau kembali bersamanya, sedangkan putri yang sangat disayang kini malah berbuat buruk dengan menjual diri. Semua itu membuat Sofi sangat tertekan, kenapa keluarganya menjadi seperti ini.“Apa ini hukuman untukku? Karma karena aku membedakan mereka, serta karena aku bersikap baik hanya untuk memanfaatkannya?”Sofi tiba-tiba begitu menyesal dengan semua perbuatan yang dilakukannya. Selama bertahun-tahun dia memang sengaja mengikat Naraya dengan semua kebohongan dan senyum palsunya. Sofi sebenarnya dendam karena Naraya telah membuat hidupnya berantakan, atau lebih tepatnya dendam ke ayah kandung Naraya yang menghamilinya kemudian pergi dan tidak mau bertanggung jawab.Sofi dulu bekerja di rumah seorang pria berkebangsaan asing. Di sana Sofi yang masih muda, terbujuk rayu hingga mau tidur bersama pria yang bukan suaminya. Tidak hanya satu malam, b
Kalandra memandang Naraya yang baru saja tenang dan sudah berpakaian tertutup kembali. Evangeline yang melihat kedatangan putranya pun berdiri, hendak memberikan kesempatan untuk Kalandra bicara dengan Naraya.“Bicaralah pelan-pelan, jangan membuatnya terkejut,” bisik Evangeline saat dirinya berjalan melewati Kalandra.Kalandra mengangguk paham, sebelum kemudian kembali menatap Naraya yang terlihat masih begitu ketakutan. Dia mendekat perlahan, kemudian duduk di samping Naraya. Kalandra mengulurkan tangan, menyentuh lengan gadis itu dengan lembut.“Ra.”Naraya berjingkat terkejut mendengar suara Kalandra dan juga sentuhan tangan pemuda itu, tampaknya dia masih trauma mendengar suara pria.Kalandra melihat ketakutan di mata Naraya, hingga kemudian menjauhkan tangan dari lengan kekasihnya itu.“Aku Al, Ra. Kamu jangan takut atau cemas. Aku di sini karena ingin melindungimu, bajingan itu sudah dibawa ke kantor polisi dan akan mendapatkan hukuman,” ujar Kalandra menjelaskan agar Naraya ti
Naraya pergi ke kantor polisi ditemani Kalandra, Kenan, dan Evangeline, guna memberikan keterangan tentang kasus pelecehan yang dialaminya.Naraya awalnya takut karena masih trauma akibat perbuatan Hardi, tapi Kalandra meyakinkan jika akan selalu ada dirinya yang menemani dan melindungi Naraya.Sofi masih di kantor polisi setelah bicara dengan Nayla, hingga dia melihat Naraya yang sedang berjalan bersama Kalandra dan yang lainnya.“Na.” Sofi berdiri menggunakan tongkatnya.Naraya menghentikan langkah, membuat Kalandra dan yang lainnya juga ikut berhenti.Kalandra menatap Sofi dengan tatapan membenci, dirinya tidak menyukai Sofi yang terus membuat Naraya menderita.Sofi berjalan mendekat, sedikit merasa canggung karena ada Evangeline di sana. Dia tidak menepati janji untuk menjaga dan menyayani Naraya saat mengambil gadis itu dari Evangeline, membuat Sofi kini dirundung rasa bersalah yang menggunung.“Na, apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Sofi begitu berdiri di hadapan Naraya.Nara
“Na, aku mohon maafkan aku. Aku tidak mau dipenjara, Na. Tolong bebaskan aku.” Nayla langsung menggenggam telapak tangan Naraya saat melihat kakaknya itu datang menemui. Air mata terus luruh karena takut mendekam di balik jeruji besi.Naraya melepas tangan yang digenggam Nayla, meminta Kalandra membantunya duduk untuk bicara dengan Nayla.Nayla sendiri ditahan oleh seorang penjaga, dirinya tadi berlari begitu melihat Naraya dan ingin meminta pengampunan dari sang kakak.“Na, aku salah telah menyakitimu selama ini. Kini aku benar-benar menyesal, aku mohon maafkan aku,” ucap Nayla lagi penuh harap.Naraya mencoba melawan rasa iba dan sakit yang bercampur aduk di dada. Dia mencoba bersikap tegar, meski hatinya begitu hancur dengan kelakuan adiknya itu.“Selama ini aku tidak pernah marah, memprotes, atau membalas semua perbuatanmu selama ini kepadaku. Tapi kenapa kamu terus saja menjahatiku? Kenapa kamu tidak memiliki perasaan sama sekali, hingga kamu dengan tega menjualku? Setelah semua
“Ya Tuhan!” Amanda sangat terkejut saat Kenan bercerita jika Naraya hampir saja diperkosa.Selepas pulang dari tempat Kalandra, entah kenapa Kenan berpikir untuk menemui Amanda. Dia hanya berpikir jika perlu memberitahu kabar tentang Naraya.“Nayla ini memang tidak ada habisnya mengganggu dan membuat Naraya menderita. Aku akan lebih senang jika dia dipenjara saja! Menyebalkan!” Amanda begitu emosi, sampai tidak sadar mengepalkan telapak tangan dan memukul meja.Kenan memandang Amanda yang sedang marah tanpa berkedih. Jantung pemuda itu tiba-tiba berdegup dengan cepat, rasanya kini ada sesuatu yang menggelitik rongga dada.Amanda baru sadar jika Kenan memperhatikan dirinya, hingga gadis itu berdeham dan membuat Kenan tersadar dari lamunan.“Sayangnya Anira terlalu baik, sehingga meminta polisi membebaskan Nayla dengan syarat,” ujar Kenan mencoba memecah rasa canggung karena ketahuan menatap Amanda.“Ya, dia memang terlalu baik. Bahkan sudah disakiti berulang kali pun tetap bisa memaafk
“Apa dia sudah tidur?” tanya Kalandra saat melihat Evangeline keluar dari kamar.Evangeline menutup pintu perlahan agar Naraya tidak terkejut karena sudah tidur dengan lelap.“Sudah, dia mungkin lelah karena rangkaian kejadian yang dialaminya,” jawab Evangeline.Kalandra menatap pintu kamar Naraya, lantas mengajak ibunya duduk di sofa.“Aku menyesal meninggalkan dia sendiri, Ma.” Kalandra membaringkan tubuh di sofa, lantas meletakkan kepala di pangkuan ibunya.Evangeline paham dengan yang dirasakan Kalandra, karena harus menjemput dirinya di bandara, sang putra meninggalkan Naraya dan berakhir dengan kejadian percobaan pemerkosaan yang harus dialami Naraya. Evangeline mengelus rambut Kalandra berulang kali agar putranya itu sedikit tenang.“Dia sangat trauma, bahkan saat aku menyentuhnya pun dia terkejut. Aku benar-benar merasa bersalah,” ujar Kalandra lagi.Buliran kristal bening luruh dari kelopak mata, menetes hingga jatuh di pangkuan ibunya.“Jangan menyalahkan diri sendiri, Al. S
“Apa semua sudah siap?”Kalandra sudah menenteng tas berisi pakaian dan kebutuhan miliknya juga Naraya, hari ini mereka akan pulang ke rumah Evangeline.“Sepertinya sudah semua,” kata Evangeline kembali mengecek barang bawaan mereka.Naraya hanya duduk mendengarkan dua orang itu bicara, tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu.“Baiklah, ayo pergi.” Kalandra terlihat begitu bahagia karena akhirnya bisa membawa pulang Naraya.Evangeline mengangguk, lantas menghampiri Naraya kemudian membantu gadis itu berdiri. Mereka bersiap meninggalkan tempat yang membuat Naraya mengingat kenangan buruk.Kalandra membawa barang bawaan mereka, sedangkan Naraya berjalan bersama Evangeline. Mereka sama-sama turun ke basement karena akan pulang menggunakan mobil.Saat sampai di basement, ternyata Kenan dan Amanda ada di sana. Mereka berdua izin datang terlambat dari rumah sakit agar bisa berpamitan dengan Naraya.“Na.” Amanda langsung mendekat dan memeluk temannya itu.Naraya senang karena bisa mend
Naraya duduk di taman ditemani Evangeline, sedangkan Kalandra memilih berdiri agak jauh karena tidak ingin melihat drama yang akan terjadi.Satu tangan Naraya menggenggam tongkat, sedangkan tangan satunya menggenggam telapak tangan Evangeline begitu erat.“Apa yang ingin kalian bicarakan, aku harus pergi,” ucap Naraya karena tidak ada sepatah kata pun yang terdengar setelah beberapa menit dirinya duduk.Naraya tiba-tiba merasakan ada yang memeluk kedua kakinya, membuat gadis itu terkejut dan hampir berjingkat.Evangeline menatap Nayla yang kini berlutut dan memeluk kaki Naraya, tampaknya gadis itu sangat menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.“Na, maafin aku. Aku berterima kasih karena kamu sudah mau membebaskanku. Aku sangat menyesal dengan apa yang telah aku perbuat.” Nayla sangat menyesal dengan perbuatannya, menyadari kesalahannya setelah Naraya berbaik hati mencabut berkas laporan penangkapan Nayla.Sofi menatap Naraya yang hanya diam, tidak tahu apa yang sekarang dipiki