Rumah dengan tulisan "Adipati Wiguna" yang nampak menyatu dengan gerbang tinggi itu kini sedang ramai di kunjungi satu rombongan dengan gaya pakaian khas kalangan atas. Mereka tentu sebanding, tidak ada yang salah jika dilihat seksama dan tanpa pengamatan mendalam.
Namun berbanding terbalik dengan suasana di dalam sisi rumah. Sekarang semua orang sedang mematung mendengar penuturan satu anggota keluarga yang saat ini menjadi tokoh utama acara yang sedang di gelar ini."Hmm.. Zee, maksud kamu bagaimana?" Tanya Adipati Wiguna bingung dengan tingkah anaknya yang menurutnya itu tidak masuk akal. Bayangkan saja sekarang ada rombongan beranggotakan 4 orang yang salah satunya mengaku akan melamar putri tunggalnya ini, dan Zayna, atau biasa di panggil Zee itu, mengatakan bahwa dia bahkan tidak mengenal orang yang melamarnya! Bagaimana bisa?Zaman sekarang Adipati yakin sekali bukan era berjayanya sistem Siti Nurbaya, yang dijodohkan orang tuanya. Sekarang era semua mandiri termasuk mencari jodoh juga. Umumnya seseorang akan dilamar oleh orang yang memang sudah merencanakan nya bersama dan jelas punya hubungan spesial tapi.. kenapa putrinya malah begini?"Ahh.. ayah tau, kau pasti sedang bermain permainan yang lagi viral itu kan? Prank- prank, begitu?" Adipati benar-benar berharap anaknya ini mengangguk dan mengaku, tapi sayangnya, dia tau bagaiman jika putrinya berbohong dan juga tidak. Zee ini sedang jujur padanya.Adipati menghembuskan nafasnya panjang. Dia belum pernah melihat ada orang senekad ini, ingin langsung melamar tanpa mengetahui satu sama lain, mengenai calon pendamping hidupnya. Adipati melihat wajah pemuda yang kini sedang tersenyum lebar padanya.
'Kenapa dia terlihat senang sekali?' batin Adipati bingung.
Jika dilihat dari penampilannya, pemuda yang melamar putri nya ini, terlihat tegas dan juga katanya pengusaha kaya. Tidak ada yang kurang memang untuk sekedar melihat bibit, bebet, bobotnya, tetapi kembali lagi pada Zee sang anak. Dan anaknya itu sudah memutuskan nya tadi."Zee tidak mengenal pemuda ini, jadi Zee tegaskan lagi bahwa Zayna Zee Zara tidak menerima pinangan anda. Sekali lagi, saya minta maaf." Tekan Zee sopan dengan nada yang jelas. Zee tidak habis pikir dengan orang didepannya ini. Dia sangat yakin baru pertama kali melihat orang sinting ini. "Tidak mengapa nona, nona tidak perlu cemas," ucap orang itu dengan senyum.Ibu Zayna yang awalnya itu senang sekarang malah jadi seperti kecewa. Di usia putrinya yang menginjak angka 26 itu, tentu ibunya sangat mendamba seornag cucu. Tapi dia sekali lagi tidak pernah memaksakan putrinya itu. Kebahagiaan putrinya adalah yang nomor satu.Setelahnya pria itu pergi dari kediaman Adipati Wiguna. Semua selesai dengan damai. Laki-laki itu juga tidak bersikap marah, justru dia seperti senang dengan penolakan yang Zayna lakukan. ***Didalam mobil seseorang sedang di landa kejenuhan. Dia mengetuk-ngetuk stir mobil dengan tempo cepat dan juga kuat, sampai buku-buku jarinya memutih. Drttt.. drtt...Terdengar suara telpon yang mendering membuatnya tersenyum "Maaf tuan saya sedikit ter--" "Hasilnya?!!" Sebelum suara telepon selesai, suara orang tadi sudah memutuskannya terlebih dahulu dengan emosi yang tentu kentara sekali menunjukkan dia sedang marah. "S-saya tidak di terima tuan, untungnya seperti itu! Sesuai keinginan tuan!" Suara dari sebrang sepertinya sangat berarti untuk pria di mobil itu. Pria itu kini tersenyum lebar."Bagus! Kau akan segera dapat imbalan," katanya lalu langsung menutup sambungan.***
"Zee.." Seseorang wanita tinggi semampai dengan kulit putih dan rambut sebahu hitam lebat, tubuh ideal dengan pakaian tidur berwarna pastel itu, menoleh. Dia sehabis dari ruang cuci."Sebentar, ayah ingin bicara," ucap Adipati menyuruh putrinya mengikuti dirinya untuk membicarakan sesuatu. Zayna yang mendengar itu mengikuti saja dari belakang.Ayahnya itu membawanya ke ruang tamu. Mereka kini duduk berdampingan. Hening sejenak sebelum nafas panjang ayahnya membuka sesi rapat kecil itu. "Zee pinangan bukan suatu hal yang bisa dipermainkan." Perkataan ayahnya membuat Zayna ikut juga menghembuskan nafasnya. Dia sudah menduga ini. Ayahnya pasti jelas memikirkan hal pinangan yang telah dialami dirinya tadi siang.Sebagai penganut adat Jawa kental, mereka pasti punya aturan ketat mengenai semua perilaku hidup, termasuk masalah lamaran ini."Kamu sudah menerima lamaran untuk kali kedua nak, itu..." Ayahnya tidka sanggup meneruskan. Dia kembali menghembuskan nafasnya seperti orang pasrah.Zayna sebenarnya dalam hati itu ingin sekali pergi dengan orang tuanya yang tidak bisa diajak kompromi sejak dulu, tentang masalah adat ini."Ayah.. tolong dengarkan Zee satu kali saja yah, mitos-mitos itu tidak selamanya benar, dan kita hidup di era sekarang, jadi tolong jangan selalu dikaitkan," ucap Zayna menerangkan isi pikirannya. "Zayna juga tidak tau kenapa bisa seperti ini. Zayna benar tidak mengenal 2 pria kemarin ayah!" Suara Zayna jadi ikut meninggi dengan emosinya, mengingat kejadian tadi. Dia berani bersumpah bahwa dirinya itu tidak pernah sama sekali bertemu dengan orang itu. Dan dia wajar bukan, dengan menolak lamaran mereka? Mana ada orang yang menerima lamaran dari orang asing? Dalam kamus Zayna itu jelas tidak akan pernah terjadi."Jika nenekmu tau maka--" "Maka ayah jangan memberitahukannya!" Lagi-lagi Zayna berkata dengan nada tinggi. Itu jelas melanggar tatakrama dalam keluarganya. Ayah Zayna menatap sendu putrinya. Dia kini tau bagaimana perasaan putri semata wayangnya itu. "Maafkan ayah, tapi tidak diberitahu pun semua kejadian di keluarga ini sudah pasti akan sampai pada nenekmu, dan dia pasti akan bertindak segera entah apa itu. Dan ayah harap.. putri ayah mendapatkan yang terbaik dan akan selalu bahagia." Zayna kini menatap ayahnya yang mungkin hampir menangis, sangking perasanya memikirkan nasib putri satu-satunya ini, yang tadi membentaknya.Zayna menghembuskan nafasnya, dia bukan tipe yang melow dan langsung ikut terbawa suasana. Ya, walaupun dia kini menyesal membentak ayahnya tadi "Maaf yah.." kata Zayna sambil menunduk. "Lebih baik sekarang alamat rumah ini dirahasiakan terlebih dahulu Zee, jika ada yang meminta, maka samarkan saja. Ayah akan mencari cara agar identitas rumah ini tidak di ketahui orang asing, dan kamu, harus langsung mengatakan jika ada orang yang tidak kamu kenal, sehingga rumah ini tidak akan menerimanya walau sampai gerbang saja."Zayna mengangguk menyetujui itu."Ayah hanya ingin putri ayah bahagia, tanpa melanggar adat juga." Ucapan ayahnya itu yang melekat pada ingatan Zayna sebelum keduanya menyudahi obrolan rapat kecil itu. Zayna menghentikan pikirannya tentang menyalahkan orang-orang dan keinginan nya untuk menyelidiki orang-orang itu. Ya, benar dengan ucapan Ayahnya. Seharusnya Zayna bisa lebih memikirkan pencegahan untuk dirinya sendiri, bukan orang lain."Memang seharusnya semua privasi ini nggak akan bocor ke siapapun," ucap Zayna lirih. Dia mengucapkan itu dengan tangan mengepal kuat, tertanda dirinya menahan emosinya lagi.Sungguh kejadian hidupnya hari ini membangun emosi yang besarZayna rasanya senang sekali sekarang, dia mendapatkan kabar baik bahwa rencana nya dia akan di promosikan menjadi pegawai dengan tingkat lebih tinggi. Siapa yang tidak senang dengan berita itu?Tapi di sisi lain dia juga harus rela dengan mutasi yang di lakukan oleh perusahaan terhadapnya."Ya ampun, gadis manis nggak boleh cemberut! Nggak ada raut sedih di berita bahagia, Zee.."Suara Nara menguatkan sahabatnya itu. Dia tentu tau bagaimana rasanya jika kita sudah nyaman dan malah di pindah di tempat yang baru, yang tentu saja akan membuat Zayna ini beradaptasi lagi. Baik dengan lingkungan maupun cara kerja."Gue pasti akan kangen Lo Ra, banget malah!" Ucap Zayna sambil memeluk Nara yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal masuk kantor ini sampai sekarang.Nara adalah orang yang paling mengenal Zayna. Dia selalu bisa mengimbangi watak dingin dari dirinya dan juga sering membuat suasana menjadi cair jika dirinya merusuh untuk bersikap p
"Sini Zee, kamu harus memutuskan ini semua. Nenek ingin melihat bagaimana kau memilih yang terbaik, untukmu dan untuk kami."Zayna yang dipanggil namanya itu, memeikirkan perkataan sang nenek. Jika ada sang nenek yang datang kerumah sudah dipastikan akan ada bau-bau hal tidak menyenangkan.Netra Zayna menyapu keseluruhan orang yang ada di ruangan itu. Dia menangkap ada kedua orang tuanya, nenek dan juga 4 orang asing yang kesemuanya laki-laki. Entah apa yang dilakukan orang-orang itu dengan neneknya dan malah menyeret nama nya itu.Netra Zayna juga sempat meminta kejelasan pada sang ayah lewat tatapan mata, namun ayahnya hanya balik menatap Zayna dengn sendu. Dengan itu, feeling Zayna malah tambah kacau dia yakin sekali akan ada kejadian yang sial menimpa nasibnya."Kau tidak mendengar nenek ini, Zayna?!" Suara neneknya membuyarkan semua pemikiran Zayna mengenai teka-teki fakta kali ini.Jika membenci nenek sendiri bukan perilaku kurang ajar, maka dia deng
Zayna memposisikan laki-laki disampingnya untuk dia praktik kan cara yang ia dapat di internet itu. Dia memeluk pria itu erat untuk menyalurkan hangat tubuhnya.Cara ini di sebut teknik Skin to Skin. Memang jika di prektik kan pada orang dewasa kadar keberhasilannya kurang sehingga tidak disarankan menjadi pertolongan pertama.Tapi dengan kompres juga tidak membuat suhu laki-laki itu turun, sehingga Zayna mencoba teknik ini, semoga saja bisa.Walaupun Zayna agak ragu tapi tetap dia lakuka hal ini. Dia harap usahanya tidak sia-sia.Di bawah selimut tebal, dia mematikan AC nya juga, Zayna memulai cara yang ia dapat itu. Sekitar satu jam Zayna terjaga menungggu panas pria itu turun, dan hasilnya, ini berhasil. Ttidakterasa senyumnya mengembang.Dia memandangi wajah laki-laki itu yang tidur dengan damai. Dia menyentuh dahi laki-laki itu dan senyumnya makin mengembang merasa panasnya sudah benar-benar hilang. Perlahan Zayna menguraikan pelukan ny
Arta menghentikan semuanya saat ia baru menyadari bahwa Zayna menangis ketakutan. Dia tadi benar-benar emosi dengan sikap Zayna yang menolaknya itu.Dia sedih wanita yang ia cintai menolak dirinya. Ini memang bukan yang pertama untuk Arta, sudah menjadi makanannya sikap penolakan Zayna ini. Di manapun selalu Zayna menolak keberadaannya. Ada apa? Apa salahnya? Dia hanya ingin selalu didekat orang yang dia cintai, apa itu salah?"Maaf, jika kau tidak bersikap kasar begitu aku pasti tidak hilang kendali begini. Maaf," ucap Arta dan langsung meninggalkan Zayna yang masih terisak begitu saja.Zayna menangis sesenggukan saat Arta pergi. Hatinya sakit dengan sikap Arta yang bringas. Dia begitu benci dengan dirinya yang sewaktu itu berbaik hati menolong singa yang kini malah menyerangnya."Kuat, harus kuat!"Zayna mencoba memaksakan diri untuk tetap tegar dengan apa yang telah terjadi di hidup nya ini. Dia tidak boleh
"Orang gila sekarang emang ngalahin pejabat, sibuk parah!!"Telinga Zayna berdenging mendengar suara cempreng yang nyaring. Dia mencoba menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat seiapa sebenarnya yang menelpon dirinya itu."Nara?" Gumaman kecil Zayna ternayata terdengar oleh Nara di sebrang telpon. Nara dengan senang hati memaki sang sahabat yang bahkan baru mengetahui dia yang menelpon."Wah parah! Gue kesel sumpah!"Zayna menghembuskan nafasnya panjang. Sudah biasa kalau Nara itu begini. Bertingkah mungkin agak berlebihan untuk Zayna."Hehe, sory-sory, gue nggak liat namanya pas ngangkat tadi.""Gue kutuk Lo makin dikejar sama berondong Minggu lalu!"Deg.Seperti disambar petir, jantung Zayna berdebar lebih capat mendengar penuturan dari Nara tadi. Ya, memang Zayna menceritakan semua pada Nara, termasuk seorang berondong yang mengejarnya akhir-akhir ini. Dan kalau kalian tau, berondong itu adalah Arta. Ya benar, itu Arta!Zayna
Zayna sudah sampai di ruangan baru nya, yang kedua ini."Perhatian!" Suara Anton memenuhi ruangan.Semua orang langsung melihat ke arah Anton yang memberi perintah itu, dan artinya tidak lepas juga Zayna dari pandangan mereka. Dari pendengaran Zayna sebagian ada yang berbisik ada yang tersenyum padanya sekilas, ada yang memilih melanjutkan pekerjaannya tanpa pusing menoleh dan lebih banyak yang menatapnya terang-terangan, menilai penampilan mungkin atau lainnya pada diri Zayna. Muali dari atas sampai bawah.Zayna merasa sungguh tidak nyaman seperti itu. Dia memilih untuk tidak menatap balik semua orang yang di anggapnya aneh, dia memilih melihat tembok, lurus saja."Ini Zayna, dia member baru marketing! Keluarga baru kita sumua! Welcome Zayna!"Suara riuh bersautan, percampuran banyak sekali ucapan dari sekitar 15 orang di satu ruangan ini. Zayna hanya tersenyum sekadarnya dan membungkuk hormat."Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa menjad
Zayna sudah sampai di ruangan baru nya, yang kedua ini."Perhatian!" Suara Anton memenuhi ruangan.Semua orang langsung melihat ke arah Anton yang memberi perintah itu, dan artinya tidak lepas juga Zayna dari pandangan mereka. Dari pendengaran Zayna sebagian ada yang berbisik ada yang tersenyum padanya sekilas, ada yang memilih melanjutkan pekerjaannya tanpa pusing menoleh dan lebih banyak yang menatapnya terang-terangan, menilai penampilan mungkin atau lainnya pada diri Zayna. Muali dari atas sampai bawah.Zayna merasa sungguh tidak nyaman seperti itu. Dia memilih untuk tidak menatap balik semua orang yang di anggapnya aneh, dia memilih melihat tembok, lurus saja."Ini Zayna, dia member baru marketing! Keluarga baru kita sumua! Welcome Zayna!"Suara riuh bersautan, percampuran banyak sekali ucapan dari sekitar 15 orang di satu ruangan ini. Zayna hanya tersenyum sekadarnya dan membungkuk hormat."Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa menjad
"Orang gila sekarang emang ngalahin pejabat, sibuk parah!!"Telinga Zayna berdenging mendengar suara cempreng yang nyaring. Dia mencoba menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat seiapa sebenarnya yang menelpon dirinya itu."Nara?" Gumaman kecil Zayna ternayata terdengar oleh Nara di sebrang telpon. Nara dengan senang hati memaki sang sahabat yang bahkan baru mengetahui dia yang menelpon."Wah parah! Gue kesel sumpah!"Zayna menghembuskan nafasnya panjang. Sudah biasa kalau Nara itu begini. Bertingkah mungkin agak berlebihan untuk Zayna."Hehe, sory-sory, gue nggak liat namanya pas ngangkat tadi.""Gue kutuk Lo makin dikejar sama berondong Minggu lalu!"Deg.Seperti disambar petir, jantung Zayna berdebar lebih capat mendengar penuturan dari Nara tadi. Ya, memang Zayna menceritakan semua pada Nara, termasuk seorang berondong yang mengejarnya akhir-akhir ini. Dan kalau kalian tau, berondong itu adalah Arta. Ya benar, itu Arta!Zayna
Arta menghentikan semuanya saat ia baru menyadari bahwa Zayna menangis ketakutan. Dia tadi benar-benar emosi dengan sikap Zayna yang menolaknya itu.Dia sedih wanita yang ia cintai menolak dirinya. Ini memang bukan yang pertama untuk Arta, sudah menjadi makanannya sikap penolakan Zayna ini. Di manapun selalu Zayna menolak keberadaannya. Ada apa? Apa salahnya? Dia hanya ingin selalu didekat orang yang dia cintai, apa itu salah?"Maaf, jika kau tidak bersikap kasar begitu aku pasti tidak hilang kendali begini. Maaf," ucap Arta dan langsung meninggalkan Zayna yang masih terisak begitu saja.Zayna menangis sesenggukan saat Arta pergi. Hatinya sakit dengan sikap Arta yang bringas. Dia begitu benci dengan dirinya yang sewaktu itu berbaik hati menolong singa yang kini malah menyerangnya."Kuat, harus kuat!"Zayna mencoba memaksakan diri untuk tetap tegar dengan apa yang telah terjadi di hidup nya ini. Dia tidak boleh
Zayna memposisikan laki-laki disampingnya untuk dia praktik kan cara yang ia dapat di internet itu. Dia memeluk pria itu erat untuk menyalurkan hangat tubuhnya.Cara ini di sebut teknik Skin to Skin. Memang jika di prektik kan pada orang dewasa kadar keberhasilannya kurang sehingga tidak disarankan menjadi pertolongan pertama.Tapi dengan kompres juga tidak membuat suhu laki-laki itu turun, sehingga Zayna mencoba teknik ini, semoga saja bisa.Walaupun Zayna agak ragu tapi tetap dia lakuka hal ini. Dia harap usahanya tidak sia-sia.Di bawah selimut tebal, dia mematikan AC nya juga, Zayna memulai cara yang ia dapat itu. Sekitar satu jam Zayna terjaga menungggu panas pria itu turun, dan hasilnya, ini berhasil. Ttidakterasa senyumnya mengembang.Dia memandangi wajah laki-laki itu yang tidur dengan damai. Dia menyentuh dahi laki-laki itu dan senyumnya makin mengembang merasa panasnya sudah benar-benar hilang. Perlahan Zayna menguraikan pelukan ny
"Sini Zee, kamu harus memutuskan ini semua. Nenek ingin melihat bagaimana kau memilih yang terbaik, untukmu dan untuk kami."Zayna yang dipanggil namanya itu, memeikirkan perkataan sang nenek. Jika ada sang nenek yang datang kerumah sudah dipastikan akan ada bau-bau hal tidak menyenangkan.Netra Zayna menyapu keseluruhan orang yang ada di ruangan itu. Dia menangkap ada kedua orang tuanya, nenek dan juga 4 orang asing yang kesemuanya laki-laki. Entah apa yang dilakukan orang-orang itu dengan neneknya dan malah menyeret nama nya itu.Netra Zayna juga sempat meminta kejelasan pada sang ayah lewat tatapan mata, namun ayahnya hanya balik menatap Zayna dengn sendu. Dengan itu, feeling Zayna malah tambah kacau dia yakin sekali akan ada kejadian yang sial menimpa nasibnya."Kau tidak mendengar nenek ini, Zayna?!" Suara neneknya membuyarkan semua pemikiran Zayna mengenai teka-teki fakta kali ini.Jika membenci nenek sendiri bukan perilaku kurang ajar, maka dia deng
Zayna rasanya senang sekali sekarang, dia mendapatkan kabar baik bahwa rencana nya dia akan di promosikan menjadi pegawai dengan tingkat lebih tinggi. Siapa yang tidak senang dengan berita itu?Tapi di sisi lain dia juga harus rela dengan mutasi yang di lakukan oleh perusahaan terhadapnya."Ya ampun, gadis manis nggak boleh cemberut! Nggak ada raut sedih di berita bahagia, Zee.."Suara Nara menguatkan sahabatnya itu. Dia tentu tau bagaimana rasanya jika kita sudah nyaman dan malah di pindah di tempat yang baru, yang tentu saja akan membuat Zayna ini beradaptasi lagi. Baik dengan lingkungan maupun cara kerja."Gue pasti akan kangen Lo Ra, banget malah!" Ucap Zayna sambil memeluk Nara yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal masuk kantor ini sampai sekarang.Nara adalah orang yang paling mengenal Zayna. Dia selalu bisa mengimbangi watak dingin dari dirinya dan juga sering membuat suasana menjadi cair jika dirinya merusuh untuk bersikap p
Rumah dengan tulisan "Adipati Wiguna" yang nampak menyatu dengan gerbang tinggi itu kini sedang ramai di kunjungi satu rombongan dengan gaya pakaian khas kalangan atas. Mereka tentu sebanding, tidak ada yang salah jika dilihat seksama dan tanpa pengamatan mendalam.Namun berbanding terbalik dengan suasana di dalam sisi rumah. Sekarang semua orang sedang mematung mendengar penuturan satu anggota keluarga yang saat ini menjadi tokoh utama acara yang sedang di gelar ini."Hmm.. Zee, maksud kamu bagaimana?" Tanya Adipati Wiguna bingung dengan tingkah anaknya yang menurutnya itu tidak masuk akal.Bayangkan saja sekarang ada rombongan beranggotakan 4 orang yang salah satunya mengaku akan melamar putri tunggalnya ini, dan Zayna, atau biasa di panggil Zee itu, mengatakan bahwa dia bahkan tidak mengenal orang yang melamarnya! Bagaimana bisa?Zaman sekarang Adipati yakin sekali bukan era berjayanya sistem Siti Nurbaya, yang dijodohkan orang tuanya. Sekarang era semua mandiri