Zayna rasanya senang sekali sekarang, dia mendapatkan kabar baik bahwa rencana nya dia akan di promosikan menjadi pegawai dengan tingkat lebih tinggi. Siapa yang tidak senang dengan berita itu?
Tapi di sisi lain dia juga harus rela dengan mutasi yang di lakukan oleh perusahaan terhadapnya.
"Ya ampun, gadis manis nggak boleh cemberut! Nggak ada raut sedih di berita bahagia, Zee.."
Suara Nara menguatkan sahabatnya itu. Dia tentu tau bagaimana rasanya jika kita sudah nyaman dan malah di pindah di tempat yang baru, yang tentu saja akan membuat Zayna ini beradaptasi lagi. Baik dengan lingkungan maupun cara kerja.
"Gue pasti akan kangen Lo Ra, banget malah!" Ucap Zayna sambil memeluk Nara yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal masuk kantor ini sampai sekarang.
Nara adalah orang yang paling mengenal Zayna. Dia selalu bisa mengimbangi watak dingin dari dirinya dan juga sering membuat suasana menjadi cair jika dirinya merusuh untuk bersikap pada dasar pribadinya yang memeng irit bicara ini.
"Ya, kita nggak jauh kok kantornya. Lo sama gue bisa makan siang bareng di tempat biasa," kata Nara sambil terkikik.
"Sinting! Kita beda jarak setara sama satu jam perjalanan ibu Nara terhormat!" Koreksi Zayna membuat Nara makin mengeraskan tawanya itu.
"Ya udah beb, kita kerja aja lagi. Ini rejeki kalau Lo tolak juga nggak baik, right? Pokoknya tetap semangat!!" Pungkas Nara dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai itu.
Zayna dan Nara itu bekerja di bagian marketing perusahaan yang kaitanya langsung dengan pasar dan tujuan penjualan. Mereka harus dituntut kreatif dan mengelola strategi dengan baik, agar perusahaan bisa lebih memperluas sayapnya di ranah pasar bebas ini.
Zayna sudah sekitar 4 tahun bekerja di perusahaan ini. Gaji yang besar dan juga fasilitas bagus membuatnya nyaman untuk bertahan. Ditambah juga keberadaan Nara yang selalu mengerti dirinya.
Dia tidak jarang di gosipkan oleh banyak orang tentang kepribadiannya yang cenderung tertutup dan juga irit bicara itu. Sebenarnya Zayna hanya malas jika bicara bukan tentang Maslah kantor saja apalagi dengan orang baru yang dikenalnya. Tapi sejauh ini komunikasi antar team nya itu bagus dan kinerjanya juga bagus, dia tidak perlu ambil pusing dengan rumor yang sedang beredar itu.
"Woah.. hari ini yang dipromosiin juga ada kayaknya nih.."
Suara Agus membuyarkan pikiran Zayna. Dia menoleh dan langsung menonjok perut Agus main-main.
"Suara Lo sumpah boros banget Gus!" Protes Zayna yang tidak ingin satu kantor sampai tau saja berita membahagiakannya ini. Dia hanya tidak ingin ada rumor-rumor baru tentang dirinya bertambah lagi.
"Sadis! Haha.." jawab Agus sambil memegangi perutnya dan tertawa keras. Zayna melihat itu, mencebik kan bibirnya pertanda kesal, tapi langsung diubahnya dengan raut sendu seketika
"Sedih nggak bisa tonjok Lo lagi Gus!" Ucap Zayna dengn gerakan seakan menyeka air mata.
Agus tertawa lagi, dia sebenarnya juga tidak ingin jika Zayna ini di mutasi.
"Ututu, sayang.. Zee nya Agus! Tapi gue juga nggak ikhlas asli! Nanti yang noreksi kalau gue eror siapa?! Huhu.."
Kini Zee yang tertawa. Benar yang dikatakan Agus, kalau dia memang sering memarahi Agus karena kurang teliti dan sering eror. Di dalam team dia punya posisi cukup bagus untuk penyeimbang.
"Gue setuju!" Sahut Anggit yang tiba-tiba datang menghampiri kubikel Zayna.
"Nanti populasi cecan disini berkurang mbak! Nggak ikhlas gue!" Ucap Anggit dengn suara tidak bisa di bekap itu.
"Cempreng bener itu mbak! Mata kita jadi cepet sepet kalo berkurang cecan di kantor! Miris!" Itu suara Danu yang ikut nimbrung.
Memang di dalam team nya ini kebanyakan laki-laki yang menjadi anggotanya dan berumur dibawah Zayna. Perempuan dan yang sepantaran itu hanya beberapa saja.
"Dasar para brandal berbandul! Sana pada kerja! gue sekarang yang mau kangen-kangenan sama mbak Zee. Mbak!!" Sekarang itu suara seorang perempuan dengan umur lebih muda dari Zee, namanya Salwa. Dia juga team marketing. Salwa memeluk Zayna erat.
"Huhu.. gua bakalan kangen kalin semua! Sumpah nggak bohong!" Ucap Zee antusias dengan semua respon yang di berikan teamnya ini. Dia bersyukur masih dikelilingi orang-orang yang baik dan menerima dia apa adanya, tanpa mendengarkan rumor-rumor yang beredar jelek.
Semuanya kini asyik berceloteh tentang masa-masa dulu. Ibaratnya mungkin nostalgia dengan kenangan selama 4 tahun Zee di perusahaan ini. Walupun terbilang masih muda umurnya di kantor ini, tapi sungguh berkesan bagi Zee.
Dia di kantor punya teman rasa keluarga yang selalu mau mengerti dan menghargainya. Memang awalnya itu tidak seperti sekarang, butuh sekitar setengah tahun lebih Zee menyesuaikan diri tapi hasilnya tidak main-main. Kini dia punya team dan keluaraga yang solid dan kompak.
Zee sebenarnya juga kaget dengan mutasi dan promosi yang mendadak ini. Dia sepertinya tidak melakukan suatu hal yang bisa dibilang wow, sehingga membuat perusahaan jadi langsung memanjakannya begini.
Tapi benar kata Nara, semua harus di syukuri. Toh dia tidak tau kedepannya nanti bagaimana, dia akan tau jika dia menjalaninya terlebih dahulu, maka jangan menyerah sebelum berperang. Zayna akan menerima dan berjuang untuk dirinya yang lebih baik lagi.
***
Satu hari tadi benar-benar berharga sekaligus memberikan luka pada diri Zayna. Tadi adalah perpisahan termanis yang baru dia alami.
Senyum Zayna tidak luntur dari sejak dia di kantor.
Dia akan mempersiapkan semua keperluan barunya. Zayna tadi sudah membereskan meja kerjanya dan membuat kubikel yang dipenuhi dengan pernak-pernik berwarna pastel itu, jadi warna putih saja.
Zayan penyukai warna soft itu. Dia selalu menggunakan semua warna pastel yang seakan sudah menjadi ciri khasnya dan di semua elemen kehidupan, pasti mengenal sosoknya yang tak akan jauh dari kata pastel.
Zayna tersenyum lagi.
Kini sudah jam pulang dan dia akan menuju mobilnya untuk ke rumah dan beristirahat. Mengistirahatkan emosinya yang sedang mood ini.
***
Sesampainya di rumah Zayna di perlihatkan suasana yang terlihat ramai dengn mobil berjajar seperti di hotel mahal saja.
Dahi Zayna mengeryit, yang artinya bingung dengan jejeran mobil-mobil yang asing baginya ini.
"Mobil siapa ya?" Gumam Zayna.
Dia melanjutkan melangkah menuju rumahnya. Dia hanya mengangkat bahu saja, tidak begitu peduli saat pikirannya mencoba untuk mengetahui apa yang sedang keluarganya lakukan terkait soal pemandangan tadi.
Mamanya mungkin sedang melaksanakan arisan yang biasanya selalu bergilir diadakan oleh teman-teman sang mamah itu.
Jika sudah begitu dia akan sangat terganggu. Jujur kalau boleh bicara dia kan mengungkapkan itu. Karena tidak sedikit diantara para teman mamanya yang selalu memojokkan Zayna tentang pernikahan.
"Semoga nggak lah, hih.." suara Zayna bergidig dengan analisisnya itu.
Mereka tidak tau saja kalau jodoh itu tidak seperti memungut sampah. Ya tentu butuh proses, dan setiap orang berbeda tentu nya.
Zayna membuka pintunya dia sudah bersiap sejak tadi.
"Ini dia cucu ku yang sedari tadi di tunggu!"
'Ada apa?' batin Zayna bertanya
"Sini Zee, kamu harus memutuskan ini semua. Nenek ingin melihat bagaimana kau memilih yang terbaik, untukmu dan untuk kami."Zayna yang dipanggil namanya itu, memeikirkan perkataan sang nenek. Jika ada sang nenek yang datang kerumah sudah dipastikan akan ada bau-bau hal tidak menyenangkan.Netra Zayna menyapu keseluruhan orang yang ada di ruangan itu. Dia menangkap ada kedua orang tuanya, nenek dan juga 4 orang asing yang kesemuanya laki-laki. Entah apa yang dilakukan orang-orang itu dengan neneknya dan malah menyeret nama nya itu.Netra Zayna juga sempat meminta kejelasan pada sang ayah lewat tatapan mata, namun ayahnya hanya balik menatap Zayna dengn sendu. Dengan itu, feeling Zayna malah tambah kacau dia yakin sekali akan ada kejadian yang sial menimpa nasibnya."Kau tidak mendengar nenek ini, Zayna?!" Suara neneknya membuyarkan semua pemikiran Zayna mengenai teka-teki fakta kali ini.Jika membenci nenek sendiri bukan perilaku kurang ajar, maka dia deng
Zayna memposisikan laki-laki disampingnya untuk dia praktik kan cara yang ia dapat di internet itu. Dia memeluk pria itu erat untuk menyalurkan hangat tubuhnya.Cara ini di sebut teknik Skin to Skin. Memang jika di prektik kan pada orang dewasa kadar keberhasilannya kurang sehingga tidak disarankan menjadi pertolongan pertama.Tapi dengan kompres juga tidak membuat suhu laki-laki itu turun, sehingga Zayna mencoba teknik ini, semoga saja bisa.Walaupun Zayna agak ragu tapi tetap dia lakuka hal ini. Dia harap usahanya tidak sia-sia.Di bawah selimut tebal, dia mematikan AC nya juga, Zayna memulai cara yang ia dapat itu. Sekitar satu jam Zayna terjaga menungggu panas pria itu turun, dan hasilnya, ini berhasil. Ttidakterasa senyumnya mengembang.Dia memandangi wajah laki-laki itu yang tidur dengan damai. Dia menyentuh dahi laki-laki itu dan senyumnya makin mengembang merasa panasnya sudah benar-benar hilang. Perlahan Zayna menguraikan pelukan ny
Arta menghentikan semuanya saat ia baru menyadari bahwa Zayna menangis ketakutan. Dia tadi benar-benar emosi dengan sikap Zayna yang menolaknya itu.Dia sedih wanita yang ia cintai menolak dirinya. Ini memang bukan yang pertama untuk Arta, sudah menjadi makanannya sikap penolakan Zayna ini. Di manapun selalu Zayna menolak keberadaannya. Ada apa? Apa salahnya? Dia hanya ingin selalu didekat orang yang dia cintai, apa itu salah?"Maaf, jika kau tidak bersikap kasar begitu aku pasti tidak hilang kendali begini. Maaf," ucap Arta dan langsung meninggalkan Zayna yang masih terisak begitu saja.Zayna menangis sesenggukan saat Arta pergi. Hatinya sakit dengan sikap Arta yang bringas. Dia begitu benci dengan dirinya yang sewaktu itu berbaik hati menolong singa yang kini malah menyerangnya."Kuat, harus kuat!"Zayna mencoba memaksakan diri untuk tetap tegar dengan apa yang telah terjadi di hidup nya ini. Dia tidak boleh
"Orang gila sekarang emang ngalahin pejabat, sibuk parah!!"Telinga Zayna berdenging mendengar suara cempreng yang nyaring. Dia mencoba menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat seiapa sebenarnya yang menelpon dirinya itu."Nara?" Gumaman kecil Zayna ternayata terdengar oleh Nara di sebrang telpon. Nara dengan senang hati memaki sang sahabat yang bahkan baru mengetahui dia yang menelpon."Wah parah! Gue kesel sumpah!"Zayna menghembuskan nafasnya panjang. Sudah biasa kalau Nara itu begini. Bertingkah mungkin agak berlebihan untuk Zayna."Hehe, sory-sory, gue nggak liat namanya pas ngangkat tadi.""Gue kutuk Lo makin dikejar sama berondong Minggu lalu!"Deg.Seperti disambar petir, jantung Zayna berdebar lebih capat mendengar penuturan dari Nara tadi. Ya, memang Zayna menceritakan semua pada Nara, termasuk seorang berondong yang mengejarnya akhir-akhir ini. Dan kalau kalian tau, berondong itu adalah Arta. Ya benar, itu Arta!Zayna
Zayna sudah sampai di ruangan baru nya, yang kedua ini."Perhatian!" Suara Anton memenuhi ruangan.Semua orang langsung melihat ke arah Anton yang memberi perintah itu, dan artinya tidak lepas juga Zayna dari pandangan mereka. Dari pendengaran Zayna sebagian ada yang berbisik ada yang tersenyum padanya sekilas, ada yang memilih melanjutkan pekerjaannya tanpa pusing menoleh dan lebih banyak yang menatapnya terang-terangan, menilai penampilan mungkin atau lainnya pada diri Zayna. Muali dari atas sampai bawah.Zayna merasa sungguh tidak nyaman seperti itu. Dia memilih untuk tidak menatap balik semua orang yang di anggapnya aneh, dia memilih melihat tembok, lurus saja."Ini Zayna, dia member baru marketing! Keluarga baru kita sumua! Welcome Zayna!"Suara riuh bersautan, percampuran banyak sekali ucapan dari sekitar 15 orang di satu ruangan ini. Zayna hanya tersenyum sekadarnya dan membungkuk hormat."Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa menjad
Rumah dengan tulisan "Adipati Wiguna" yang nampak menyatu dengan gerbang tinggi itu kini sedang ramai di kunjungi satu rombongan dengan gaya pakaian khas kalangan atas. Mereka tentu sebanding, tidak ada yang salah jika dilihat seksama dan tanpa pengamatan mendalam.Namun berbanding terbalik dengan suasana di dalam sisi rumah. Sekarang semua orang sedang mematung mendengar penuturan satu anggota keluarga yang saat ini menjadi tokoh utama acara yang sedang di gelar ini."Hmm.. Zee, maksud kamu bagaimana?" Tanya Adipati Wiguna bingung dengan tingkah anaknya yang menurutnya itu tidak masuk akal.Bayangkan saja sekarang ada rombongan beranggotakan 4 orang yang salah satunya mengaku akan melamar putri tunggalnya ini, dan Zayna, atau biasa di panggil Zee itu, mengatakan bahwa dia bahkan tidak mengenal orang yang melamarnya! Bagaimana bisa?Zaman sekarang Adipati yakin sekali bukan era berjayanya sistem Siti Nurbaya, yang dijodohkan orang tuanya. Sekarang era semua mandiri
Zayna sudah sampai di ruangan baru nya, yang kedua ini."Perhatian!" Suara Anton memenuhi ruangan.Semua orang langsung melihat ke arah Anton yang memberi perintah itu, dan artinya tidak lepas juga Zayna dari pandangan mereka. Dari pendengaran Zayna sebagian ada yang berbisik ada yang tersenyum padanya sekilas, ada yang memilih melanjutkan pekerjaannya tanpa pusing menoleh dan lebih banyak yang menatapnya terang-terangan, menilai penampilan mungkin atau lainnya pada diri Zayna. Muali dari atas sampai bawah.Zayna merasa sungguh tidak nyaman seperti itu. Dia memilih untuk tidak menatap balik semua orang yang di anggapnya aneh, dia memilih melihat tembok, lurus saja."Ini Zayna, dia member baru marketing! Keluarga baru kita sumua! Welcome Zayna!"Suara riuh bersautan, percampuran banyak sekali ucapan dari sekitar 15 orang di satu ruangan ini. Zayna hanya tersenyum sekadarnya dan membungkuk hormat."Salam kenal semuanya. Semoga kita bisa menjad
"Orang gila sekarang emang ngalahin pejabat, sibuk parah!!"Telinga Zayna berdenging mendengar suara cempreng yang nyaring. Dia mencoba menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat seiapa sebenarnya yang menelpon dirinya itu."Nara?" Gumaman kecil Zayna ternayata terdengar oleh Nara di sebrang telpon. Nara dengan senang hati memaki sang sahabat yang bahkan baru mengetahui dia yang menelpon."Wah parah! Gue kesel sumpah!"Zayna menghembuskan nafasnya panjang. Sudah biasa kalau Nara itu begini. Bertingkah mungkin agak berlebihan untuk Zayna."Hehe, sory-sory, gue nggak liat namanya pas ngangkat tadi.""Gue kutuk Lo makin dikejar sama berondong Minggu lalu!"Deg.Seperti disambar petir, jantung Zayna berdebar lebih capat mendengar penuturan dari Nara tadi. Ya, memang Zayna menceritakan semua pada Nara, termasuk seorang berondong yang mengejarnya akhir-akhir ini. Dan kalau kalian tau, berondong itu adalah Arta. Ya benar, itu Arta!Zayna
Arta menghentikan semuanya saat ia baru menyadari bahwa Zayna menangis ketakutan. Dia tadi benar-benar emosi dengan sikap Zayna yang menolaknya itu.Dia sedih wanita yang ia cintai menolak dirinya. Ini memang bukan yang pertama untuk Arta, sudah menjadi makanannya sikap penolakan Zayna ini. Di manapun selalu Zayna menolak keberadaannya. Ada apa? Apa salahnya? Dia hanya ingin selalu didekat orang yang dia cintai, apa itu salah?"Maaf, jika kau tidak bersikap kasar begitu aku pasti tidak hilang kendali begini. Maaf," ucap Arta dan langsung meninggalkan Zayna yang masih terisak begitu saja.Zayna menangis sesenggukan saat Arta pergi. Hatinya sakit dengan sikap Arta yang bringas. Dia begitu benci dengan dirinya yang sewaktu itu berbaik hati menolong singa yang kini malah menyerangnya."Kuat, harus kuat!"Zayna mencoba memaksakan diri untuk tetap tegar dengan apa yang telah terjadi di hidup nya ini. Dia tidak boleh
Zayna memposisikan laki-laki disampingnya untuk dia praktik kan cara yang ia dapat di internet itu. Dia memeluk pria itu erat untuk menyalurkan hangat tubuhnya.Cara ini di sebut teknik Skin to Skin. Memang jika di prektik kan pada orang dewasa kadar keberhasilannya kurang sehingga tidak disarankan menjadi pertolongan pertama.Tapi dengan kompres juga tidak membuat suhu laki-laki itu turun, sehingga Zayna mencoba teknik ini, semoga saja bisa.Walaupun Zayna agak ragu tapi tetap dia lakuka hal ini. Dia harap usahanya tidak sia-sia.Di bawah selimut tebal, dia mematikan AC nya juga, Zayna memulai cara yang ia dapat itu. Sekitar satu jam Zayna terjaga menungggu panas pria itu turun, dan hasilnya, ini berhasil. Ttidakterasa senyumnya mengembang.Dia memandangi wajah laki-laki itu yang tidur dengan damai. Dia menyentuh dahi laki-laki itu dan senyumnya makin mengembang merasa panasnya sudah benar-benar hilang. Perlahan Zayna menguraikan pelukan ny
"Sini Zee, kamu harus memutuskan ini semua. Nenek ingin melihat bagaimana kau memilih yang terbaik, untukmu dan untuk kami."Zayna yang dipanggil namanya itu, memeikirkan perkataan sang nenek. Jika ada sang nenek yang datang kerumah sudah dipastikan akan ada bau-bau hal tidak menyenangkan.Netra Zayna menyapu keseluruhan orang yang ada di ruangan itu. Dia menangkap ada kedua orang tuanya, nenek dan juga 4 orang asing yang kesemuanya laki-laki. Entah apa yang dilakukan orang-orang itu dengan neneknya dan malah menyeret nama nya itu.Netra Zayna juga sempat meminta kejelasan pada sang ayah lewat tatapan mata, namun ayahnya hanya balik menatap Zayna dengn sendu. Dengan itu, feeling Zayna malah tambah kacau dia yakin sekali akan ada kejadian yang sial menimpa nasibnya."Kau tidak mendengar nenek ini, Zayna?!" Suara neneknya membuyarkan semua pemikiran Zayna mengenai teka-teki fakta kali ini.Jika membenci nenek sendiri bukan perilaku kurang ajar, maka dia deng
Zayna rasanya senang sekali sekarang, dia mendapatkan kabar baik bahwa rencana nya dia akan di promosikan menjadi pegawai dengan tingkat lebih tinggi. Siapa yang tidak senang dengan berita itu?Tapi di sisi lain dia juga harus rela dengan mutasi yang di lakukan oleh perusahaan terhadapnya."Ya ampun, gadis manis nggak boleh cemberut! Nggak ada raut sedih di berita bahagia, Zee.."Suara Nara menguatkan sahabatnya itu. Dia tentu tau bagaimana rasanya jika kita sudah nyaman dan malah di pindah di tempat yang baru, yang tentu saja akan membuat Zayna ini beradaptasi lagi. Baik dengan lingkungan maupun cara kerja."Gue pasti akan kangen Lo Ra, banget malah!" Ucap Zayna sambil memeluk Nara yang sudah menjadi sahabatnya sejak awal masuk kantor ini sampai sekarang.Nara adalah orang yang paling mengenal Zayna. Dia selalu bisa mengimbangi watak dingin dari dirinya dan juga sering membuat suasana menjadi cair jika dirinya merusuh untuk bersikap p
Rumah dengan tulisan "Adipati Wiguna" yang nampak menyatu dengan gerbang tinggi itu kini sedang ramai di kunjungi satu rombongan dengan gaya pakaian khas kalangan atas. Mereka tentu sebanding, tidak ada yang salah jika dilihat seksama dan tanpa pengamatan mendalam.Namun berbanding terbalik dengan suasana di dalam sisi rumah. Sekarang semua orang sedang mematung mendengar penuturan satu anggota keluarga yang saat ini menjadi tokoh utama acara yang sedang di gelar ini."Hmm.. Zee, maksud kamu bagaimana?" Tanya Adipati Wiguna bingung dengan tingkah anaknya yang menurutnya itu tidak masuk akal.Bayangkan saja sekarang ada rombongan beranggotakan 4 orang yang salah satunya mengaku akan melamar putri tunggalnya ini, dan Zayna, atau biasa di panggil Zee itu, mengatakan bahwa dia bahkan tidak mengenal orang yang melamarnya! Bagaimana bisa?Zaman sekarang Adipati yakin sekali bukan era berjayanya sistem Siti Nurbaya, yang dijodohkan orang tuanya. Sekarang era semua mandiri