"Mata panda itu apa, Opa?" Pertanyaan Olivia yang membuat pak Dhaniel menghela nafas panjang.
"Ada lingkaran hitam di pinggir mata kita," tunjuk pak Dhaniel menunjuk matanya yang sedikit keriput.
"Kalo ada lingkaran hitamnya, nanti Olivia jadi jelek ya, Opa?"
"Iya. Alangkah baiknya jika sekarang Olivia tidur, ya? Kasian oma, sampai tertidur pulas seperti itu," tunjuk pak Dhaniel ke arah mama Rita yang ketiduran di sofa.
Olivia tersenyum tipis melihatnya.
Sesampai di rumah oma, Darwin dengan cepat memasukkan barang belanjaan ke dalam rumah.
Hati oma sedikit luluh dengan cara Darwin yang begitu perhatian dan ramah.
'Kata Rita, dia menjadi sopir sekaligus bodyguard Monica. Dia juga yang menyelamatkan nyawa Monica saat ada orang yang ingin mencelakakan keluarga Angkasa. Apa aku terlalu jahat pada Monica? Satria juga bilang, Monica begitu tersiksa saat aku tak mengajaknya bicara. Tapi, aku masih tak bisa melupakan kejadian yan
"Kamu ini milikku. Dan seharusnya kamu menari di depan suami kamu ini. Bukan ke semua orang!" Rachel menahan tawanya. Baru kali ini, ia melihat suaminya yang begitu cerewet. "Kenapa kamu nahan senyum seperti itu. Sudahlah, aku capek bicara panjang lebar." Satria membopong tubuh Rachel dan merebahkannya di tempat tidur. "Sudah malam, mimpi yang indah!" kata Satria membelai rambut indah Rachel. Entah kenapa Satria sangat menyukai rambut indah milik istrinya itu. Lembutnya, wanginya yang khas membuat ia tak mau jauh dari Rachel. "Kamu hobi banget membelai rambut aku?" tanya Rachel memegang tangan suaminya yang penuh dengan bulu itu. Satria menyeringai. Baru kali ini, ia merasakan rasa cinta yang keluar dari diri istrinya. "Tidurlah di sini!" Perkataan Rachel benar-benar membuatnya tak percaya. Perlahan, Satria menuruti keinginan istrinya yang menginginkannya untuk tidur di sebelahnya. Kedua
"Doni, apa kamu yakin? Bukan Diego yang melakukannya?" tanya Satria bingung saat pendapatnya di bantah oleh Doni. "Semalam aku sudah mengontrol rumah Diego. Dia tak punya anak buah paruh baya seperti apa yang kamu katakan padaku malam itu!" jawab Doni mengejutkan sahabatnya itu. "Tapi, kalo bukan Diego, siapa orang yang ingin menculik istriku?" tanyanya bingung. "Nanti aku coba cari tau lagi!" "I trust you all!" "Ok! I won't let you down." "I know that." Di rumah, Rachel menggeliat. Ia terbangun dari tidurnya dan tersenyum saat mengingat momen indah semalam. "Ya Tuhan, aku bener-bener merasakan yang sangat teramat sangat. Rasa cintaku padanya terasa begitu besar di bandingkan rasa cintaku dulu sama Darwin. Yach, meskipun aku harus menguras tenaga jika berbicara dengannya. Tapi sekarang, dia sedikit kemajuan kok bicaranya. Sedikit banyak ngomong," gerutu Rachel tersenyum seraya mengikat rambutn
"Si-apa kalian? Kenapa kalian di sini?" tanya Rachel panik. Sudut matanya mengerut seraya menyembunyikan rasa takut yang teramat dalam. "Tenang, Nona boss. Kami di tugaskan pak Satria untuk berjaga di sini." Perkataan mereka benar-benar membuat rasa takut Rachel hilang seketika. "Kalian benar-benar membuatku ketakutan tau nggak," kata Rachel memegang dadanya. "Maafkan kami, Nona boss!"" "Ya, nggak apa. Kalian sudah makan?" tanya Rachel yang melihat mereka menggelengkan kepala secara serempak. "Ya sudah, kalian makan dulu. Kebetulan, simbok Darmi masak banyak. Jadi, mubazir kalo nggak di makan," tutur Rachel yang begitu perhatian pada mereka. "Terimakasih atas tawarannya, Nona boss. Tapi, kami pesan makanan saja," jawab salah satu bodyguardnya itu. "Iya, Nona boss. Lagian, kami juga sudah di beri uang makan. Jadi, nona boss tak perlu repot-repot!" Rachel mendesah. Tatapannya mulai memicing dan membuat mereka tertunduk di
"Kenapa kamu bilang seperti itu?" "Ya, kamu bertanya seperti itu," kata Rachel memanyunkan bibirnya. Satria menghela nafas panjang. Dengan penuh kelembutan, ia mulai menggenggam erat tangan Rachel yang terlipat di dada. "Kamu cantik meskipun tanpa make-up," ucap Satria tersenyum senang melihat senyum manis istrinya merekah kembali. "Benarkah?" "Heem." "Kamu juga tampan jika kamu tersenyum seperti ini," ucap Rachel memegang kedua pipi Satria dan menariknya hingga senyumnya sedikit tertoreh. "Aku mandi dulu, ya!" kata Satria melepas tangan istrinya. "Heem. Aku bantu!" gegas Rachel yang begitu cepat melepas jas yang masih melekat di tubuh suaminya. Satria tersenyum senang melihat Rachel yang begitu perhatian kepadanya. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Rachel melirik seraya membuka satu persatu kancing baju Satria. "Apa kamu ingin menggodaku?" Pertanyaan Satria membuat Rachel terkejut.
Sesaat, Satria melirik ke arah istrinya yang menggeliat.Ia tersenyum senang akhirnya Rachel terbangun dari tidurnya. "Sayang, oma ingin bertemu dengan kita," kata Satria menatap istrinya yang berjalan dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Satria mengernyit heran. Tak biasanya istrinya sangat malas beraktifitas di pagi hari. "Sayang," ucap Satria menghampiri Rachel yang mendekap guling. "Sayang, aku ngantuk banget! Nanti malam saja ya, kita ke sana," ucap Rachel dengan mata yang sayu. 'Ada apa dengannya? Padahal, tadi malam nggak sampai larut malam? Apa dia baik-baik saja?' gumam Satria menempelkan punggung tangan ke arah kening istrinya. "Tidak panas?" tanyanya seorang diri. "Sayang, I'm fine. Cuman aku ngantuk banget!" kata Rachel mendekap tangan suaminya. "Aku panggilkan Dokter saja, ya? Takutnya tidur kamu nggak wajar," kata Satria membelai rambut istrinya. Satria menghela nafas m
Dengan cepat, jari jemari tangannya mulai menscroll kontak yang tersimpan di handphone. Dr.Galuh, nama itu mulai muncul dari layar pipih yang ia pegang. Tok tok tok Ketukan pintu membuat Satria mengurungkan niatnya untuk menghubungi Dokter Galuh. "Pak Satria, oma boss menyuruh Anda ke ruangannya sekarang," kata Neta dengan santun. "Ok!" jawab Satria berdiri seraya memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya. ***** Rachel menarik nafasnya dalam-dalam, ia mulai menghirup udara yang masuk dari pintu jendela kamarnya. "Rasanya fresh banget," ucapnya tersenyum memandang langit biru yang begitu indah. Ting ting Ting Bunyi khas dari abang bakso membuatnya terperangah. "Kayaknya, siang-siang seperti ini. Enak banget makan bakso bareng-bareng," gegasnya pergi menuju ke bawah. Simbok Darmi terkejut melihat majikannya berlari menuju keluar rumah. "Non, mau kemana?" teriak
Di satu sisi, Darwin tak habis pikir jika apa yang ia bayangkan tak sesuai dengan kenyataan. "Kenapa oma memberiku jabatan seperti ini? Bukankah dia bilang akan menjadikan aku pemilik perusahaan ini." Darwin kecewa, tangannya mengepal dan memukul meja kerja secara perlahan. "Menjadi HRD dan Monica menjadi Manager trus apa yang harus aku banggakan di depan Satria?" gumamnya seorang diri. Ia mendesah, berdiri dan menopangkan kedua tangan di dada. Tatapannya memicing ke arah foto keluarga Angkasa yang terpasang di dinding ruang HRD tersebut. *** "Nona boss, apa nggak sebaiknya nona boss istirahat saja? Nih, sudah sore lho, Non? Apalagi, sebentar lagi, pak Satria akan pulang!" tutur ibnu yang melihat atasannya tak merespon perkataannya. Kedua matanya berputar menatap ke arah teman-temannya yang menaikkan bahu secara bersamaan. Mereka mulai mencari alasan agar bossnya itu menyudahi permainan catur yang masih berlangsung saat ini. "Iya, Non. A
Di tempat lain, Darwin terlihat begitu sumringah, setelah mendapat telepon."Kamu sudah melakukan hal yang terbaik. Aku akan segera melakukan apapun permintaan kamu." ("Aku pegang janji kamu!") Suara laki-laki yang merupakan partner Darwin untuk menjatuhkan Satria. "Tentu!" ucap Darwin mematikan ponselnya. Darwin tersenyum tipis. Ia tak menyangka jika kerjasamanya dengan musuh Satria sangatlah menguntungkan baginya. "Sebentar lagi, cepat atau lambat kamu akan kehilangan segalanya, Satria Angkasa. Ini baru awal kamu kehilangan satu tender, aku pastikan kamu akan merasakan bagaimana pahit kehidupan ini. Aku yakin, Rachel nggak akan mau jika kamu sudah tak memiliki apa-apa!" tuturnya sombong. Di rumah Rachel menunggu kepulangan suaminya. Ia tak berhenti mondar-mandir kesana kemari, hingga membuat kelima pengawalnya pusing melihatnya. "Nona boss, ngapain ya?" tanya Bayu mengernyit. "Masih nanya lagi. Ya nungguin pak Satrialah!
Kak Sakti calling ..."Ngapain pagi-pagi menelpon istri orang?" tanya batin Satria mendesah dan mulai mengangkat telepon dari Sakti.Dengan gayanya yang perfect, Satria menyilangkan kedua kakinya dan bersiap mendengar apa yang akan dibicarakan Sakti pada istrinya.(Rachel, apa Satria sudah berangkat? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak ada jawaban!) Perkataan Sakti membuat Satria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengernyit dan tak habis pikir jika Sakti benar-benar menghubungi dirinya."Sayang siapa?" tanya Rachel mengejutkan Satria.Rachel mengernyit menatap suaminya melempar ponsel miliknya di atas tempat tidur."Sayang, kenapa kamu melemparnya?" Rachel tak berhenti mengerjap saat suaminya berjalan mendekati dirinya."Bagaimana bisa ada nomor asing masuk ke nomor kamu? Apa kamu berusaha mengkhianatiku?" tanya Satria memicing dan terlihat seperti singa yang sedang marah."M
Rachel tak habis pikir jika suaminya akan membahas tentang masalah yang ia hadapi di depan semua orang. Ia menoleh ke arah oma yang terdiam dan memilih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.Maafkan Rachel, oma. Cucu oma terlalu jenius hingga aku tak bisa menyembunyikan rahasia ini! gumam hati Rachel.Sesaat, kedua mata Rachel mengerling menatap orang yang tersenyum manis ke arahnya."Kak Sakti?" tanya batin Rachel menyeringai.****"Ini sudah malam. Lebih baik oma pulang sekarang!" pinta Satria mencium punggung tangan sang Oma."Satria, maafkan oma, ya! Oma tak bermaksud membuat Rachel tertekan. Oma hanya tak mau saja semua orang bilang kalo kamu hanya dijadikan kacung olehnya. Sebagai seorang suami tidak wajib membawa anak dalam bekerja!" tutur oma menjelaskan alasannya.Satria menghela nafas panjang."Yang bilang Satria seperti itu hanya oma saja. Oma dengar 'kan? Tadi mereka bilang apa? Bahkan beberapa pihak agensi menginginkan j
Maafkan aku! Aku tak bisa menceritakannya sama kamu. Aku tak mau gara-gara aku, hubungan kamu dan oma menjadi renggang! gumam batin Rachel mengusap air matanya yang sempat terjatuh.Sejenak, sudut mata Satria mengerut melihat apa yang terjadi di layar ponselnya. Kata-kata oma terdengar begitu pedas dan melukai hati istrinya.Satria menoleh. Lagi dan lagi, istrinya menyembunyikan sesuatu hal yang seharusnya ia ketahui. Tanpa banyak buang waktu, Satria menghubungi Dinda untuk mengatur jadwal konferensi pers untuknya."Iya. Satu jam lagi, semuanya harus siap!" perintah Satria yang mengejutkan Rachel."Doni, kita langsung ke GM Grand!""Ok!" jawab Doni memutar arah.Rachel penasaran dan bingung dengan apa yang akan di lakukan suaminya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai meraih tangan Satria yang berdiam di sampingnya."Sayang, kita ngapain ke GM Grand? Bukankah kita mau ke rumah oma?" tanya Rachel penasaran."Kit
Akhirnya kamu pulang juga!" kata Doni mengejutkan Satria."Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada istri dan anakku?" tanya Satria penasaran."Aku juga tidak tau! Yang jelas, tadi oma datang ke sini dan terlihat seperti orang marah," tutur Doni yang membuat Satria terkejut."Marah?" tanya Satria mengernyit heran."Iya, dan aku lihat! Rachel dan junior menangis tiada henti saat oma pulang." Kata-kata Doni membuat Satria berpikir sejenak. Apa yang di katakan oma sehingga membuat Rachel dan putranya menangis.Apa oma menyudutkannya lagi? tanya batin Satria mendesah sebal. Sudut matanya mengerut menatap ke arah kamarnya. Wanita yang ia cintai duduk termenung menatap ke arah jendela. Tanpa banyak buang waktu, Satria bergegas masuk ke dalam rumah.Sesaat, langkah Satria terhenti melihat Bayu dan Fajar bermain dengan junior di teras rumahnya. Tawa kecil junior membuat rasa rindu Satria terobati."Selamat sore, Pak!" jawab mereka berdiri meny
Duduk! Oma ingin bicara sama kamu!" ketus oma yang mengejutkan Rachel.Kenapa oma terlihat begitu marah padaku? batin Rachel bertanya. Perlahan, ia mulai duduk tepat di depan sang oma. Tenggorokannya seakan kering dan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan sang oma membuatnya begitu takut."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oma memicing."Terjadi apa, Oma?" tanya Rachel bingung dan tak mengerti apa maksud sang Oma."Bagaimana bisa kamu berbohong padaku?" ucap Oma terlihat begitu emosi. Rachel terdiam dan mulai memikirkan sesuatu yang membuat sang oma marah kepadanya."Bondan, perlihatkan vidionya!" perintah Oma."Siap, Oma!" jawab Bondan memperlihatkan vidio Satria dan junior pada Rachel."Apa ada masalah di antara kalian? Sehingga kamu meninggalkan junior dan membiarkannya bersama Satria?" cecar Oma yang memang benar adanya.Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu menja
Rachel memicing dan yakin kalo suara itu adalah suara Laura.Laura? Ngapain dia ingin bertemu dengan suamiku? batin Rachel bertanya. Wajahnya yang cantik mulai muram mendengar suara orang yang membuat dirinya cemburu.Rachel, hilangkan rasa cemburu kamu ini. Kamu tau 'kan? Suami kamu tak mungkin melakukan hal yang menyakiti dirimu! gumam batin Rachel menarik nafas dalam-dalam."Rachel, nanti kita sambung lagi, ya! Ada klien yang datang," bisik Dinda berbohong."Iya," jawab Rachel seakan tak percaya kalo suara yang ia duga Laura adalah suara klien.Dinda menghela nafas panjang. Perlahan, ia meletakkan ponselnya seraya melirik Laura yang sedari tadi berdiri di depannya."Apa kamu sudah janji untuk bertemu dengannya?" tanya Dinda yang membuat Laura terkekeh."Kamu itu apa-apaan, sih, Din. Aku 'kan bukan orang lain," ujar Laura duduk di depan Dinda.Dinda menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut, kedua tangannya menopang di d
Keesokan harinya, Oma terperangah melihat Satria presentasi sambil menggendong junior."Apa-apaan ini? Kenapa cicit oma bisa ikut kerja? Bukankah kemarin, Junior berada di rumah?" ketus Oma marah."Bondan, kita ke rumah pak Satria sekarang!" perintah sang oma seraya menutup teleponnya."Berani-beraninya, dia membohongiku!" gumam oma memicing.Seperti biasa, Rachel mempersiapkan setelan jas untuk sang suami. Senyum manis mulai terpancar di raut wajah mereka. Pelukan hangat Satria membuat Rachel tak bisa melepaskannya."Apa aku boleh kerja?" tanya Satria yang masih mengenkan kimono. Dengan lembut, ia mencium pipi istrinya.Rachel menyeringai, secara spontan tangan kanannya terbiasa mencubit pinggang Satria."Kamu tuh, ya? Hobi banget menggodaku!" kata Rachel mencubit pinggang suaminya."Sayang, sakit!" keluh Satria kesakitan."Biarin! Habisnya, suka banget godain aku. Sudah tau, punya istri cemburuan. Trus aja diledeki
"Aku salah lagi menilainya? Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Tak seharusnya aku menuduh suamiku yang bukan-bukan!" gumamnya seraya menutup wajah cantiknya dengan kedua tangannya."Apa dia mau memaafkan aku?" kata Rachel membuka ponselnya. Jari jemari tangannya dengan cepat mencari kontak Satria. Tapi, ia terhenti saat rasa gengsi menghampiri dirinya."Masa' aku harus minta maaf? Dia juga salah. Tak seharusnya dia menangkap tubuh Laura seperti kemarin. Apa dia lupa jika jiwa dan raganya adalah milikku?" gumam Rachel yang masih saja cemburu buta."Tapi, apa yang di katakan Doni memang benar. Dia tak mungkin melakukannya! Kalo aku tidak minta maaf, yang ada aku juga tidak akan dengar dia untuk mengucapkan kata maaf. Apalagi, dia 'kan sangat kekeh dengan pendiriannya. Kalo dia nggak salah ia nggak mungkin meminta maaf," gumamnya cemberut.Drt ...Rachel melirik ke arah ponselnya. Kedua matanya mengerling saat Intan mengirimkan pesan untuknya.
Intan yang melihatnyapun terbelalak kaget. Ia seakan tak percaya melihat pemandangan yang mustahil terjadi pada atasannya itu. Kenapa pak Satria bawa junior? Ke mana Rachel? Apa dia sakit? batin Intan bertanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Senyum Dinda selalu tertoreh saat melihat junior ikut datang ke kantor. Wajahnya yang imut menggemaskan dengan senyum kecil indahnya membuat Dinda tak mau jauh dari Junior."Sat, biar aku gendong!" kata Dinda merentangkan kedua tangannya dan bersiap menggendong junior."Sayang, ikut aunty dulu, ya!" ucap Dinda yang terlihat begitu bahagia."Ini sudah siap semua?" tanya Satria membuka berkas-berkas yang tertumpuk di meja."Iya, kamu tinggal revisi saja!" jawab Dinda seraya memegang pipi chubby junior."Sayang, kamu ganteng banget, sih?"Sesaat, Dinda melirik Satria yang terdiam memikirkan sesuatu. Dengan hati-hati, ia mulai mempertanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya."Apa semua baik-baik saja? Ap