Di tempat lain, Darwin terlihat begitu sumringah, setelah mendapat telepon."Kamu sudah melakukan hal yang terbaik. Aku akan segera melakukan apapun permintaan kamu."
("Aku pegang janji kamu!") Suara laki-laki yang merupakan partner Darwin untuk menjatuhkan Satria.
"Tentu!" ucap Darwin mematikan ponselnya.
Darwin tersenyum tipis. Ia tak menyangka jika kerjasamanya dengan musuh Satria sangatlah menguntungkan baginya.
"Sebentar lagi, cepat atau lambat kamu akan kehilangan segalanya, Satria Angkasa. Ini baru awal kamu kehilangan satu tender, aku pastikan kamu akan merasakan bagaimana pahit kehidupan ini. Aku yakin, Rachel nggak akan mau jika kamu sudah tak memiliki apa-apa!" tuturnya sombong.
Di rumah Rachel menunggu kepulangan suaminya. Ia tak berhenti mondar-mandir kesana kemari, hingga membuat kelima pengawalnya pusing melihatnya.
"Nona boss, ngapain ya?" tanya Bayu mengernyit.
"Masih nanya lagi. Ya nungguin pak Satrialah!
"Apa kamu akan menuruti apa yang aku mau?" tanya Rachel manja. "Selama aku bisa, aku akan menuruti semua yang kamu inginkan," jawab Satria membelai rambut indah istrinya itu. **** Darwin tersenyum senang. Ia berjalan menghampiri orang yang bekerja sama dengannya. "Darwin, akhirnya kamu datang juga!" ucap partner Darwin yang tak lain adalah Diego Armando. Mantan bos Darwin dulu, sebelum ia bekerja dengan Monica. "Pak Diego, bagaimana kabar anda?" tanya Darwin mengulurkan tangan untuk mantan bossnya itu. "Seperti yang kamu lihat. Duduklah!" "Terimakasih, Pak!" "Wah ...! Saya tak menyangka kamu bisa masuk ke keluarga itu," kata Diego yang begitu senang melihatnya. "Semua itu karna saran dari pak Diego, saya bisa dengan mudah masuk ke dalam keluarga itu." "Bagaimana? Apa kamu masih ingin melanjutkannya?" "Ya, kenapa tidak? Rasa saki
"Rachel, kamu bermalam di sini?" tanya Dinda tersenyum tipis menatap istri sahabatnya dari atas sampai bawah. "Iya," jawab Rachel menyapu rambutnya. "Oiya, by the way, mana Satria? Satu jam lagi, ada meeting dengan PT Jayatama. Tolong kamu beritahu dia, ya!" pinta Dinda. "Bu Dinda," ujar Agnes tiba-tiba. Salah satu staf kantor yang terkenal akan biang gosipnya. Ia terkejut, tercengang melihat ada wanita yang berada di ruang kerja atasannya. Kedua matanya tak berhenti memperhatikan wanita yang tak asing baginya. "Bukankah wanita ini?' tebak Agnes dalam hati dan terkejut saat ada tepukan keras mengenai bahunya. "Aduh! Bu Dinda, kenapa Ibu memukul saya?" protes Agnes memegang bahunya. "Kamu tuh, yang apa-apaan. Ngapain kamu liatin atasan kamu seperti itu," kata Dinda dengan nada yang tinggi. "Atasan?" tanya Agnes kaget. "Sudah-sudah, saya panggilkan pak Satria dulu, ya!" kata Rachel menutup pintu tersebut. Agnes ma
Semua staf tercengang melihat Rachel. "Kamu? Bukankah kamu cleaning servis itu, ya?" tanya Sofi menghampiri Rachel yang terdiam. "Iya, ngapain kamu di sini? Atau jangan-jangan dia yang ngambil data perusahaan dan menjualnya ke perusahaan lain. Iya, kan?" sahut lainnya. "Trus, kenapa kamu nggak pake seragam cleaning servis?" cecar Sofi memicing. Pertanyaan demi pertanyaan bertumpuk mencecar Rachel. Ia bingung harus menjawab apa. Ingin rasanya ia mengatakan kalo dirinya adalah istri atasan mereka. Tapi, ia tak mau mengambil keputusan tanpa persetujuan dari suaminya. "Kenapa diam?" ujar Sari penasaran. "Sudah-sudah, kalian apaan sih? Nggak usah mencecar dia kayak gitu. Bagaimana dia mau jawab kalo kalian bertanya terus tanpa henti," bela Farel. 'Apa aku harus mengatakan yang sejujurnya?' gumam batin Rachel menatap mereka yang terus menatapnya penasaran. "Ah, aku tau. Jangan-jangan kamu ke sini untuk menggoda pak Satr
'Kenapa kepalaku pusing seperti ini?' gumam Rachel dengan pandangan mata yang mulai buram. Gelap dan tak sadarkan diri "Bu Rachel," kata Doni spontan menangkap tubuh ideal atasannya itu. Satria yang turun dari mobil, terbelalak dan terkejut melihatnya. Bisa-bisanya, pengawal pribadinya berani memegang tubuh istrinya itu. "Doni ...," teriak Satria yang mengejutkan Doni. Doni mengerling. Ia bingung harus bagaimana menyikapi atasannya itu. 'Ingat! Aku tak mau ada yang menyentuh istriku, kecuali aku. Kalian hanya boleh mengawasinya, mengawalnya dan melindunginya. Ok!' kata-kata Satria yang dulu mulai melintas di pikiran Doni. 'Mati aku! Kenapa di saat seperti ini, Satria datang. Pasti, dia akan menghabisiku saat ini juga!' gumam batin Doni mengernyit saat melihat Satria menghampiri dirinya. Tatapannya, raut wajahnya yang terlihat kejam membuat Doni pasrah jika Satria akan menghabisi dirinya pada saat ini juga. "Kenapa
Darwin terbelalak kaget mendengarnya. Pilihan yang begitu sulit baginya untuk membuat Satria merasakan apa yang ia rasakan. "Apa aku salah menyimpan rasa ini padanya? Tapi, jika rencanaku berjalan dengan lancar. Apa Rachel mau menerimaku kembali?" Darwin menyandarkan kepala seraya memejamkan kedua matanya. "Kamu mau tau, kenapa aku menyukaimu? Karena kamu selalu melindungi setiap wanita. You are my hero ! I like it!" Kata-kata Rachel yang dulu kini mulai melintas di pikirannya. "Aku mencintaimu karena kamu adalah orang yang bertanggungjawab, penyayang dan bisa melindungiku dari segala macam mara bahaya yang ingin meleyapkanku." Kata-kata Monica yang sekarang berada dalam ingatannya. Tak hanya kata Rachel dan Monica, tapi pesan ibu Darwin juga melintas di pikirannya. "Darwin, ibu mohon sama kamu. Meskipun hati kamu terluka. Jangan pernah kamu menyakiti hati seorang wanita." Darwin terbangun. Nafasnya t
'Ya Tuhan, tatapan mereka benar-benar membuatku takut? Apa mereka akan mencecarku lagi atau mereka mau menasehatiku lagi? Ya Tuhan, andai mereka tau siapa aku sebenarnya, pasti mereka tak akan berani mencecarku lagi,' gumam batinnya seraya memaksa untuk tersenyum. Perlahan, ia mulai menarik tangannya agar terlepas dari genggaman suaminya. Kedua bola matanya mengerling saat Satria tersenyum dan tak melepas genggamannya tersebut. "Sayang, mereka melihat kita," ucap Rachel dengan lirih. "Selamat malam, Bu Rachel!" Rachel terkejut mendengarnya. Tatapan mereka yang semula tajam dengan raut wajah menakutkan kini berubah menjadi senyuman dengan penuh kehormatan. Ia seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. ***** "Darmi, sebenarnya ke mana mereka? Kenapa jam segini belum ada di rumah?" tanya Oma yang begitu nyaman dengan pijatan tangan mbok Darmi. "Trus, kenapa
Di kamar, Satria terkejut saat lampu kamarnya gelap gulita. Sesaat, ia teringat akan istrinya yang takut akan kegelapan. Tanpa banyak buang waktu, Satria mengambil ponselnya dan menerangi kamarnya. "Sayang, kamu di mana?" teriak Satria yang terus mencari istrinya di dalam kegelapan. Dengan langkah perlahan, Satria menyusuri setiap sudut kamarnya. "Kemana dia?" tanyanya menghela nafas panjang. "Apa kamu mencemaskanku?" tanya Rachel yang mendekapnya dari belakang. Satria menyeringai. Ia tak menyangka jika diam-diam istrinya mencoba mempermainkan dirinya. Satria membalikkan tubuhnya dan memandang wajah cantik istrinya yang terlihat dengan senter ponsel miliknya. Kedua matanya mengerling. Ia tersenyum tipis melihat belahan buah dada istrinya yang mengembul keluar dari baju tidur yang terbilang sangat sexy. Satria melempar ponselnya dan menyalakan saklar lampu yang tak jauh dari dirinya.
"Makannya di atur, ya, Chel. Takutnya, badan kamu membengkak lagi. Apalagi, jaman sekarang cowok suka milih-milih," tutur Monica yang membuat mental Rachel menjadi down. 'Apa itu benar? Bagaimana kalo tubuhku melebar karena hamil? Apa dia akan meninggalkanku?' gumam batin Rachel yang menatap suaminya yang begitu tampan. Satria menatap istrinya yang terlihat begitu takut dengan kata yang terlontar dari mulut kakaknya. Ia mendesah dengan mata yang memicing ke arah Monica. "Nggak usah nasehatin orang. Bengkak atau tidak, bagiku sama saja!" Perkataan Satria yang benar-benar membuat hati Rachel sedikit senang. Genggaman tangan suaminya membuat dirinya semakin kuat. Satria tersenyum memandang istrinya. Ia lega melihat senyum manis istrinya tertoreh kembali. "Sudah sudah! Sekarang giliran oma yang berbicara sama kalian. Mau nggak mau kalian nggak boleh protes atas apa yang kalian terima." Oma melirik Satria yang pergi akan t