'Ya Tuhan, tatapan mereka benar-benar membuatku takut? Apa mereka akan mencecarku lagi atau mereka mau menasehatiku lagi? Ya Tuhan, andai mereka tau siapa aku sebenarnya, pasti mereka tak akan berani mencecarku lagi,' gumam batinnya seraya memaksa untuk tersenyum.
Perlahan, ia mulai menarik tangannya agar terlepas dari genggaman suaminya.
Kedua bola matanya mengerling saat Satria tersenyum dan tak melepas genggamannya tersebut.
"Sayang, mereka melihat kita," ucap Rachel dengan lirih.
"Selamat malam, Bu Rachel!" Rachel terkejut mendengarnya.
Tatapan mereka yang semula tajam dengan raut wajah menakutkan kini berubah menjadi senyuman dengan penuh kehormatan.
Ia seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar.
*****
"Darmi, sebenarnya ke mana mereka? Kenapa jam segini belum ada di rumah?" tanya Oma yang begitu nyaman dengan pijatan tangan mbok Darmi.
"Trus, kenapa
Di kamar, Satria terkejut saat lampu kamarnya gelap gulita. Sesaat, ia teringat akan istrinya yang takut akan kegelapan. Tanpa banyak buang waktu, Satria mengambil ponselnya dan menerangi kamarnya. "Sayang, kamu di mana?" teriak Satria yang terus mencari istrinya di dalam kegelapan. Dengan langkah perlahan, Satria menyusuri setiap sudut kamarnya. "Kemana dia?" tanyanya menghela nafas panjang. "Apa kamu mencemaskanku?" tanya Rachel yang mendekapnya dari belakang. Satria menyeringai. Ia tak menyangka jika diam-diam istrinya mencoba mempermainkan dirinya. Satria membalikkan tubuhnya dan memandang wajah cantik istrinya yang terlihat dengan senter ponsel miliknya. Kedua matanya mengerling. Ia tersenyum tipis melihat belahan buah dada istrinya yang mengembul keluar dari baju tidur yang terbilang sangat sexy. Satria melempar ponselnya dan menyalakan saklar lampu yang tak jauh dari dirinya.
"Makannya di atur, ya, Chel. Takutnya, badan kamu membengkak lagi. Apalagi, jaman sekarang cowok suka milih-milih," tutur Monica yang membuat mental Rachel menjadi down. 'Apa itu benar? Bagaimana kalo tubuhku melebar karena hamil? Apa dia akan meninggalkanku?' gumam batin Rachel yang menatap suaminya yang begitu tampan. Satria menatap istrinya yang terlihat begitu takut dengan kata yang terlontar dari mulut kakaknya. Ia mendesah dengan mata yang memicing ke arah Monica. "Nggak usah nasehatin orang. Bengkak atau tidak, bagiku sama saja!" Perkataan Satria yang benar-benar membuat hati Rachel sedikit senang. Genggaman tangan suaminya membuat dirinya semakin kuat. Satria tersenyum memandang istrinya. Ia lega melihat senyum manis istrinya tertoreh kembali. "Sudah sudah! Sekarang giliran oma yang berbicara sama kalian. Mau nggak mau kalian nggak boleh protes atas apa yang kalian terima." Oma melirik Satria yang pergi akan t
"Oma, Satria kan udah bilang. Satria nggak usah!" bantah Satria. "Kalo kamu nggak mau terima, biar Rachel saja yang menerimanya. Dia juga tak kalah pintar sama kamu. Biar Rachel yang menjadi pimpinannya. Rachel, nanti kamu bisa langsung ke kantor, ya? Oma yakin, kamu punya potensi di bidang itu." Satria terbelalak kaget mendengarnya. Ia tak menyangka jika oma menyuruh istri tercintanya untuk kerja dalam kondisi hamil. "Satria nggak ijinin!" ucapan Satria mengejutkan semua. "Kenapa? Rachel pintar, cerdas dan bisa oma percaya!" ucap oma. Rachel mengerti akan alasan suaminya yang melarangnya. "Iya, Sat. Kasian juga, kalo istri kamu berdiam di rumah nggak ada kegiatan sama sekali," sahut mama Rita memberikan pendapat. "Kamu itu jangan egois! Kasian istri kamu," sahut Monica tiba-tiba. Satria mendesah sebal mendengarnya. "Biar kak Monica yang memimpin perusahaan oma. Itu keputusan Satria." Monica terkejut men
"Ada apa?" tanya Rachel penasaran. (Hahahahaha .... Datanglah ke sini, Satria Angkasa. Jika kamu tak mau kakak kamu kenapa-kenapa, turuti permintaanku yang kemarin!) 'Diego!' Satria terbelalak kaget. (Apa kau mendengarkanku?) "Kalo kau berani menyentuhnya, aku akan menghabisimu!" Perkataan Satria yang benar-benar membuat Rachel terkejut. (Aku tunggu, Satria Angkasa. Dan ingat! Jika ingin kakak kamu selamat, jangan coba-coba bawa polisi! Kamu tau kan, aku orangnya seperti apa.) Satria menghela nafas dan tak habis pikir tentang apa yang di lakukan oleh Diego padanya. 'Bisa-bisanya dia menjadikan kak Monica sebagai alat untuk memerasku,' gumam batin Satria seraya turun dari mobil, tanpa melirik istrinya yang sedari tadi ia acuhkan begitu saja. "Ada apa sebenarnya? Kenapa dia terlihat sangat marah? " tanya Rachel dalam hati yang sangat penasaran. "Kalo kau berani menyentuhnya, aku akan menghabisimu!" Perkataan
Rachel melirik suaminya yang benar-benar menuruti apa yang ia pinta. "Baiklah!" Kata-kata Satria benar-benar membuat Rachel terkejut bukan main. Ia benar-benar kesal melihat suaminya pergi begitu saja tanpa memikirkan perasaan yang ia rasakan. Sebelum menutup pintunya kembali, langkah Satria terhenti seraya menatap istrinya yang masih mengacuhkannya. "Wanita yang kamu maksud adalah kak Monica!" kata Satria yang membuat Rachel terkejut bukan main. "Aku pergi!" Satria menutup pintunya. "Wanita itu kak Monica? Jadi, aku cemburu pada kakak iparku sendiri? Ya Tuhan ...," kata Rachel yang merasa sangat bersalah pada suaminya. Tanpa banyak buang waktu, ia mengejar suaminya yang sudah jauh dari dirinya. "Nona boss? Nona boss mau ke mana?" tanya simbok menghentikan langkahnya. "Saya mau ...," kata Rachel melihat suaminya pergi. "Mbok, kenapa simbok menghadangku?" "Maaf, ya, Non. Sesuai
mata yang berkaca-kaca.Matahari pagi mulai menampakkan sedikit cahayanya. Kabut yang awalnya tebal, secara perlahan mulai menipis terkena sinar terangnya. Terdengar begitu jelas celotehan bayi kecil yang berusia tiga bulan. Junior Angkasa, putra dari satria angkasa dan rachel anastasya yang tumbuh menggemaskan. Kedua mata yang bulat, kedua pipi yang chubby, hidung mancung melekat di diri junior. Sesaat, kedua mata kecilnya menyipit ketika sang surya mengenai wajah tampannya. Jari jemari tangannya yang masih kecil, mencoba meraih wajah ayahnya yang masih tertidur pulas. Satria terkejut dan terbangun dari tidurnya. Ia menyeringai saat jagoan kecilnya tersenyum manis ke arahnya. "Jagoan papa sudah bangun?" tanya Satria memegang jari kecil junior dan mencium pipi tembem putranya. Suara khas junior begitu menggemaskan. Sampai-sampai satria tak berhenti tersenyum memandangi wajah tampan junior yang sebelas dua belas dengan dirinya. Ceklek
Laura?" tanya batin Satria seakan tak percaya."Satria?" tanya Laura dengan mata yang berkaca-kaca. Satria mengerling, terkejut saat laura memeluknya begitu erat. Dinda yang melihatnya hanya terdiam dan tak mampu menegak salivanya sendiri."Aku sangat merindukanmu, Sat!" kata laura terkejut saat satria melepas pelukannya.Laura heran, kenapa satria tiba-tiba melepas pelukannya. Dalam hati kecilnya seakan bertanya-tanya, 'apa dia tidak merindukanku lagi?'Tatapan Satria benar- benar membuatnya rindu."Kamu laura?" tanya Satria memastikan.Laura tersenyum, ia senang saat orang yang pernah ada di hatinya kini mulai mengingatnya kembali."Sat, dia memang mirip banget sama laura. Tapi, mana mungkin dia laura? Laura 'kan sudah meninggal?" bisik Dinda seraya melirik laura yang menyunggingkan senyumnya."Kalian tak percaya jika ini aku?" tanya Laura menunjukkan bekas goresan luka yang dulu pernah menyelamatkan Satria.
Seketika, hati laura seakan hancur berkeping-keping. Memori indah yang mulai muncul dan angan-angan untuk bersama Satria kini hanya kiasan saja.Dinda mulai menyipitkan matanya, ia penasaran saat melihat cincin manis melingkar di tangan kiri Laura."Laura, apa kamu sudah bertunangan?" tanya Dinda membuyarkan lamunannya.Perlahan, ia menurunkan tangannya. Ia tersenyum tipis menatap sahabatnya yang terlihat penasaran dengan kehidupannya selama ini."Tidak, aku hanya ingin memakai aksesoris saja di tanganku," ucapnya seraya menyunggingkan senyumnya."Benarkah?" tanya Dinda memastikan."Ya," jawabnya pasti.Entah kenapa, Dinda merasa ada yang di sembunyikan di balik senyum manis Laura.Satria menghampiri mereka yang terlihat asyik bercengkerama. Terlihat begitu jelas, raut wajah mereka penuh dengan kerinduan yang mendalam."Kenapa kalian?" tanya Satria mengejutkan mereka."Kepo banget jadi orang! By the wa