Di satu sisi, Darwin tak habis pikir jika apa yang ia bayangkan tak sesuai dengan kenyataan.
"Kenapa oma memberiku jabatan seperti ini? Bukankah dia bilang akan menjadikan aku pemilik perusahaan ini." Darwin kecewa, tangannya mengepal dan memukul meja kerja secara perlahan.
"Menjadi HRD dan Monica menjadi Manager trus apa yang harus aku banggakan di depan Satria?" gumamnya seorang diri. Ia mendesah, berdiri dan menopangkan kedua tangan di dada. Tatapannya memicing ke arah foto keluarga Angkasa yang terpasang di dinding ruang HRD tersebut.
***
"Nona boss, apa nggak sebaiknya nona boss istirahat saja? Nih, sudah sore lho, Non? Apalagi, sebentar lagi, pak Satria akan pulang!" tutur ibnu yang melihat atasannya tak merespon perkataannya. Kedua matanya berputar menatap ke arah teman-temannya yang menaikkan bahu secara bersamaan. Mereka mulai mencari alasan agar bossnya itu menyudahi permainan catur yang masih berlangsung saat ini.
"Iya, Non. A
Di tempat lain, Darwin terlihat begitu sumringah, setelah mendapat telepon."Kamu sudah melakukan hal yang terbaik. Aku akan segera melakukan apapun permintaan kamu." ("Aku pegang janji kamu!") Suara laki-laki yang merupakan partner Darwin untuk menjatuhkan Satria. "Tentu!" ucap Darwin mematikan ponselnya. Darwin tersenyum tipis. Ia tak menyangka jika kerjasamanya dengan musuh Satria sangatlah menguntungkan baginya. "Sebentar lagi, cepat atau lambat kamu akan kehilangan segalanya, Satria Angkasa. Ini baru awal kamu kehilangan satu tender, aku pastikan kamu akan merasakan bagaimana pahit kehidupan ini. Aku yakin, Rachel nggak akan mau jika kamu sudah tak memiliki apa-apa!" tuturnya sombong. Di rumah Rachel menunggu kepulangan suaminya. Ia tak berhenti mondar-mandir kesana kemari, hingga membuat kelima pengawalnya pusing melihatnya. "Nona boss, ngapain ya?" tanya Bayu mengernyit. "Masih nanya lagi. Ya nungguin pak Satrialah!
"Apa kamu akan menuruti apa yang aku mau?" tanya Rachel manja. "Selama aku bisa, aku akan menuruti semua yang kamu inginkan," jawab Satria membelai rambut indah istrinya itu. **** Darwin tersenyum senang. Ia berjalan menghampiri orang yang bekerja sama dengannya. "Darwin, akhirnya kamu datang juga!" ucap partner Darwin yang tak lain adalah Diego Armando. Mantan bos Darwin dulu, sebelum ia bekerja dengan Monica. "Pak Diego, bagaimana kabar anda?" tanya Darwin mengulurkan tangan untuk mantan bossnya itu. "Seperti yang kamu lihat. Duduklah!" "Terimakasih, Pak!" "Wah ...! Saya tak menyangka kamu bisa masuk ke keluarga itu," kata Diego yang begitu senang melihatnya. "Semua itu karna saran dari pak Diego, saya bisa dengan mudah masuk ke dalam keluarga itu." "Bagaimana? Apa kamu masih ingin melanjutkannya?" "Ya, kenapa tidak? Rasa saki
"Rachel, kamu bermalam di sini?" tanya Dinda tersenyum tipis menatap istri sahabatnya dari atas sampai bawah. "Iya," jawab Rachel menyapu rambutnya. "Oiya, by the way, mana Satria? Satu jam lagi, ada meeting dengan PT Jayatama. Tolong kamu beritahu dia, ya!" pinta Dinda. "Bu Dinda," ujar Agnes tiba-tiba. Salah satu staf kantor yang terkenal akan biang gosipnya. Ia terkejut, tercengang melihat ada wanita yang berada di ruang kerja atasannya. Kedua matanya tak berhenti memperhatikan wanita yang tak asing baginya. "Bukankah wanita ini?' tebak Agnes dalam hati dan terkejut saat ada tepukan keras mengenai bahunya. "Aduh! Bu Dinda, kenapa Ibu memukul saya?" protes Agnes memegang bahunya. "Kamu tuh, yang apa-apaan. Ngapain kamu liatin atasan kamu seperti itu," kata Dinda dengan nada yang tinggi. "Atasan?" tanya Agnes kaget. "Sudah-sudah, saya panggilkan pak Satria dulu, ya!" kata Rachel menutup pintu tersebut. Agnes ma
Semua staf tercengang melihat Rachel. "Kamu? Bukankah kamu cleaning servis itu, ya?" tanya Sofi menghampiri Rachel yang terdiam. "Iya, ngapain kamu di sini? Atau jangan-jangan dia yang ngambil data perusahaan dan menjualnya ke perusahaan lain. Iya, kan?" sahut lainnya. "Trus, kenapa kamu nggak pake seragam cleaning servis?" cecar Sofi memicing. Pertanyaan demi pertanyaan bertumpuk mencecar Rachel. Ia bingung harus menjawab apa. Ingin rasanya ia mengatakan kalo dirinya adalah istri atasan mereka. Tapi, ia tak mau mengambil keputusan tanpa persetujuan dari suaminya. "Kenapa diam?" ujar Sari penasaran. "Sudah-sudah, kalian apaan sih? Nggak usah mencecar dia kayak gitu. Bagaimana dia mau jawab kalo kalian bertanya terus tanpa henti," bela Farel. 'Apa aku harus mengatakan yang sejujurnya?' gumam batin Rachel menatap mereka yang terus menatapnya penasaran. "Ah, aku tau. Jangan-jangan kamu ke sini untuk menggoda pak Satr
'Kenapa kepalaku pusing seperti ini?' gumam Rachel dengan pandangan mata yang mulai buram. Gelap dan tak sadarkan diri "Bu Rachel," kata Doni spontan menangkap tubuh ideal atasannya itu. Satria yang turun dari mobil, terbelalak dan terkejut melihatnya. Bisa-bisanya, pengawal pribadinya berani memegang tubuh istrinya itu. "Doni ...," teriak Satria yang mengejutkan Doni. Doni mengerling. Ia bingung harus bagaimana menyikapi atasannya itu. 'Ingat! Aku tak mau ada yang menyentuh istriku, kecuali aku. Kalian hanya boleh mengawasinya, mengawalnya dan melindunginya. Ok!' kata-kata Satria yang dulu mulai melintas di pikiran Doni. 'Mati aku! Kenapa di saat seperti ini, Satria datang. Pasti, dia akan menghabisiku saat ini juga!' gumam batin Doni mengernyit saat melihat Satria menghampiri dirinya. Tatapannya, raut wajahnya yang terlihat kejam membuat Doni pasrah jika Satria akan menghabisi dirinya pada saat ini juga. "Kenapa
Darwin terbelalak kaget mendengarnya. Pilihan yang begitu sulit baginya untuk membuat Satria merasakan apa yang ia rasakan. "Apa aku salah menyimpan rasa ini padanya? Tapi, jika rencanaku berjalan dengan lancar. Apa Rachel mau menerimaku kembali?" Darwin menyandarkan kepala seraya memejamkan kedua matanya. "Kamu mau tau, kenapa aku menyukaimu? Karena kamu selalu melindungi setiap wanita. You are my hero ! I like it!" Kata-kata Rachel yang dulu kini mulai melintas di pikirannya. "Aku mencintaimu karena kamu adalah orang yang bertanggungjawab, penyayang dan bisa melindungiku dari segala macam mara bahaya yang ingin meleyapkanku." Kata-kata Monica yang sekarang berada dalam ingatannya. Tak hanya kata Rachel dan Monica, tapi pesan ibu Darwin juga melintas di pikirannya. "Darwin, ibu mohon sama kamu. Meskipun hati kamu terluka. Jangan pernah kamu menyakiti hati seorang wanita." Darwin terbangun. Nafasnya t
'Ya Tuhan, tatapan mereka benar-benar membuatku takut? Apa mereka akan mencecarku lagi atau mereka mau menasehatiku lagi? Ya Tuhan, andai mereka tau siapa aku sebenarnya, pasti mereka tak akan berani mencecarku lagi,' gumam batinnya seraya memaksa untuk tersenyum. Perlahan, ia mulai menarik tangannya agar terlepas dari genggaman suaminya. Kedua bola matanya mengerling saat Satria tersenyum dan tak melepas genggamannya tersebut. "Sayang, mereka melihat kita," ucap Rachel dengan lirih. "Selamat malam, Bu Rachel!" Rachel terkejut mendengarnya. Tatapan mereka yang semula tajam dengan raut wajah menakutkan kini berubah menjadi senyuman dengan penuh kehormatan. Ia seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. ***** "Darmi, sebenarnya ke mana mereka? Kenapa jam segini belum ada di rumah?" tanya Oma yang begitu nyaman dengan pijatan tangan mbok Darmi. "Trus, kenapa
Di kamar, Satria terkejut saat lampu kamarnya gelap gulita. Sesaat, ia teringat akan istrinya yang takut akan kegelapan. Tanpa banyak buang waktu, Satria mengambil ponselnya dan menerangi kamarnya. "Sayang, kamu di mana?" teriak Satria yang terus mencari istrinya di dalam kegelapan. Dengan langkah perlahan, Satria menyusuri setiap sudut kamarnya. "Kemana dia?" tanyanya menghela nafas panjang. "Apa kamu mencemaskanku?" tanya Rachel yang mendekapnya dari belakang. Satria menyeringai. Ia tak menyangka jika diam-diam istrinya mencoba mempermainkan dirinya. Satria membalikkan tubuhnya dan memandang wajah cantik istrinya yang terlihat dengan senter ponsel miliknya. Kedua matanya mengerling. Ia tersenyum tipis melihat belahan buah dada istrinya yang mengembul keluar dari baju tidur yang terbilang sangat sexy. Satria melempar ponselnya dan menyalakan saklar lampu yang tak jauh dari dirinya.
Kak Sakti calling ..."Ngapain pagi-pagi menelpon istri orang?" tanya batin Satria mendesah dan mulai mengangkat telepon dari Sakti.Dengan gayanya yang perfect, Satria menyilangkan kedua kakinya dan bersiap mendengar apa yang akan dibicarakan Sakti pada istrinya.(Rachel, apa Satria sudah berangkat? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak ada jawaban!) Perkataan Sakti membuat Satria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengernyit dan tak habis pikir jika Sakti benar-benar menghubungi dirinya."Sayang siapa?" tanya Rachel mengejutkan Satria.Rachel mengernyit menatap suaminya melempar ponsel miliknya di atas tempat tidur."Sayang, kenapa kamu melemparnya?" Rachel tak berhenti mengerjap saat suaminya berjalan mendekati dirinya."Bagaimana bisa ada nomor asing masuk ke nomor kamu? Apa kamu berusaha mengkhianatiku?" tanya Satria memicing dan terlihat seperti singa yang sedang marah."M
Rachel tak habis pikir jika suaminya akan membahas tentang masalah yang ia hadapi di depan semua orang. Ia menoleh ke arah oma yang terdiam dan memilih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.Maafkan Rachel, oma. Cucu oma terlalu jenius hingga aku tak bisa menyembunyikan rahasia ini! gumam hati Rachel.Sesaat, kedua mata Rachel mengerling menatap orang yang tersenyum manis ke arahnya."Kak Sakti?" tanya batin Rachel menyeringai.****"Ini sudah malam. Lebih baik oma pulang sekarang!" pinta Satria mencium punggung tangan sang Oma."Satria, maafkan oma, ya! Oma tak bermaksud membuat Rachel tertekan. Oma hanya tak mau saja semua orang bilang kalo kamu hanya dijadikan kacung olehnya. Sebagai seorang suami tidak wajib membawa anak dalam bekerja!" tutur oma menjelaskan alasannya.Satria menghela nafas panjang."Yang bilang Satria seperti itu hanya oma saja. Oma dengar 'kan? Tadi mereka bilang apa? Bahkan beberapa pihak agensi menginginkan j
Maafkan aku! Aku tak bisa menceritakannya sama kamu. Aku tak mau gara-gara aku, hubungan kamu dan oma menjadi renggang! gumam batin Rachel mengusap air matanya yang sempat terjatuh.Sejenak, sudut mata Satria mengerut melihat apa yang terjadi di layar ponselnya. Kata-kata oma terdengar begitu pedas dan melukai hati istrinya.Satria menoleh. Lagi dan lagi, istrinya menyembunyikan sesuatu hal yang seharusnya ia ketahui. Tanpa banyak buang waktu, Satria menghubungi Dinda untuk mengatur jadwal konferensi pers untuknya."Iya. Satu jam lagi, semuanya harus siap!" perintah Satria yang mengejutkan Rachel."Doni, kita langsung ke GM Grand!""Ok!" jawab Doni memutar arah.Rachel penasaran dan bingung dengan apa yang akan di lakukan suaminya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai meraih tangan Satria yang berdiam di sampingnya."Sayang, kita ngapain ke GM Grand? Bukankah kita mau ke rumah oma?" tanya Rachel penasaran."Kit
Akhirnya kamu pulang juga!" kata Doni mengejutkan Satria."Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada istri dan anakku?" tanya Satria penasaran."Aku juga tidak tau! Yang jelas, tadi oma datang ke sini dan terlihat seperti orang marah," tutur Doni yang membuat Satria terkejut."Marah?" tanya Satria mengernyit heran."Iya, dan aku lihat! Rachel dan junior menangis tiada henti saat oma pulang." Kata-kata Doni membuat Satria berpikir sejenak. Apa yang di katakan oma sehingga membuat Rachel dan putranya menangis.Apa oma menyudutkannya lagi? tanya batin Satria mendesah sebal. Sudut matanya mengerut menatap ke arah kamarnya. Wanita yang ia cintai duduk termenung menatap ke arah jendela. Tanpa banyak buang waktu, Satria bergegas masuk ke dalam rumah.Sesaat, langkah Satria terhenti melihat Bayu dan Fajar bermain dengan junior di teras rumahnya. Tawa kecil junior membuat rasa rindu Satria terobati."Selamat sore, Pak!" jawab mereka berdiri meny
Duduk! Oma ingin bicara sama kamu!" ketus oma yang mengejutkan Rachel.Kenapa oma terlihat begitu marah padaku? batin Rachel bertanya. Perlahan, ia mulai duduk tepat di depan sang oma. Tenggorokannya seakan kering dan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan sang oma membuatnya begitu takut."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oma memicing."Terjadi apa, Oma?" tanya Rachel bingung dan tak mengerti apa maksud sang Oma."Bagaimana bisa kamu berbohong padaku?" ucap Oma terlihat begitu emosi. Rachel terdiam dan mulai memikirkan sesuatu yang membuat sang oma marah kepadanya."Bondan, perlihatkan vidionya!" perintah Oma."Siap, Oma!" jawab Bondan memperlihatkan vidio Satria dan junior pada Rachel."Apa ada masalah di antara kalian? Sehingga kamu meninggalkan junior dan membiarkannya bersama Satria?" cecar Oma yang memang benar adanya.Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu menja
Rachel memicing dan yakin kalo suara itu adalah suara Laura.Laura? Ngapain dia ingin bertemu dengan suamiku? batin Rachel bertanya. Wajahnya yang cantik mulai muram mendengar suara orang yang membuat dirinya cemburu.Rachel, hilangkan rasa cemburu kamu ini. Kamu tau 'kan? Suami kamu tak mungkin melakukan hal yang menyakiti dirimu! gumam batin Rachel menarik nafas dalam-dalam."Rachel, nanti kita sambung lagi, ya! Ada klien yang datang," bisik Dinda berbohong."Iya," jawab Rachel seakan tak percaya kalo suara yang ia duga Laura adalah suara klien.Dinda menghela nafas panjang. Perlahan, ia meletakkan ponselnya seraya melirik Laura yang sedari tadi berdiri di depannya."Apa kamu sudah janji untuk bertemu dengannya?" tanya Dinda yang membuat Laura terkekeh."Kamu itu apa-apaan, sih, Din. Aku 'kan bukan orang lain," ujar Laura duduk di depan Dinda.Dinda menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut, kedua tangannya menopang di d
Keesokan harinya, Oma terperangah melihat Satria presentasi sambil menggendong junior."Apa-apaan ini? Kenapa cicit oma bisa ikut kerja? Bukankah kemarin, Junior berada di rumah?" ketus Oma marah."Bondan, kita ke rumah pak Satria sekarang!" perintah sang oma seraya menutup teleponnya."Berani-beraninya, dia membohongiku!" gumam oma memicing.Seperti biasa, Rachel mempersiapkan setelan jas untuk sang suami. Senyum manis mulai terpancar di raut wajah mereka. Pelukan hangat Satria membuat Rachel tak bisa melepaskannya."Apa aku boleh kerja?" tanya Satria yang masih mengenkan kimono. Dengan lembut, ia mencium pipi istrinya.Rachel menyeringai, secara spontan tangan kanannya terbiasa mencubit pinggang Satria."Kamu tuh, ya? Hobi banget menggodaku!" kata Rachel mencubit pinggang suaminya."Sayang, sakit!" keluh Satria kesakitan."Biarin! Habisnya, suka banget godain aku. Sudah tau, punya istri cemburuan. Trus aja diledeki
"Aku salah lagi menilainya? Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Tak seharusnya aku menuduh suamiku yang bukan-bukan!" gumamnya seraya menutup wajah cantiknya dengan kedua tangannya."Apa dia mau memaafkan aku?" kata Rachel membuka ponselnya. Jari jemari tangannya dengan cepat mencari kontak Satria. Tapi, ia terhenti saat rasa gengsi menghampiri dirinya."Masa' aku harus minta maaf? Dia juga salah. Tak seharusnya dia menangkap tubuh Laura seperti kemarin. Apa dia lupa jika jiwa dan raganya adalah milikku?" gumam Rachel yang masih saja cemburu buta."Tapi, apa yang di katakan Doni memang benar. Dia tak mungkin melakukannya! Kalo aku tidak minta maaf, yang ada aku juga tidak akan dengar dia untuk mengucapkan kata maaf. Apalagi, dia 'kan sangat kekeh dengan pendiriannya. Kalo dia nggak salah ia nggak mungkin meminta maaf," gumamnya cemberut.Drt ...Rachel melirik ke arah ponselnya. Kedua matanya mengerling saat Intan mengirimkan pesan untuknya.
Intan yang melihatnyapun terbelalak kaget. Ia seakan tak percaya melihat pemandangan yang mustahil terjadi pada atasannya itu. Kenapa pak Satria bawa junior? Ke mana Rachel? Apa dia sakit? batin Intan bertanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Senyum Dinda selalu tertoreh saat melihat junior ikut datang ke kantor. Wajahnya yang imut menggemaskan dengan senyum kecil indahnya membuat Dinda tak mau jauh dari Junior."Sat, biar aku gendong!" kata Dinda merentangkan kedua tangannya dan bersiap menggendong junior."Sayang, ikut aunty dulu, ya!" ucap Dinda yang terlihat begitu bahagia."Ini sudah siap semua?" tanya Satria membuka berkas-berkas yang tertumpuk di meja."Iya, kamu tinggal revisi saja!" jawab Dinda seraya memegang pipi chubby junior."Sayang, kamu ganteng banget, sih?"Sesaat, Dinda melirik Satria yang terdiam memikirkan sesuatu. Dengan hati-hati, ia mulai mempertanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya."Apa semua baik-baik saja? Ap