Kedua mata Satria tak berhenti berputar melihat kotak hitam yang membuatnya sangat penasaran.
Keningnya mengerut saat melihat tulisan yang tertera di kotak tersebut.
"Dasi?" tanyanya mengernyit.
Drt ... Drt ... Drt ...
Dengan cepat, Satria mengangkat telepon dari salah satu klien. Ia meletakkan kotak tersebut di meja dan meninggalkannya begitu saja.
Lain halnya dengan Rachel, ia terkejut, kedua matanya mengerling melihat rumah singgah oma yang terlihat biasa saja. Jauh dari kata mewah dan megah. Hanya rumah kecil dan asri yang saat ini oma tempati untuk istirahat.
"Ya sudah, kamu bawa saja mobilnya. Besok kamu ke sini bawa kue seperti kemarin! Oma istirahat dulu!" kata Oma membenarkan kacamatanya dan meninggalkan Rachel begitu saja.
"Tapi, Oma ...," ucapnya terhenti ketika oma menggerakkan tangan, mengkode agar dirinya segera pergi meninggalkan rumahnya.
*****
Sesampai di rumah, Rachel terkejut melih
"Kamu kirim semuanya melalui email, ya! Aku ada urusan," kata Satria mematikan ponselnya.Dengan cepat, ia mengejar Rachel yang terlihat marah karena dirinya.'Menyebalkan! Bisa-bisanya tuh cewek selalu menghubungi dia?' ucap batin Rachel dengan nafas yang menggebu. Bibirnya manyun, kedua matanya memerah menatap suaminya yang mulai membuka pintu kamarnya.Sesaat, ia memalingkan wajah cantiknya ketika Satria datang menghampirinya.Dengan langkah hati-hati, Satria berdiri di depan Rachel. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada istrinya. Pergi dan marah tanpa sebab yang jelas."Ada apa?" tanya Satria."Kenapa? Nggak ada apa-apa," ujar Rachel tak sedikitpun menatap ke arah Satria."Kenapa kamu pergi begitu saja? Bukankah ada hal yang ingin kamu bicarakan kepadaku?" tanya Satria terus menekan Rachel agar mau berterus terang kepadanya."Nggak jadi. Lagian, nggak penting juga. Udah, sana! Urus pekerjaan kamu dengan sekertaris kamu itu! Ak
Ya, kemungkinan lusa kami akan adakan acara resepsi itu," ujar Rachel yang membuat Satria mengerling mendengarnya.Hati Bryan seakan hancur berkeping-keping. Di saat ia mulai merasakan jatuh cinta yang sebenarnya, kini harus musnah begitu saja. Melihat keromantisan sepasang pengantin baru yang seharusnya tak ingin ia ketahui."Kebetulan kamu ke sini, sekalian kita makan bersama," ajak Satria duduk seraya memegang tangan istrinya dengan erat.'Heh, bisa-bisanya dia menikungku. Mengambil wanita yang aku cintai," gumam batin Bryan memicingkan matanya ke arah Satria.Satria tau dengan apa yang di pikirkan oleh kliennya itu. Dengan sengaja, ia tak mungkin melepas tangannya begitu saja di hadapan Bryan.Ia sangat puas melihat Bryan si cowok playboy kelas kakap itu cemburu akan kemesraan yang ia lakukan bersama Rachel.Hati Bryan seakan terbakar melihat kemesraan mereka berdua.Drt ... Drt ...Handphone Bryan bergetar. Kedua matan
Senyum manisnya benar-benar membuat hati Satria meleleh. Hati mereka berdesir hebat secara bersamaan. "Jangan tersenyum!" ucap Satria yang membuat senyum Rachel memudar. "Kenapa?" "Hatiku semakin berdebar melihat senyum kamu ini." Perkataan Satria benar-benar membuat Rachel tak percaya dengan apa yang ia dengar. Deg deg Hati Rachel berdesir begitu hebat dan seakan-akan melebihi kapasitas di dalam tubuhnya. Kedua matanya mengerling dan berbinar. Ia tak menyangka kata-kata manis itu terlontar dari mulut suaminya. Cowok angkuh, jutek, dingin itu mampu berkata manis dan menyejukkan hati kecilnya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Satria tersenyum tipis dan tangannmencoba melepaskanya. "Apa ini kenyataan?" tanya Rachel yang tak melepaskan tangan suaminya. Kedua mata Satria mengerling melihat istrinya yang terlihat tak mau jauh darinya. "Apa aku harus mencubit pipimu dulu agar
"Mbak Ayunda, Mbak Ayunda tidak0 tau kalo pak Satria sudah menikah?" tanya satpam itu menatap Ayunda mengernyit."Yang di bonceng sama pak Satria itu adalah istrinya." "What?" jawab mereka serempak. "Iya, Mbak. Yang tadi itu istrinya, kalo nggak salah namanya mbak Rachel. Iya, mbak Rachel namanya." "Pak, Bapak percaya kalo mereka sudah menikah? Kalo mereka sudah menikah, pastinya Satria akan mengadakan pesta besar-besaran. Tapi, buktinya nggak ada kan?"gerutu Ayunda ngeyel. "Sudahlah, mungkin mereka sudah menikah. Kita harus terima kenyataan ini," lirih Bryan memegang tangan Ayunda. "Tapi ...." "Menikah atau tidak, pernikahan asli ataupun palsu, kita akan mendapatkan apa yang kita mau. Percaya sama aku," kata Bryan dengan nada rendah. Ayunda terdiam. Hati kecilnya terasa teriris-iris mendengar kalo pernikahan Satria bukan sandiwara seperti apa yang ia pikirkan. "Makasih, ya, Pak atas informasinya. Mungkin Satria in
Senyum tipisnya benar-benar membuat Rachel tak mampu membantah akan permintaannya. 'Tenang Rachel tenang, itu sudah menjadi kewajibanmu untuk melayaninya. Suka atau tidak, cinta atau tidak, siap atau tidak kamu harus melakukannya. Ingat pesan mama, belajarlah untuk menerimanya. Lagian, nggak apa juga kan? Jika aku menuruti keinginannya?" gumam Rachel mengatur nafasnya dalam-dalam. Jari jemarinya tak berhenti bergerak mengimbangi detak jantungnya yang berdetak begitu kencang. Suara detakan jarum jam mengiringi suasana sunyi di malam ini. Sesaat, Satria berjalan menghampiri Rachel yang sudah berbaring di tempat tidur membelakangi dirinya. Tanpa sepengetahuan Satria, Rachel tak berhenti mengerjap. Ia selalu mengatur nafasnya dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Kedua mata indahnya terbelalak kaget saat ada gerakan yang tiba-tiba menggerakkan tempat tidurnya. 'Apa dia sudah kembali?' tanya batin Rachel mengerling saat tangan kekar berbulu me
Satria menyeringai. Ia sangat menyukai ekspresi istrinya yang begitu menggemaskan. "Karena kamu adalah milikku." Satria memegang dagu istrinya. "Dan aku tak akan membiarkan siapapun menyentuh apa yang aku miliki saat ini. Tubuh ini dan hati ini," tunjuk Satria tepat di belahan dada istrinya yang tertutup kaos putih. Tatapan lembut dan senyum tipis tertoreh di wajah Rachel. "Kamu ini bicara apa? Kenapa kamu bicara, seakan-akan, aku mudah disentuh orang lain. Emang aku wanita apaan?" gumam Rachel dengan bibir manyunnya. Satria menyeringai menatap wajah cantik istrinya. "Kamu tau, Siapa orang yang berani menyentuh tubuhku ini?" tanya Rachel yang membuat senyum Satria memudar. Wajah jutek yang dari semalam menghilang kini muncul kembali di dirinya. "Siapa?" Pikiran Satria seakan melayang mencari siapa orang yang berani menyentuh tubuh istrinya selain dirinya. "Kamu," jawab Rachel yang membuat hati Satria sangat lega.
Satria hanya melirik Dinda yang mulai duduk di depannya. Jari jemari tangannya tak berhenti memilah-milah beberapa lembaran yang menumpuk di hadapannya. "Daripada ngoceh tak jelas seperti itu, mendingan bantu aku merevisi semua laporan ini," ucap Satria melempar beberapa berkas di meja. "Beres! Oiya, Sat. Aku baru tau, kalo Oma sangat peduli banget sama kamu." Senyum Dinda memudar saat Satria tak merespon kata-katanya. Dinda hanya mendesah sebal, lagi dan lagi dia harus kecewa dengan sikap jutek sahabatnya itu. "Sat, kamu kan sekarang sudah menikah, hilangkanlah sifat jutekmu itu. Aku nggak bisa bayangin, nasib istri kamu jika berhadapan dengan suami kayak kamu," lirik Dinda yang masih saja tak mendapat respon dari Satria. Dinda menghela nafas panjang. 'Bener-bener nih, orang. Jika urusan pekerjaan, meskipun suaraku seperti petir menyambar tetap saja ia tak mendengarkannya,' gerutunya dalam hati dan mulai membuka beberapa berkas
"Apa?" tanya Satria penasaran. "Aku di suruh membeli makanan yang berbungkus daun pisang," kata Rachel. "Daun pisang?" "Heem, kata oma di restauran ini makanannya bisa dibungkus pakai daun pisang. Tapi, aku tanya pihak restauran nggak pernah membungkus dengan daun pisang. Masa' iya, panas-panas seperti ini aku harus ke pasar?" Satria terdiam. Ia menatap wajah cantik istrinya yang terlihat begitu lelah.'Apa dia membuat oma marah? Sampai-sampai oma menyuruhnya untuk membeli makanan yang di bungkus dengan daun pisang,' kata batin Satria seraya melirik istrinya yang tiada henti mengipaskan tangan ke arah wajah cantik nan menawan. Sejenak, Rachel terkejut saat Satria menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam restauran itu kembali. Rachel terkejut saat melihat pelayanan seorang waiters pada suaminya. Ramah dan santun, itulah yang tersirat di wajah kedua waiters tersebut. Mereka melayani Satria sangat ramah di bandingkan de
Kak Sakti calling ..."Ngapain pagi-pagi menelpon istri orang?" tanya batin Satria mendesah dan mulai mengangkat telepon dari Sakti.Dengan gayanya yang perfect, Satria menyilangkan kedua kakinya dan bersiap mendengar apa yang akan dibicarakan Sakti pada istrinya.(Rachel, apa Satria sudah berangkat? Aku sudah mencoba menghubunginya tapi tidak ada jawaban!) Perkataan Sakti membuat Satria mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia mengernyit dan tak habis pikir jika Sakti benar-benar menghubungi dirinya."Sayang siapa?" tanya Rachel mengejutkan Satria.Rachel mengernyit menatap suaminya melempar ponsel miliknya di atas tempat tidur."Sayang, kenapa kamu melemparnya?" Rachel tak berhenti mengerjap saat suaminya berjalan mendekati dirinya."Bagaimana bisa ada nomor asing masuk ke nomor kamu? Apa kamu berusaha mengkhianatiku?" tanya Satria memicing dan terlihat seperti singa yang sedang marah."M
Rachel tak habis pikir jika suaminya akan membahas tentang masalah yang ia hadapi di depan semua orang. Ia menoleh ke arah oma yang terdiam dan memilih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.Maafkan Rachel, oma. Cucu oma terlalu jenius hingga aku tak bisa menyembunyikan rahasia ini! gumam hati Rachel.Sesaat, kedua mata Rachel mengerling menatap orang yang tersenyum manis ke arahnya."Kak Sakti?" tanya batin Rachel menyeringai.****"Ini sudah malam. Lebih baik oma pulang sekarang!" pinta Satria mencium punggung tangan sang Oma."Satria, maafkan oma, ya! Oma tak bermaksud membuat Rachel tertekan. Oma hanya tak mau saja semua orang bilang kalo kamu hanya dijadikan kacung olehnya. Sebagai seorang suami tidak wajib membawa anak dalam bekerja!" tutur oma menjelaskan alasannya.Satria menghela nafas panjang."Yang bilang Satria seperti itu hanya oma saja. Oma dengar 'kan? Tadi mereka bilang apa? Bahkan beberapa pihak agensi menginginkan j
Maafkan aku! Aku tak bisa menceritakannya sama kamu. Aku tak mau gara-gara aku, hubungan kamu dan oma menjadi renggang! gumam batin Rachel mengusap air matanya yang sempat terjatuh.Sejenak, sudut mata Satria mengerut melihat apa yang terjadi di layar ponselnya. Kata-kata oma terdengar begitu pedas dan melukai hati istrinya.Satria menoleh. Lagi dan lagi, istrinya menyembunyikan sesuatu hal yang seharusnya ia ketahui. Tanpa banyak buang waktu, Satria menghubungi Dinda untuk mengatur jadwal konferensi pers untuknya."Iya. Satu jam lagi, semuanya harus siap!" perintah Satria yang mengejutkan Rachel."Doni, kita langsung ke GM Grand!""Ok!" jawab Doni memutar arah.Rachel penasaran dan bingung dengan apa yang akan di lakukan suaminya. Perlahan, jari jemari tangannya mulai meraih tangan Satria yang berdiam di sampingnya."Sayang, kita ngapain ke GM Grand? Bukankah kita mau ke rumah oma?" tanya Rachel penasaran."Kit
Akhirnya kamu pulang juga!" kata Doni mengejutkan Satria."Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada istri dan anakku?" tanya Satria penasaran."Aku juga tidak tau! Yang jelas, tadi oma datang ke sini dan terlihat seperti orang marah," tutur Doni yang membuat Satria terkejut."Marah?" tanya Satria mengernyit heran."Iya, dan aku lihat! Rachel dan junior menangis tiada henti saat oma pulang." Kata-kata Doni membuat Satria berpikir sejenak. Apa yang di katakan oma sehingga membuat Rachel dan putranya menangis.Apa oma menyudutkannya lagi? tanya batin Satria mendesah sebal. Sudut matanya mengerut menatap ke arah kamarnya. Wanita yang ia cintai duduk termenung menatap ke arah jendela. Tanpa banyak buang waktu, Satria bergegas masuk ke dalam rumah.Sesaat, langkah Satria terhenti melihat Bayu dan Fajar bermain dengan junior di teras rumahnya. Tawa kecil junior membuat rasa rindu Satria terobati."Selamat sore, Pak!" jawab mereka berdiri meny
Duduk! Oma ingin bicara sama kamu!" ketus oma yang mengejutkan Rachel.Kenapa oma terlihat begitu marah padaku? batin Rachel bertanya. Perlahan, ia mulai duduk tepat di depan sang oma. Tenggorokannya seakan kering dan tak mampu menegak salivanya sendiri. Tatapan sang oma membuatnya begitu takut."Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oma memicing."Terjadi apa, Oma?" tanya Rachel bingung dan tak mengerti apa maksud sang Oma."Bagaimana bisa kamu berbohong padaku?" ucap Oma terlihat begitu emosi. Rachel terdiam dan mulai memikirkan sesuatu yang membuat sang oma marah kepadanya."Bondan, perlihatkan vidionya!" perintah Oma."Siap, Oma!" jawab Bondan memperlihatkan vidio Satria dan junior pada Rachel."Apa ada masalah di antara kalian? Sehingga kamu meninggalkan junior dan membiarkannya bersama Satria?" cecar Oma yang memang benar adanya.Rachel seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Mulutnya seakan terkunci dan tak mampu menja
Rachel memicing dan yakin kalo suara itu adalah suara Laura.Laura? Ngapain dia ingin bertemu dengan suamiku? batin Rachel bertanya. Wajahnya yang cantik mulai muram mendengar suara orang yang membuat dirinya cemburu.Rachel, hilangkan rasa cemburu kamu ini. Kamu tau 'kan? Suami kamu tak mungkin melakukan hal yang menyakiti dirimu! gumam batin Rachel menarik nafas dalam-dalam."Rachel, nanti kita sambung lagi, ya! Ada klien yang datang," bisik Dinda berbohong."Iya," jawab Rachel seakan tak percaya kalo suara yang ia duga Laura adalah suara klien.Dinda menghela nafas panjang. Perlahan, ia meletakkan ponselnya seraya melirik Laura yang sedari tadi berdiri di depannya."Apa kamu sudah janji untuk bertemu dengannya?" tanya Dinda yang membuat Laura terkekeh."Kamu itu apa-apaan, sih, Din. Aku 'kan bukan orang lain," ujar Laura duduk di depan Dinda.Dinda menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut, kedua tangannya menopang di d
Keesokan harinya, Oma terperangah melihat Satria presentasi sambil menggendong junior."Apa-apaan ini? Kenapa cicit oma bisa ikut kerja? Bukankah kemarin, Junior berada di rumah?" ketus Oma marah."Bondan, kita ke rumah pak Satria sekarang!" perintah sang oma seraya menutup teleponnya."Berani-beraninya, dia membohongiku!" gumam oma memicing.Seperti biasa, Rachel mempersiapkan setelan jas untuk sang suami. Senyum manis mulai terpancar di raut wajah mereka. Pelukan hangat Satria membuat Rachel tak bisa melepaskannya."Apa aku boleh kerja?" tanya Satria yang masih mengenkan kimono. Dengan lembut, ia mencium pipi istrinya.Rachel menyeringai, secara spontan tangan kanannya terbiasa mencubit pinggang Satria."Kamu tuh, ya? Hobi banget menggodaku!" kata Rachel mencubit pinggang suaminya."Sayang, sakit!" keluh Satria kesakitan."Biarin! Habisnya, suka banget godain aku. Sudah tau, punya istri cemburuan. Trus aja diledeki
"Aku salah lagi menilainya? Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Tak seharusnya aku menuduh suamiku yang bukan-bukan!" gumamnya seraya menutup wajah cantiknya dengan kedua tangannya."Apa dia mau memaafkan aku?" kata Rachel membuka ponselnya. Jari jemari tangannya dengan cepat mencari kontak Satria. Tapi, ia terhenti saat rasa gengsi menghampiri dirinya."Masa' aku harus minta maaf? Dia juga salah. Tak seharusnya dia menangkap tubuh Laura seperti kemarin. Apa dia lupa jika jiwa dan raganya adalah milikku?" gumam Rachel yang masih saja cemburu buta."Tapi, apa yang di katakan Doni memang benar. Dia tak mungkin melakukannya! Kalo aku tidak minta maaf, yang ada aku juga tidak akan dengar dia untuk mengucapkan kata maaf. Apalagi, dia 'kan sangat kekeh dengan pendiriannya. Kalo dia nggak salah ia nggak mungkin meminta maaf," gumamnya cemberut.Drt ...Rachel melirik ke arah ponselnya. Kedua matanya mengerling saat Intan mengirimkan pesan untuknya.
Intan yang melihatnyapun terbelalak kaget. Ia seakan tak percaya melihat pemandangan yang mustahil terjadi pada atasannya itu. Kenapa pak Satria bawa junior? Ke mana Rachel? Apa dia sakit? batin Intan bertanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.Senyum Dinda selalu tertoreh saat melihat junior ikut datang ke kantor. Wajahnya yang imut menggemaskan dengan senyum kecil indahnya membuat Dinda tak mau jauh dari Junior."Sat, biar aku gendong!" kata Dinda merentangkan kedua tangannya dan bersiap menggendong junior."Sayang, ikut aunty dulu, ya!" ucap Dinda yang terlihat begitu bahagia."Ini sudah siap semua?" tanya Satria membuka berkas-berkas yang tertumpuk di meja."Iya, kamu tinggal revisi saja!" jawab Dinda seraya memegang pipi chubby junior."Sayang, kamu ganteng banget, sih?"Sesaat, Dinda melirik Satria yang terdiam memikirkan sesuatu. Dengan hati-hati, ia mulai mempertanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya."Apa semua baik-baik saja? Ap