Share

* 5 *

Author: KOMALA
last update Last Updated: 2025-03-03 15:58:11

Aku yang sama terkejutnya hanya bisa mematung diam.

“Ma, maaf.” gugup Nia seraya melepaskan diri dari lengan kekar Sam yang menahannya.

Aku ikut gelagapan dan refleks berjongkok sembari menunduk memunguti berkas-berkas yang berserakan di lantai, tak berani menengadah menatap ekspresi Sam yang masih berdiri tanpa mencoba membantuku memunguti berkas-berkasnya.

“Oh ayolah, ini bukan drama Korea! Kenapa aku harus berpikir Sam yang adalah CEO ikut membantu memunguti berkas yang berceceran di lantai?” protesku pada pikiran kotorku sendiri. “Lagian kalaupun ini kisah drama, pemerannya utamanya jelas bukan aku sekarang, melainkan Sam dan Nia!” pikirku yang juga adalah pikiran gila! Sementara aku bisa memahami Nia yang hanya mematung dengan tertunduk, tanpa melakukan apapun. Dia tampak terlalu memaksakan diri untuk tampil all out hingga nekat mengenakan high heels yang belum terbiasa dipakainya. Dia pasti akan kehilangan keseimbangan dan tampak memalukan jika memaksakan diri berjongkok dan ikut memunguti kertas-kertas di lantai dengan sepatu hak tinggi dan rok span pendeknya!

Aku berdiri dengan semua kertas yang sudah kuambil dan kuserahkan kepada Nia.

“Terimakasih banyak.” gumamnya pelan seraya mengernyit tampak tak enak hati.

“Santai.” ucapku menenangkannya. Kulihat wajah Sam, dia menatapku aneh. Dan aku menundukkan kepala seraya tersenyum berusaha mencairkan suasana. “Kupikir Bapak belum datang. Maaf kami datang terlambat!”

“Tidak terlambat, ini masih setengah jam lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan.” Jawab Sam.

“Oh ia, Pak! Perkenalkan ini Nia, staff invoice pengganti Mba Yuni.” ujarku memperkenalkan. Ini memang kali pertama Nia bertemu Sam secara langsung, setelah sebelumnya mungkin Nia hanya melihat Sam saat dia lewat atau datang ke ruang Divisi AR&Invoicing.

“Mohon bantuan dan kerjasamanya!” ucap Nia seraya membungkuk sopan.

“Oke, Nia! Selamat bergabung dengan perusahaan, semoga kedepannya kita bisa memajukan perusahaan menjadi lebih baik dan semakin baik.” kata Sam, yang sontak membuat ekspresi wajah Nia sumringah dan bersemangat. “Kalian bisa menunggu di dalam!” ujarnya, lantas bergegas meninggalkan kami yang masih merasa canggung.

“Seharusnya kau menggunakan sepatu yang nyaman!” protesku pada Nia saat kami masuk ke ruang meeting.

“Maaf.” ucapnya merasa bersalah. Padahal entah siapa yang benar-benar salah. Ini lebih ke terasa lucu bagi kami, hingga kami bahkan bisa menertawakannya bersama setiap kami berdua mengingat dan membahasnya.

***

Saat itu meeting dengan klien berjalan lancar, dan kami keluar dengan sumringah mengikuti Sam yang berjalan lebih dulu menuju basement kantor. Sampai tiba-tiba Sam berheti saat aku dan Nia berada beberapa langkah di belakangnya! Aku yang tahu Sam berhenti refleks ikut menghentikan langkahku, namun tidak dengan Nia! Entah dia tengah melamun atau memang sangat gugup di dekat Sam sampai tidak menyadari langkah Sam yang terhenti dan terus saja melaju hingga akhirnya menubruk punggung Sam cukup keras sampai-sampai ada cetakan bibir merah di kemeja putih Sam yang tak lain adalah transfer dari lipstick yang dipakai Nia di bibirnya.

“Ma, maaf pak. Aku ceroboh karena tidak memahami aba-aba Pak Sam saat akan berhenti melangkah, tolong maafkan saya!” mohon Nia yang malah terdengar aneh di telingaku.

Permohonan maaf sekaligus protes! Tentu saja, Sam memang tidak memberikan aba-aba atau tanda-tanda saat akan berhenti hingga Nia menabraknya. Tapi caranya minta maaf sungguh cerdik, perkataannya secara tidak langsung adalah menyalahkan Sam karena berhenti mendadak. Aku ingin tertawa mendengarnya, lebih ingin terbahak lagi saat aku meliat cap bibir merah yang Nia gambar di punggung kemeja putih Sam. Tapi aku menahannya!

“No problem.” jawab Sam santai. Dia belum tau ada cap bibir merah di punggung kamejanya.

Dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku berniat untuk memberitahunya, tapi Nia terus menatapku dengan tatapan memohon agar aku tetap diam. Dan akupun diam. Siapa yang tahu bahwa ternyata itu adalah kesalahan fatal!

“Kalian langsung pulang?” tanya Sam seraya menatapku.

“Kita mau makan.”  jawab Nia cepat.

“Oh ya?’’ Sam Kembali menatapku untuk memastikan. Dan aku tersenyum mengiyakan, karena tidak tahu harus mengatakan apa untuk refleks menjawab Nia yang sangat cepat. “Mau makan apa?” tanya Sam lagi-lagi melihatku.

“Kita berencana makan di restoran seberang jalan depan.” lagi-lagi Nia menyela dengan cepat.

Sam masih menatapku seolah menunggu jawaban dariku dan tak bereaksi terhadap perkataan Nia. Segera aku mengangguk seraya tersenyum lebar.

“Okay, mari kita makan bersama.” ajak Sam, nada bicaranya terdengar santai. Dia naik ke mobilnya yang memang dikemudikannya sendiri tanpa sopir, sementara aku dan Nia naik ke mobil operasonal kantor yang dikemudian Pak Satrio yang merupakan driver kantor untuk operasional staff.

Sampai akhirnya kami berempat, aku, Nia, Sam, dan Pak Satrio menempati salah satu meja di restoran yang dikatakan Nia. Sepertinya sudah sejak awal Nia melihat dan membayangkan makan di restoran ini. Dan sekarang dia senyam-senyum sendiri seperti anak kecil yang kegirangan dikasih permen. Tak lama pelayan datang dan memberikan buku menu. Setelah melihat-lihat kami mulai menyebutkan pesanan yang kemudian dicatat oleh pelayan restoran.

“Aku mau salad dan espresso.” pesan Nia yang membuatku terbelalak! Saat aku, Sam dan Pak Satrio memesan makanan berat berupa nasi dan lauk pauk, dia memesan salad dan espresso? Rasanya aku ingin tertawa. Nia sungguh aneh. Sepertinya dia tidak bercanda saat mengatakan bahwa dia gugup jika berada di dekat Sam.

Pelayan berlalu setelah mencatat pesanan dan memastikannya. Pak Satrio juga meminta iijin ke toilet. Dan aku yang lelah karena terus menahan tawa, kemudian memutuskan meminta ijin ke mobil sebentar untuk sekadar bernapas bebas sejenak, dengan beralasan ada barang yang tertinggal dan perlu kuambil. Tapi saat di pintu keluar aku berpapasan dengan seorang wanita cantik dengan penampilan mewah yang dari ujung rambut sampai ujung kaki mengenakan barang branded dan mahal. Bahkan wangi parfumnya tercium elegan dan mahal. Aku melirik sekilas, dan mengenyit. Dia tampak tidak asing, namun aku tidak tahu di mana pastinya aku pernah melihatnya. Sampai tiba-tiba terdengar teriakan histeris seorang wanita yang refleks menghentikan langkahku dan menoleh cepat ke sumber suara.

“Mas!” teriak wanita yang tadi berpapasan denganku, dan aku terbelalak saat wanita itu berteriak pada Sam.

Aku ingat! Dia Camelia, istri Sam! Bahkan potret cantiknya ada di meja kerja Sam di kantor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 6 *

    “Jadi ini alasan Mas mengijinkan aku tetap di London? Mas punya wanita lain?” teriak Camelia marah seraya menunjuk Nia yang mengkerut kaget dan ketakutan di kursinya.“Camel?! Kau sudah pulang?!” tanya Sam terlihat terkejut.“Ia aku pulang! Kenapa?! Terkejut karena akhirnya aku memergokimu?!” histeris Camelia. "Aku pulang untuk memberimu kejutan, Mas! Tak kusangka aku yang malah kemudian menerima kejutan darimu!" tuding Camelia.“Tenanglah sayang!” pinta Sam, seraya meraih lengan istrinya dan menariknya lembut agar duduk di kursi. Tapi dengan kasar Camelia menepiskannya.“Dengarkan aku dulu!” pinta Sam berusaha bersabar. “Dia Nia, staff invoice di kantor. Kami baru selesai meeting dengan klien di kantor sebrang jalan depan sana!” Tutur Sam. Dia terlihat tenang dan mengagumkan. Bahkan Ketika istrinya histeris di tempat ramai, dia masih bisa tenang dan lembut terhadap istrinya.“Pikirmu aku percaya?”“Duduklah dulu! Kamu sudah makan?” tanya Sam masih terdengar lembut.“Mas pikir aku mas

    Last Updated : 2025-03-03
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 7 *

    Aku sampai di depan rumah tepat pukul 8 malam. Setelah membayar ongkos taxi, aku segera masuk ke dalam rumah dengan kunci yang memang biasa kubawa. Baik aku maupun Ben, suamiku, sama-sama memegang kunci rumah masing-masing sehingga kita tidak perlu saling menunggu satu sama lain saat masing-masing dari kita ada keperluan di luar rumah. Se-fleksible itu hubunganku dengan Ben. Di tahun ke-5 pernikahan kita, sudah jarang kita bertengkar meributkan hal yang spele, rasa saling percaya tertanam begitu saja seiring waktu kebersamaan kami tanpa kompromi.Hal pertama yang kuperiksa adalah kamar Kayas, putriku, terlihat dia tidur dengan lelap. Dan aku keluar setelah mencium keningnya. Lantas aku ke kamar, kulihat Ben sedang serius di meja kerjanya dengan laptop yang menyala menampilkan sederet cerita yang enggan kubaca saat ini.“Hai sayang!” sapaku, seraya memeluknya dari belakang.Ben terlonjak kaget, rupanya dia tengah sangat serius dengan cerita garapannya sampai-sampai tidak menyadari keda

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 8 *

    Postingan Sam terasa agak ambigu di kepalaku. Kulihat Nia dan beberapa orang lainnya me-like postingan Sam. Kemudian ada Camelia berkomentar. "Wait 3 days more, forever we will be together.”Sam tidak bereaksi. Tidak membalas komentar Camelia atau me-like komentarnya. Bisa jadi mereka lanjut bertelepon atau video call. Tapi sungguh aku tak yakin. Postingan Sam bisa tertuju pada siapapun, dan beberapa perempuan bahkan bisa ge-er karenanya. Seperti Camelia yang merasa itu untuknya. Bisa jadi Nia juga merasa itu tertuju padanya. Namun tidak seperti Camelia yang merupakan istri sah dan bisa berkomentar bebas di akun Sam, Nia yang hanya istri simpanan tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Semua perasaannya baik senang maupun sedih. Berdebar dan rindu. Dia hanya bisa menahan dan menyimpannya sendiri sampai waktu yang memungkinkan untuk dia menyatakannya. Dan yang lebih aneh adalah, aku merasa status Sam bahkan ditujukan untukku! Heyyyyy....kenapa kepalaku jadi bodoh sejak melih

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 9 *

    Aku terhenyak, segera menegakkan tubuh! “Hah?” tanyaku bingung. Aku tahu Sam, dia adalah CEO di kantor yang terkenal tampan dan jadi bahan gosipan cewek-cewek kantor. “Maksudnya?”“Kamu hamil?” ulang Sam.“Tidak.” jawabku cepat. “Aku belum menikah.” terangku.Aku tidak berpikir apapun saat Sam menanyakannya. Hanya khawatir dia salah mengira aku memalsukan status saat melamar kerja ke perusahaannya. Jelas tercantum bahwa salah satu syarat perekrutannya dahulu itu adalah belum menikah. Sementara belum genap satu bulan aku bekerja di perusahaan yang dipimpin Sam. selain itu, ini kali pertama aku berhadapan langsung dengan sang CEO tampan yang selama ini kulihat selintas-selintas saja secara kebetulan. Dan memang dia amat sangat rupawan!“Kamu mengelus-elus perut seolah memiliki bayi di dalamnya.” ujar Sam cuek seraya bersandar di dinding dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.“Maaf, sebenarnya saya hanya kekenyangan. Sedari tadi saya terus mencicipi hidangan yang tersedia di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 10 *

    “Maaf, jadi ini akan kau hadiahkan untuk pacarmu?” tanyaku tak enak hati. Aku sebaiknya tidak memakainya.” ujarku tidak nyaman seraya hendak membukanya. Namun lengan Ben menahan lenganku dengan pandangan lembut dan senyumnya dan hangat.“Sudah kau pakai, jadi tidak bisa diberikan kepada orang lain.” jawabnya lembut tapi semakin membuatku merasa tidak enak hati. Ucapannya memang benar, sepatu ini sudah terpasang di kakiku, kalaupun dilepas dan diberikan kepada orang lain, pasti tidak akan nyaman bagi yang memberikannya.“Gunakanlah, kamu membutuhkannya.”“Akan kuganti. Sebutkan saja harganya, nanti biar ku transfer.”“Sepertinya kau punya banyak uang ya?” tanya Ben dengan nada bercanda.“Ah! Bukan begitu maksudku.” jawabku lagi-lagi merasa tidak enak, padahal bukan maksduku untuk menyombongkan diri. Lantas aku menyodorkan handphoneku, “Tolong berikan nomor teleponmu. Biar nanti ku transfer, atau biar kuganti dengan sepatu yang sama persis, kau boleh kirimkan alamatmu padaku.”Ben hanya

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 11 *

    Aku membungkukkan badan, berpamitan pada Sam yang masih menelpon lalu berlari ke sebrang dan segera menyetop taxi yang kebetulan lewat. Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang atau melihat Sam lagi. Paras Sam saja cukup membuatku gugup, apalagi tawarannya untuk mengantarku yang sebenarnya biasa saja dan sesuatu yang wajar tanpa harus dibesar-besarkan, tapi bagiku itu sangat membingungkan bahkan lebih ke mendebarkan, jika saja aku tahu dia single tanpa Camellia, sudah usaha jungkir balik aku cari-cari perhatiannya. Sayangnya aku tahu, dia CEO dan aku budak corporate, dia milik si cantik Camellia dan aku hanya satu dari anak buahnya yang tahu betapa Sam memang amat baik dan murah hati. Jadi hatiku, plis banget jangan ge-er ya!!! Begitu taxi melaju, Ben menelepon.Kuangkat panggilannya dan langsung bilang, “Di kafe A! Aku sedang on the way kesana!.” ucapku lalu mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun.Kafe A tidak terlalu jauh dari kantorku, dan cukup fami

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 12 *

    Aku kelu, tidak tahu harus bicara apa. Tapi hatiku terasa hangat dan tenang. Meski aku masih belum bisa mencerna dengan benar perkataan Ben prihal sepatu dan pacar Ben, yang ternyata ujungnya adalah aku!“Atau kamu sudah punya pacar?”“Tidak.” jawabku cepat, Ben tampak lega.“Jadi bagaimana?” tanya Ben, dia mengulum senyum, namun sorot matanya hangat.“Aku mohon, jika ada sesuatu hal yang membuat aku berpikir kesana kemari, tolong jangan didiamkan! Tolong jangan diputar-putar! Cukup jelaskan dan tenangkan. Sesederhana itu suatu hubungan, jadi jangan dibuat rumit hingga kemudian dipenuhi kisruh.” pintaku.Ben tersenyum, dan akupun tersenyum. Ben meraih tanganku dan menggenggmnya, hangat sehangat tatapannya. “Baiklah, mari kita jadi pasangan yang bahagia, kalau rindu, diungkapkan. Kalau marah dikatakan. Dan tidak bermain kode meski kita sama sama belajar untuk bisa peka dan saling pengertian.”Dan begitulah aku dan Ben memulai suatu hubungan yang hangat hingga akhirnya kami menikah.***

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 13 *

    Nia berjalan lebih dulu ke resepsionis untuk check in dan mengambil kunci. Aku mengikutinya dengan satu koper kecil yang kuseret.“Lantai 6.” ucap Nia seraya mengayun-ayun kartu kunci kamar hotel di depan wajahku. “Lets go!” serunya riang.“Duluan saja.” ucapku.Nia mengernyit, dia tidak pergi tapi mengikutiku yang mengampiri resepsionis.“Mba, saya pesan kamar tepat di sebelah kamarnya.” kataku pada menunjuk ke sosok Nia dengan sopan dan formal.“Heii!” protes Nia terkejut dengan apa yang kulakuan.“Jangan protes! Aku trauma kejadian di Surabaya terulang lagi. Kalian bisa bebas melakukan apapun saat aku tidak berada di kamar yang sama.” tegasku. Dan Nia hanya menatapku bingung tanpa bisa membantah atau memprotes.Dan sampailah ke tahap resepsionis menyebutkan tarif permalamnya yang lantas membuatku speechless. 25 juta permalam. Kamar semewah apa sih yang dipesan Sam? Seolah kita adalah Raja Arab dia memesankan kamar seharga 25 juta permalam.“Oh Mba! Tidak usah kamar yang sama. Tipe

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 35 *

    Aku menoleh terkejut, pun dengan Pak Baroto yang menatap keheranan, matanya bergulir bergantian menatap tajam antara Sam dan aku.“Kamu mau kemana bahkan saat dokumenmu masih berserakan di lantai?” tanya Sam, nada bicaranya terdengar lembut, selembut mata coklatnya yang menatapku lekat.Dadaku sontak berdesir, dan aku mengutuknya dalam hati. "Bisa-bisanya perasaan bodoh itu muncul di saat suasana genting begini!"“Maaf, Pak, “ucapku pada Pak Baroto yang duduk di sofa, lantas aku berjongkok dengan sopan dan memunguti berkas yang berceceran di lantai. Aku marasa gugup, aku sadar Pak Baroto tengah menatapku tajam penuh selidik.Tidak seperti terhadap Sam, tatapan Pak Baroto rasanya bisa dengan mudah kubaca. Dan aku mengerti maksud tatapannya terhadapku. Dan sialnya Sam memperparah keadaan dengan ikut berjongkok di depanku serta membantuku memunguti berkas-berkas itu.“Kamu menyukainya, Sam?” Tanya Pak Baroto tajam.Aku yang terhenyak, refleks melempar berkas yang telah kupunguti tepat ke

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 34 *

    “Pagi, Pak.” sapaku, seraya menganggukkan kepala sopan.Aku lantas bergerak menjauhi sosok Sam dan memilih untuk berdiri di sisi lift lainnya. Perasaan tidak nyaman itu muncul kembali, tatapan Sam dengan mata coklatnya yang seolah sangat dalam dan tak berdasar, menimbulkan perasaan aneh dalam diriku."Kenapa harus kebetulan banget bareng CEO saat naik lift sih?! Ketika aku bahkan terlambat sampai di kantor?! Apes banget!“ aku merutuk dalam hati.Pikiranku berusaha memusatkan rasa tidak nyaman yang muncul dalam diriku pada alasan itu. Padahal ketidak nyamanan itu muncul bukan hanya karena kesiangan semata, tapi muncul karena sepasang mata coklat pekat yang seperti lumpur hisap, pekatnya membuatku tidak dapat membaca emosi apapun disana, atau bahkan sekadar menerkanya saja aku bahkan merasa tak mampu. Tatapan Sam selalu misterius dan selalu saja berhasil membuatku menjadi bodoh!Aku memilih untuk diam, dan berpura-pura tak menyadari tatapan lekat Sam terhadapku. Berusaha tetap berdiri te

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 33 *

    Aku terbangun saat alarm handphone berdering nyaring, tepat pukul 4 pagi. Kulihat Kayas masih terlelap di sampingku. Semalam aku tertidur di kamar Kayas, selain karena Ben memang tidak ada, rasa lelah juga membuatku rindu untuk tidur bersama putriku. Aku meraih handphone dan mematikan alarm, kulihat pesanku untuk Ben masih ceklis satu. Aku kembali mencoba menelepon Ben, namun masih belum bisa dihubungi. Biasanya setelah bangun aku melakukan banyak hal, mempersiapkan baju kerja dan keperluan sekolah Kayas serta sarapan juga bekal makan siang untuk di sekolah Kayas. Terkadang juga membersihkan rumah jika mood sedang baik, bahkan tak jarang berolahraga 30 menit meski sekadar peregangan otot atau senam kegel.Namun kali ini rasa malas membuatku kembali meringkuk di balik selimut bersama Kayas yang selalu kupeluk dan kuciumi. Baru saja beberapa menit aku terpejam, handphoneku bergetar. Dengan malas aku bangkit dan meraih handphone, seketika kantukku langsung hilang saat kulihat nama Ben ter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 32 *

    "Saku Belakang?" tanya Sam mengulangi."Saku depan." jawabku risih, seraya berbalik mengahadap ke sosok Sam, menghindari bokongku untuk ditatap Sam dengan teliti.Sam lagi-lagi menatapku aneh! Aku deg-degan. Firasatku buruk tentang ini!"Kanan atau kiri?" tanya Sam lagi."Kenapa Pak Sam harus menanyakan itu?!" seruku kesal dan risih."Lalu maksudmu aku harus memeriksa kedua saku depan jeansmu?"Aku menatap Sam frustrasi. "Maksudku, Pak Sam tidak perlu melakukannya. Aku sungguh bisa sendiri."Seperti mengabaikanku, Sam bergerak maju mendekatiku. Hatiku mencelos, mendadak aku speechless! Apalagi saat tiba-tiba dan tanpa aba-aba Sam mengulurkan lengannya dan meraba saku celana jeans yang kukenakan, bergantian kiri dan kanan. Aku yang terlalu terkejut hanya mematung bahkan tidak mampu untuk sekadar refleks berteriak. Sam gila sih!!!Sam menatapku lagi, mata coklatnya terlihat kelam dan dalam, seolah menyedot kesadaranku dan membuatku dunia disekitarku menjadi seperti mengabur."Saku kanan

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 31 *

    Aku hendak menolak saat Sam akhirnya kembali berkata, "tidak ada bantahan, aku hanya akan mengantar. Kayas bahkan sudah terlihat sangat mengantuk." ujar Sam.Kulihat Kayas memang terlihat lelah dan sangat mengantuk, matanya sebentar terpejam dan sebentar kemudian memaksakan diri terbuka."Baiklah." ucapku setuju pada akhirnya.Sam beranjak, dia menghampiri Kayas dan menggendongnya. Kulihat Kayas tampak nyaman tertidur dengan menyenderkan kepalanya di pundak kokoh Sam serta mengalungkan lengannya melingkari leher Sam.hatiku terasa agak mengkerut, sudah lama sekali aku bahkan tidak melihat momen Ben menggendong Kayas. Akhir-akhir ini baik aku maupun Ben sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sudah lama rasanya tidak pernah ada quality time bersama untuk aku, Ben, dan kayas.Akhirnya aku menuntun Bams berjalan mengikuti Sam."Tunggu saja di sini!" kata Sam, saat kami baru melewati pintu keluar."Baik ayah!" jawab Bams, seraya memegang tanganku semakin erat.Aku menatap Sam. Mak

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 30 *

    “Tentu, Kayas maukan memanggilku ayah?” tanya Sam lembut, yang lantas disambut Kayas dengan anggukan pasti.Tanpa menunggu waktu lagi aku menegakkan tubuhku dan segera menghampiri Kayas. Bersamaan dengan itu kulihat Sam kemudian juga menggendong Kayas, dan dia berjalan ke arahku yang juga tengah melangkah menghampiri mereka.“Ayok nak!” kataku, dengan setengah paksa merebut Kayas dari gendongan Sam.Dan saat itu Sam mencondongkan wajahnya ke dekat telingaku serta berbisik pelan namun jelas terdengar di telingaku, “aku tak akan menculik Kayas, kenapa kamu terlihat sangat gugup?!” goda Sam dengan ekspresi jahil.“Maap, Pak! Saya harap Kayas tidak merepotkan Pak Sam." kataku saat berhasil mengambil alih Kayas. "Saya permisi, ijin pamit duluan." ucapku kemudian. "Kayas kita makan dulu ya!” ajakku pada Kayas, dengan maksud untuk menghindari Sam.“Ibu sudah mau selesai mainnya ya?” tanya Bams.Aku menoleh cepat ke arah Bams dan tersenyum, tulus. Karena aku sungguh tidak berpikir untuk pura-

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 29 *

    "Ayo sayang, kamu meluncur duluan!” Aku menaikkan Kayas ke ban, dengan patuh Kayas menurut dan terlihat sumringah. "Siap ya!" aku memberi aba-aba, dan terlihat Kayas bersiaga. Setelah memastikan aman, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati. Dan Kayas meluncur dengan berseru riang.Sampai kulihat Kayas tiba di bawah, dia turun dari ban dan melambaikan tangan.Aku menoleh kembali ke anak laki-laki itu yang masih berdiri memperhatikanku.“Mau coba meluncur sekarang?” tanyaku, terlihat kali ini Kayas melambaikan tangannya pada anak laki-laki itu dengan cengiran khasnya yang lucu. Dan akhirnya anak laki-laki itu mengagguk, lalu dengan hati-hati naik ke ban yang kusiapkan."Siap ya!" Aku memberi aba-aba, setelah anak laki-laki itu mengangguk, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati.Dan anak itu meluncur menyusul Kayas. Sampai dia tiba di bawah, anak itu turun dari ban dan menghampiri Kayas yang memang masih berdiri di pinggir arena menunggunya. Dan kemudian, keduanya segera naik untu

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 28 *

    Aku menatap ayah dan ibu bergantian, lalu menatap Ben dan melihat ada pengharapan yang tulus dari sorot matanya. Dan aku lantas menganggukkan kepala menerima lamaran Ben.Ayah dan ibu tahu pekerjaan Ben, dan tidak mempermasalahkannya. Apalagi melihat kesungguhan Ben dalam mempersiapkan pernikahan kami. Aku bahkan ayah dan ibu, hampir tidak melakukan persiapan apapun. Hampir semua Ben yang menyiapkan. Dari mulai gedung pernikahan, catering, pakaian pesta keluarga, sampai undangan dan hantaran pernikahan. Semua Ben yang mengurusnya. Meski begitu Ben melibatkanku dalam memilih segalanya. Ben mengirim referensi gedung pernikahan, dan membuatku memilih salah satu. Pakaian pesta keluarga, Ben juga memintaku menentukan warna. Untuk gaun pernikahan, Ben bahkan mengajakku untuk memilih langsung dan mencobanya. Sampai menu catering dan motif undangan, semua aku yang memilih dan Ben yang mengurusnya. Sementara tanggal acara, di sana Ben melibatkan kesepakatan kedua orang tua dari pihak aku dan da

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 27 *

    Aku sampai di rumah saat hampir tengah hari. Memang tidak ke kantor, meski jam kerja sampai jam 4 sore, tapi untuk hari ini masih bisa menggunakan keterangan dinas luar. Besok aku dan Nia baru mulai kembali ke kantor. Keadaan rumah tampak hening, 3 malam kutinggal dan sepertinya tidak ada kehidupan di rumah sejak itu. Kutengok kamar Kayas sangat rapih dan bersih, tampaknya memang dia tidak tidur di sana semalam. Pun dengan kamar tidur, tidak terlihat tanda Ben tidur di sana semalam. Aku berulang kali mencoba menelpon Ben, sejak mau naik pesawat, begitu turun, bahkan saat tiba di rumah, tapi tak ada jawaban. Bahkan tidak tersambung sama sekali. Kemana Ben?Lantas aku mencoba menghubungi ibuku yang berada di desa seberang. Tidak terlalu jauh, tapi sejak awal aku menikah dengan Ben, kita sama-sama sepakat untuk mencoba hidup mandiri dan tidak tinggal di rumah orang tua, baik itu orang tuaku ataupun orang tua Ben. Dengan menggabungkan tabunganku dan tabungan Ben kita berhasil mendapatkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status