Share

* 4 *

Author: KOMALA
last update Last Updated: 2025-03-03 15:42:53

Pagi ini aku benar-benar melampiaskan stress di kepalaku dengan berbelanja menggunakan kartu kredit dari Sam. Aku tak peduli! Aku membeli gaun mahal, sepatu cantik, tas branded, dan perhiasan, juga jam tangan untuk Ben, suamiku. Tak lupa kubelikan juga gaun cantik untuk putriku. Nia juga kupaksa membeli gaun dan perhiasan, meski dia menolak aku tetap mengambil untuknya dan membayarnya.

“Mal, aku tak memerlukannya!” Nia menolak dengan halus.

“Jangan bercanda! Perempuan mana yang tidak menyukai gaun cantik dan perhiasan?” tanyaku kesal.

“Aku bukan bilang tidak menyukai, aku hanya tidak memerlukannya.” ujarnya lemah.

“Ayolah Nai!” begitu biasa aku memanggil Nia, itu panggilan persahabatan dan hanya aku yang memanggil Nia begitu. “Kau harus lebih menghargai dirimu sendiri, kau berharga dan pantas mendapatkan semua kemewahan ini. Anggap saja privilege sebagai istri CEO kaya raya.” cerocosku gemas.

“Aku tidak ingin diingat Sam sebagai istri yang hanya memanfaatkannya.” Nia tertunduk sedih.

Aku mendesah berat, “Semakin kesini kamu semakin lucu. Aku sungguh ingin tertawa mendengar leluconmu.” cetusku, membayar belanjaan dan memberikan barang yang kubayar untuk Nia kepadanya, aku terlalu banyak membawa paper bag untukku sendiri. “Dan kau tahu, ini salah satu dari rangkaian tugasku ke Surabaya, untuk berbelanja dan mengajakmu berbelanja. Aku tak akan menyia-nyiakannya setelah kalian melakukan hal gila semalam di depanku. Aku juga tak akan berpikir panjang untuk membelanjakan kartu yang suamimu berikan!” tururku yang sontak membuat Nia terdiam.

“Maafkan aku.” gumamnya lirih.

Aku tak mengatakan apapun lagi sampai aku mengajak Nia ke salah satu restoran mewah dan aku memesan steak mahal di sana, tentu saja aku membayarnya dengan kartu Sam!

“Sepertinya kamu mulai goyah terhadap Sam, kemana perginya Nia yang sering mengatakan tidak akan melibatkan hati dan hanya menjadikannya tempat bergantung dari segi materi?!” ledekku seraya mulai menyantap hidangan yang telah tersedia.

“Aku masih seperti itu kok. Aku tak akan membiarkan aku jatuh cinta pada Sam.” tegas Nia, “tentu saja, karena dia milik istri dan anaknya. Aku tak berani berharap banyak.” Ucapnya pelan.

Aku mendengus, “ Ya karena itu! Jika kamu tidak bisa menghargai dirimu sendiri sebagai seorang perempuan, sebagai seorang istri, ya hargai dirimu sebagai istri kesekian. Gunakan fasilitas yang Sam berikan, belilah apapun yang kau mau. Apa pentingnya Sam akan mengingatmu sebagai istri yang memanfaatkannya atau bukan?!”

Nia terdiam.

"Kamu sendiri yang mengatakan Sam adalah milik istri dan anaknya, meski kaupun adalah istrinya, tapi kau tidak berpikir akan memiliki Sam selamanyakan?" tanyaku memastikan.

"Entahlah, rasanya aku belum siap kehilangan Sam. Meski aku tidak memiliki hatinya, tapi menjadi salah satu istrinya, cukup menjadikanku nyaman dalam hal materi." jujur Nia.

"Makanya, ketika kamu tidak yakin posisimu aman sebagai istri Sam, manfaatkan masa-masa kamu saat masih benar-benar menjadi istrinya." saranku.

Aku menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Teringat saat pertama aku mengenalkan Nia ke Sam, yang bahkan Nia bekerja di perusahaan Sam juga atas rekomendasi dariku.

“Aku nervous.” Gumam Nia malu-malu. Dia berhenti tepat di depan pintu ruang meeting yang tertutup rapat.

Tadi receptionis mengarahkan kami untuk menunggu di ruang meeting, yang meetingnya sendiri baru akan dimulai setengah jam lagi sesuai jadwal. Sementara klien yang ditugaskan untuk meeting bersama kami masih menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan di ruang kerja mereka.

Baru seminggu Nia bekerja di PT. Jaya Sejahtera sebagai staff invoice atas rekomendasi dariku. Dan ini juga adalah kali pertama Nia harus bekerja di luar kantor yang juga bersamaku. Meski kita beda divisi, namun pekerjaan kali ini mengharuskan kepala bagian marketing yang adalah aku, staff invoice, serta Sam sebagai CEO dari PT. Jaya Sejahtera untuk menghadiri meeting di perusahaan klien.

Aku hanya tersenyum. Dinas luar atau meeting dengan klien sudah bukan hal baru bagiku. Namun meeting di luar kantor bersama klien serta Sam, memang cukup membuatku gugup. Padahal sudah berkali-kali aku meeting dengan keikutsertaan Sam didalamnya, dan pesona sang CEO itu masih saja kuat untuk membuat orang di sekitarnya merasa gugup. Padahal Sam adalah CEO yang menyenangkan, cara bekerjanya santai namun cerdas. Dia tidak pernah marah dan berteriak kepada bawahannya saat menemukan kesalahan dalam pekerjaan.

“Di sini aku bukan sedang mencari kesalahan atau siapa yang salah, di sini saya ingin mendengar lebih rinci apa permasalahannya sampai bisa menghambat pekerjaan, dan mari kita bahas untuk bagaimana kita mengatasinya dengan efektif dan seefisien mungkin.” itu yang selalu diucapkan Sam saat dia memimpin rapat ketika perusahaan mengalami problem. Dia cenderung lebih santai dalam menanggapi berbagai permasalahan, tetapi segalanya seperti bisa diselesaikannya dengan baik. Sam bahkan bukan tipe CEO yang bossy! Dia lebih memperlakukan bawahannya sebagai rekan kerja, sehingga hampir seluruh karyawan kantor merasa nyaman bahkan untuk sekadar menyapa atau berbincang dengannya. Selain murah hati, Sam juga dermawan. Sering dia datang kekantor dengan membawa camilan dan membagikannya untuk orang-orang di kantor, sering pula dia mentraktir makan siang, atau bahkan memberikan uang jajan untuk orang-orang kantor yang menurutnya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dan itu pure dari dompetnya sendiri, bukan dana dari Perusahaan. Karena bonus dari perusahaan berupa reward untuk karyawan-karyawan berprestasi tetap ada dan terorganisir dengan baik.

“Mari mencoba terlihat serileks mungkin di depan klien.” Ucapku mencoba menangkan.

Nia tersenyum, “Masalahku sepertinya bukan klien, tapi Pak Sam!”

“Kenapa?” tanyaku sedikit terkejut mendengar itu.

“Entahlah, mungkin karena dia tampan!” jujur Nia seraya tertawa.

Aku ikut tertawa mendengarnya, “Dia memang tampan. tidak hanya wajah dan postur tubuhnya yang sempurna sebagai laki-laki, tapi bahkan sikapnya juga menyenangkan.”

“Sayangnya dia sudah beristri.” timpal Nia.

“Heiii! Bagiku Sam adalah laki-laki yang boleh memiliki istri lebih dari satu. Dia terlalu tampan dan baik serta mapan, sayang sekali jika hanya dimiliki satu orang perempuan saja. Dia adalah laki-laki yang kurestui untuk berpoligami.” kelakarku.

Meski aku mengucapkannya dengan nada bercanda untuk mengimbangi perkataan Nia, namun aku jujur dengan itu, sepenuh hati aku menyayangkan jika Sam hanya dimiliki seorang wanita saja.

“Heii!” Nia menegur candaanku seraya mendorong pelan pundakku.

“Apa?!” balasku dengan mendorong punggungnya pelan, namun Nia seperti tidak menduga aku akan melakukannya, dengan high heells-nya tiba-tiba dia seperti hilang keseimbangan dan terhuyung kedepan hampir menabrak pintu. Ia hampir!

karena tiba-tiba saja pintu ruang meeting terbuka! Sosok Sam muncul disana yang sontak ditubruk Nia dengan keras. Berkas yang dibawa Nia berhamburan lantas berserakan di lantai. Sementara Nia yang kehilangan keseimbangan dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya, terselamatkan karena Sam menahan pinggang Nia dengan sigap, hingga keduanya sesaat bahkan tampak tengah berpelukan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 5 *

    Aku yang sama terkejutnya hanya bisa mematung diam.“Ma, maaf.” gugup Nia seraya melepaskan diri dari lengan kekar Sam yang menahannya.Aku ikut gelagapan dan refleks berjongkok sembari menunduk memunguti berkas-berkas yang berserakan di lantai, tak berani menengadah menatap ekspresi Sam yang masih berdiri tanpa mencoba membantuku memunguti berkas-berkasnya.“Oh ayolah, ini bukan drama Korea! Kenapa aku harus berpikir Sam yang adalah CEO ikut membantu memunguti berkas yang berceceran di lantai?” protesku pada pikiran kotorku sendiri. “Lagian kalaupun ini kisah drama, pemerannya utamanya jelas bukan aku sekarang, melainkan Sam dan Nia!” pikirku yang juga adalah pikiran gila! Sementara aku bisa memahami Nia yang hanya mematung dengan tertunduk, tanpa melakukan apapun. Dia tampak terlalu memaksakan diri untuk tampil all out hingga nekat mengenakan high heels yang belum terbiasa dipakainya. Dia pasti akan kehilangan keseimbangan dan tampak memalukan jika memaksakan diri berjongkok dan iku

    Last Updated : 2025-03-03
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 6 *

    “Jadi ini alasan Mas mengijinkan aku tetap di London? Mas punya wanita lain?” teriak Camelia marah seraya menunjuk Nia yang mengkerut kaget dan ketakutan di kursinya.“Camel?! Kau sudah pulang?!” tanya Sam terlihat terkejut.“Ia aku pulang! Kenapa?! Terkejut karena akhirnya aku memergokimu?!” histeris Camelia. "Aku pulang untuk memberimu kejutan, Mas! Tak kusangka aku yang malah kemudian menerima kejutan darimu!" tuding Camelia.“Tenanglah sayang!” pinta Sam, seraya meraih lengan istrinya dan menariknya lembut agar duduk di kursi. Tapi dengan kasar Camelia menepiskannya.“Dengarkan aku dulu!” pinta Sam berusaha bersabar. “Dia Nia, staff invoice di kantor. Kami baru selesai meeting dengan klien di kantor sebrang jalan depan sana!” Tutur Sam. Dia terlihat tenang dan mengagumkan. Bahkan Ketika istrinya histeris di tempat ramai, dia masih bisa tenang dan lembut terhadap istrinya.“Pikirmu aku percaya?”“Duduklah dulu! Kamu sudah makan?” tanya Sam masih terdengar lembut.“Mas pikir aku mas

    Last Updated : 2025-03-03
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 7 *

    Aku sampai di depan rumah tepat pukul 8 malam. Setelah membayar ongkos taxi, aku segera masuk ke dalam rumah dengan kunci yang memang biasa kubawa. Baik aku maupun Ben, suamiku, sama-sama memegang kunci rumah masing-masing sehingga kita tidak perlu saling menunggu satu sama lain saat masing-masing dari kita ada keperluan di luar rumah. Se-fleksible itu hubunganku dengan Ben. Di tahun ke-5 pernikahan kita, sudah jarang kita bertengkar meributkan hal yang spele, rasa saling percaya tertanam begitu saja seiring waktu kebersamaan kami tanpa kompromi.Hal pertama yang kuperiksa adalah kamar Kayas, putriku, terlihat dia tidur dengan lelap. Dan aku keluar setelah mencium keningnya. Lantas aku ke kamar, kulihat Ben sedang serius di meja kerjanya dengan laptop yang menyala menampilkan sederet cerita yang enggan kubaca saat ini.“Hai sayang!” sapaku, seraya memeluknya dari belakang.Ben terlonjak kaget, rupanya dia tengah sangat serius dengan cerita garapannya sampai-sampai tidak menyadari keda

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 8 *

    Postingan Sam terasa agak ambigu di kepalaku. Kulihat Nia dan beberapa orang lainnya me-like postingan Sam. Kemudian ada Camelia berkomentar. "Wait 3 days more, forever we will be together.”Sam tidak bereaksi. Tidak membalas komentar Camelia atau me-like komentarnya. Bisa jadi mereka lanjut bertelepon atau video call. Tapi sungguh aku tak yakin. Postingan Sam bisa tertuju pada siapapun, dan beberapa perempuan bahkan bisa ge-er karenanya. Seperti Camelia yang merasa itu untuknya. Bisa jadi Nia juga merasa itu tertuju padanya. Namun tidak seperti Camelia yang merupakan istri sah dan bisa berkomentar bebas di akun Sam, Nia yang hanya istri simpanan tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Semua perasaannya baik senang maupun sedih. Berdebar dan rindu. Dia hanya bisa menahan dan menyimpannya sendiri sampai waktu yang memungkinkan untuk dia menyatakannya. Dan yang lebih aneh adalah, aku merasa status Sam bahkan ditujukan untukku! Heyyyyy....kenapa kepalaku jadi bodoh sejak melih

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 9 *

    Aku terhenyak, segera menegakkan tubuh! “Hah?” tanyaku bingung. Aku tahu Sam, dia adalah CEO di kantor yang terkenal tampan dan jadi bahan gosipan cewek-cewek kantor. “Maksudnya?”“Kamu hamil?” ulang Sam.“Tidak.” jawabku cepat. “Aku belum menikah.” terangku.Aku tidak berpikir apapun saat Sam menanyakannya. Hanya khawatir dia salah mengira aku memalsukan status saat melamar kerja ke perusahaannya. Jelas tercantum bahwa salah satu syarat perekrutannya dahulu itu adalah belum menikah. Sementara belum genap satu bulan aku bekerja di perusahaan yang dipimpin Sam. selain itu, ini kali pertama aku berhadapan langsung dengan sang CEO tampan yang selama ini kulihat selintas-selintas saja secara kebetulan. Dan memang dia amat sangat rupawan!“Kamu mengelus-elus perut seolah memiliki bayi di dalamnya.” ujar Sam cuek seraya bersandar di dinding dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.“Maaf, sebenarnya saya hanya kekenyangan. Sedari tadi saya terus mencicipi hidangan yang tersedia di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 10 *

    “Maaf, jadi ini akan kau hadiahkan untuk pacarmu?” tanyaku tak enak hati. Aku sebaiknya tidak memakainya.” ujarku tidak nyaman seraya hendak membukanya. Namun lengan Ben menahan lenganku dengan pandangan lembut dan senyumnya dan hangat.“Sudah kau pakai, jadi tidak bisa diberikan kepada orang lain.” jawabnya lembut tapi semakin membuatku merasa tidak enak hati. Ucapannya memang benar, sepatu ini sudah terpasang di kakiku, kalaupun dilepas dan diberikan kepada orang lain, pasti tidak akan nyaman bagi yang memberikannya.“Gunakanlah, kamu membutuhkannya.”“Akan kuganti. Sebutkan saja harganya, nanti biar ku transfer.”“Sepertinya kau punya banyak uang ya?” tanya Ben dengan nada bercanda.“Ah! Bukan begitu maksudku.” jawabku lagi-lagi merasa tidak enak, padahal bukan maksduku untuk menyombongkan diri. Lantas aku menyodorkan handphoneku, “Tolong berikan nomor teleponmu. Biar nanti ku transfer, atau biar kuganti dengan sepatu yang sama persis, kau boleh kirimkan alamatmu padaku.”Ben hanya

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 11 *

    Aku membungkukkan badan, berpamitan pada Sam yang masih menelpon lalu berlari ke sebrang dan segera menyetop taxi yang kebetulan lewat. Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang atau melihat Sam lagi. Paras Sam saja cukup membuatku gugup, apalagi tawarannya untuk mengantarku yang sebenarnya biasa saja dan sesuatu yang wajar tanpa harus dibesar-besarkan, tapi bagiku itu sangat membingungkan bahkan lebih ke mendebarkan, jika saja aku tahu dia single tanpa Camellia, sudah usaha jungkir balik aku cari-cari perhatiannya. Sayangnya aku tahu, dia CEO dan aku budak corporate, dia milik si cantik Camellia dan aku hanya satu dari anak buahnya yang tahu betapa Sam memang amat baik dan murah hati. Jadi hatiku, plis banget jangan ge-er ya!!! Begitu taxi melaju, Ben menelepon.Kuangkat panggilannya dan langsung bilang, “Di kafe A! Aku sedang on the way kesana!.” ucapku lalu mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun.Kafe A tidak terlalu jauh dari kantorku, dan cukup fami

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 12 *

    Aku kelu, tidak tahu harus bicara apa. Tapi hatiku terasa hangat dan tenang. Meski aku masih belum bisa mencerna dengan benar perkataan Ben prihal sepatu dan pacar Ben, yang ternyata ujungnya adalah aku!“Atau kamu sudah punya pacar?”“Tidak.” jawabku cepat, Ben tampak lega.“Jadi bagaimana?” tanya Ben, dia mengulum senyum, namun sorot matanya hangat.“Aku mohon, jika ada sesuatu hal yang membuat aku berpikir kesana kemari, tolong jangan didiamkan! Tolong jangan diputar-putar! Cukup jelaskan dan tenangkan. Sesederhana itu suatu hubungan, jadi jangan dibuat rumit hingga kemudian dipenuhi kisruh.” pintaku.Ben tersenyum, dan akupun tersenyum. Ben meraih tanganku dan menggenggmnya, hangat sehangat tatapannya. “Baiklah, mari kita jadi pasangan yang bahagia, kalau rindu, diungkapkan. Kalau marah dikatakan. Dan tidak bermain kode meski kita sama sama belajar untuk bisa peka dan saling pengertian.”Dan begitulah aku dan Ben memulai suatu hubungan yang hangat hingga akhirnya kami menikah.***

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 24 *

    “Kita tidak bisa lama, ayo bayar saja dulu yang sudah dipilih! Saya harus pergi, ada pekerjaan mendesak di Jakarta dan harus segera kembali.” kata Sam di bilik kamar ganti yang terdengar sampai ke telingaku. Setelah itu tanpa menunggu jawaban Nia dia berbalik dan keluar dari ruang ganti.Sam melewatiku begitu saja dengan dingin, tapi tidak melihatku sama sekali seolah aku tidak ada di sana."Kenapa Sam marah? Apa dia marah padaku? Tapi kenapa? Rasanya aku tidak melakukan hal aneh atau sesuatu yang salah.” pikirku bingung. "Mungkin memang bukan karena aku, siapa aku sampai harus mempengaruhi emosi Sam! Dia memang gila dan aneh. Jika moodnya sebentar baik sebentar buruk, mungkin itu memang sudah bawaan lahir." kepalaku sibuk berargumen.Aku segera membantu Nia merapihkan beberapa baju yang dipilihnya dan membawanya ke kasir. Sam sudah berdiri di samping meja kasir dengan ekspresi sinis, tapi lagi-lagi seperti tidak melihatku. Sam mengeluarkan kartu dan membayar. Tidak seperti sebelumnya

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 23 *

    Kulihat Nia selesai belanja, dia berjalan ke kasir diiringi Ina yang membawa keranjang kecil berisi produk-produk pilihan Nia. Aku tidak tahu, entah Ina melakukannya karena sebagai servis dari pekerjaannya menjadi Beauty Advisor, atau memang karena rasa bersalahnya tadi yang menyebut Nia sebagai teman Sam padahal Nia adalah istrinya. Entahlah. Tapi Sam mengikuti mereka ke meja kasir lantas membayar semua belanjaan Nia.Di sana aku hanya menghembuskan napas berat. "Apa ini perasaan iri?" tanyaku dalam hati, dadaku sedikit berat entah karena apa. "Pasti karena dompetku tertinggal. Jika saja handphoneku tidak mati, aku sudah membeli barang-barang yang kuinginkan dan tidak harus merasa iri." pikirku."Terimakasih, Mas!" ucap Nia seraya mengambil paper bag berisi belanjaannya dari meja kasir. Lantas Nia menghampiriku. Sementara Sam masih di meja kasir.Bersamaan dengan itu aku melihat Mba Beauty Advisor yang tadi menyapaku, dia ke meja kasir dengan membawa keranjang kecil berisi produk-pro

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 22 *

    Langkah kami terhenti di pintu masuk store, saat seorang Beauty Advisor yang terlihat rapih dan cantik menyambut kami dengan senyum ramah seraya memberi salam dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada."Ada yang bisa dibantu?""Tolong tunjukkan produk make up terbaru yang bagus dan cocok." jawab Sam."Untuk?" tanya Ina berusaha tetap sopan meski terdengar ragu. INA, begitu nama yang tertera di name tag yang tersemat di seragam Beanty Advisor di dadanya.Sam menatap Beauty Advisor itu dan menjawab pertanyannya dengan memutar bola matanya ke arah Nia dan Aku."Oh maaf, baiklah, saya akan berusaha sebaik mungkin merekomendasikan produk-produk terbaik kami untuk..." Ina terlihat sedikit ragu. "Untuk teman-teman Masnya." lanjutnya dengan suara yang dipelankan."Saya bukan temannya." sangkal Nia cepat."Oh, maaf!" Ina terlihat malu dan merasa bersalah, dia menundukkan kepala seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada lagi."Istrinya, Mba!" ralatku."Oh ia maaf! Saya mohon maaf u

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 21 *

    Dia lagi. Rutukku jengkel seraya menundukkan kepala. Mendadak merasa mati gaya.Nia menarik kursi di sampingnya saat Sam tiba di meja kami. “Silahkan duduk Mas.” kata Nia lembut pada Sam.Sam duduk, aku masih tertunduk, entah mengapa aku tidak memiliki keberanian untuk mengangkat wajahku dan melihat Sam. Padahal aku sadar benar, di sini yang salah adalah Sam, bukan aku.“Mas mau makan?” tanya Nia perhatian.“Tidak,” jawab Sam."Mas sudah makan?” tanya Nia lagi."Kamu tanya Mala saja!” jawab Sam datar.Terkejut aku reflek mengangkat wajahku dan saat itu tatapan panikku beradu dengan tatapan Sam yang jelas terlihat usil menyebalkan! Sam pasti tengah menertawakanku di dalam kepalanya!"Hah?” aku gelagapan.Aku memang tahu, tadi Sam sudah makan di kamarku. Tapi kenapa dia harus memperjelasnya kepada Nia? Apa memang seharusnya Nia tahu? Toh bukan aku yang salah! Tapi meski begitu, Nia pasti akan sakit hati dan mungkin dia akan marah juga padaku. Memang akan lebih baik untuk jujur daripada

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 20 *

    Dan aku mematung dalam beberapa menit, rasanya mukaku memerah dan panas. Malu, kikuk, marah, jengkel, bingung. Sebelum aku benar-benar meledak, aku bangkit hendak beranjak!"Sudah cukup siang.” ucapku."Memang.” jawab Sam santai, seraya menyenderkan punggungnya di sofa, bersedekap dan menatapku dengan ekspresi aneh. Aku tidak mengerti tatapan matanya yang tajam. Isi kepala Sam segelap warna matanya, tak bisa kukira-kira."Aku akan ke kamar Nia, supaya kita bisa segera berangkat ke lokasi meeting.” maksudku mengatakannya adalah berharap Sam minggir atau setidaknya memberikan jalan untuk aku lewat. Tapi kemudian Sam meluruskan kakinya ke rak bawah troli makanan. Sehingga kakinya yang selonjoran itu semakin tidak memberiku jalan keluar. Dan aku terjebak di antara tembok dan Sam."Nia sudah di lokasi meeting sejak jam 8 pagi.” terang Sam santai.“Hah?” aku melongo tidak mengerti.Sam tidak mengatakan apapun lagi dan hanya menatapku. Ada yang berbeda, kali ini tatapannya terlihat lembut. D

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 19 *

    Sam membelalak, terkejut atas tindakanku, seperti halnya aku yang kini meringis perih menahan nyeri di pipi. Dengan tergesa segera kupunguti baju yang telah kusiapkan sebelumnya, yang kini ada di samping Sam, semuanya dari mulai baju, celana dan bahkan pakaian dalam. Mukaku memerah, selain karena tamparan tanganku sendiri, juga disebabkan oleh rasa malu yang muncul menyeruak saat kupunguti pakaian dalam itu dengan kasar dan tergesa-gesa. Dan sialnya celana dalam yang kutarik paksa sampai agak melar itu bahkan tidak juga tertarik karena sebagiannya diduduki Sam.Aku menatap Sam dengan frustasi.Sam yang melihat tatapan kesalku yang awalnya tidak mengerti, berganti dengan eskpresi lucu saat dia menyadari aku menarik celana dalam yang tidak sengaja diduduki olehnya. Namun Sam tidak kehilangan kendali untuk tertawa, dia hanya menahannya, meski itu sangat terlihat jelas.Kekonyolan yang luar biasa. Di kamar hotel, hanya mengenakan handuk kimono aku menarik celana dalamku sampai melar, yang

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 18 *

    Aku terbangun dengan kondisi bugar, tubuhku terasa segar, kepalaku ringan dan sangat nyaman. Pergelangan kakiku masih dibalut perban, tapi tak ada rasa nyeri sedikitpun di sana. Aku telah pulih dengan sangat cepat dan sempurna. Bisa jadi karena suasana hotel atau memang tempat tidur yang nyaman, entahlah. Meski ini bukan hotel seperti kamar hotel yang dipesankan Sam untuk Nia, tapi ini juga lebih bagus dari yang tipe standar room, sehingga sangat nyaman dipakai untuk beristirahat. Bahkan tidur malamku sangat nyenyak dan berkualitas.Aku bangkit dan meraih handphone, lalu terbelalak saat menyadari jam telah menunjuk ke angka 9. Aku celingak-celinguk, dan baru kusadari Nia tak ada di kamarku. Entah jam berapa tepatnya aku tertidur, aku tak ingat! Aku hanya ingat Nia memesan makanan untuk diantar ke kamarku dan akan makan di sini, namun kapan pastinya pesanan itu datang dan kapan dia makan, kapan dan di mana dia tidur, dan kapan Nia keluar dari kamarku, aku tak tau persisnya sama sekali.

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 17 *

    "Tidak apa-apa Mal, kesini saja! Kita bersantai di kamarku. Kau juga tidur di sini saja, di sini lebih nyaman." Nia masih mencoba merayu."Ogah." jawabku singkat."Why?""Jangan menempatkan aku di antara kamu dan Sam! Jangan pernah berpikir untuk menjadikanku penonton untuk aktivitas kalian berdua." pesanku pada Nia.Tiba-tiba Nia mengirim screenshoot chat-nya dengan Sam.Nia: Pak maaf, ada rencana ke Bali malam ini? Atau ke kamar saya mungkin?Chat Nia yang kaku dan formal terhadap suaminya, aku merasa lucu membacanya.Sam : Maaf saya sibuk, belum bisa berkunjung.Aku mengenyit lama, sedikit terkejut membacanya. Balasan Sam bahkan cukup singkat dan sama kakunya. Bagaimana bisa Sam melakukan itu? Sibuk katanya? Belum bisa berkunjung? Dia bahkan bolak-balik ke kamarku, memesankanku makan, membalut kakiku dan memberiku kartu kreditnya. Tapi dia bahkan tidak menemui Nia sama sekali?!Aku terdiam. Tak berani menanggapi chat Nia sama sekali."Kesini dong Mal! Kita seru-seruan berdua. Sam g

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 16 *

    Sam dengan sigap mendorong troli makanan yang berisi hidangan yang sudah dipesannya, setelah sebelumnya menaruh sebuah bungkusan plastik putih yang entah apa isinya di sana.Aku yang lagi-lagi kebingungan akan tingkah Sam hanya bisa mengikutinya dengan langkah tertatih ke dalam kamar. Sam menaruh troli makanan tepat di samping ranjang. Lalu berbalik dan menatapku tajam, langkahku terhenti dan aku tertunduk takut."Kamu benar-benar berpikir sedang menjadi peserta squid game? Dengan seragam konyolmu bisa-bisanya menuduh waiter yang mengantarkan makanan sebagai penjahat yang menyamar!"Aku merasa malu juga jengkel. "Kenapa Sam ada di sana? Dan kenapa juga dia harus mengomel untuk segala hal yang kulakukan?" rutukku dalam hati, mendadak aku sangat kesal. “Memangnya job desk seorang CEO adalah mengomentari pakaian karyawannya di luar jam kerja?” aku ngedumel kesal.Sam melotot dan sontak hatiku menciut. Sam mendekat dan aku yang merasa terintimidasi lantas mundur perlahan. Aku mendongak sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status