Share

* 7 *

Author: KOMALA
last update Last Updated: 2025-03-04 09:10:27

Aku sampai di depan rumah tepat pukul 8 malam. Setelah membayar ongkos taxi, aku segera masuk ke dalam rumah dengan kunci yang memang biasa kubawa. Baik aku maupun Ben, suamiku, sama-sama memegang kunci rumah masing-masing sehingga kita tidak perlu saling menunggu satu sama lain saat masing-masing dari kita ada keperluan di luar rumah. Se-fleksible itu hubunganku dengan Ben. Di tahun ke-5 pernikahan kita, sudah jarang kita bertengkar meributkan hal yang spele, rasa saling percaya tertanam begitu saja seiring waktu kebersamaan kami tanpa kompromi.

Hal pertama yang kuperiksa adalah kamar Kayas, putriku, terlihat dia tidur dengan lelap. Dan aku keluar setelah mencium keningnya. Lantas aku ke kamar, kulihat Ben sedang serius di meja kerjanya dengan laptop yang menyala menampilkan sederet cerita yang enggan kubaca saat ini.

“Hai sayang!” sapaku, seraya memeluknya dari belakang.

Ben terlonjak kaget, rupanya dia tengah sangat serius dengan cerita garapannya sampai-sampai tidak menyadari kedatanganku. Dia menoleh ke wajahku dengan ekspresi terkejut, bingung, juga takut.

“Dasar!” gerutuku kesal, seraya mengusap-usap wajah Ben dengan sedikit kasar. “Gak kangen?” tanyaku jengkel.

“Kamu benar Mala? Mala istriku?” tanya Ben tidak yakin.

“Dapat banget eskpresimu saat menanyakannya!” celetukku kesal seraya melepaskan pelukan dan sedikit mundur menjauh dari Ben. “Aku bukan Mala, aku hantu! Hannntuuuu!” kataku dengan nada dibuat seseram mungkin seraya memasang wajah horor dan mengosongkan pandangan.

Ben mematung.

Melihatnya hanya diam dan menatapku takut, aku berbalik kesal. “Tidak seru.” rutukku jengkel lantas melangkah keluar kamar. Namun belum sempat kakiku melewati ambang pintu, dengan cepat Ben menarik lenganku lalu menutup pintu dengan satu tangan lainnya. Lalu tanpa aba-aba menciumku, melumat bibirku, menghisap lidahku, dan dengan lidahnya dia menjelajahi mulutku sampai rasanya aku seperti kehabisan napas dan kemudian mendorongnya dengan kencang. Kulihat wajah Ben yang tersenyum jahil.

“Kuberi waktu kau bernapas.” ledeknya.

Aku menatapnya takut, “Jangan-jangan kau bukan Ben?!” aku memicingkan mata menatapnya curiga. “Katakan dimana suamiku?!” seruku menimpali candaan Ben, lagi kudorong Ben hingga dia terduduk di kursi, dan aku lantas duduk di atasnya dengan kedua kakiku yang melingkari pinggulnya, kuncengkram lehernya, kudekatkan wajahnya lalu aku menciumnya dengan brutal.

Lengan Ben bergerak menyusup kedalam kaosku, mengusap-usap punggungku lalu melepaskan bra dengan mudah. Bisa kurasakan milik Ben mengeras seperti halnya bagian intimku yang berdenyut dan seperti basah. Lengan Ben terus bergerak mengusap-usap punggungku, lalu keperutku, dan sampai di dadaku. Dia mengusap lembut disana, menggosok-gosok bagian putingku yang mengeras. Menangkupnya lalu meremasnya lembut. Sedang mulut kita terus berciuman panas. Sampai kita sama-sama kehabisakan napas dan mengambil jeda sesaat untuk bernapas. Ben tidak menyia-nyiakannya, dengan cepat dia membuka bajuku. Dan aku turun dari pangkuan Ben untuk melepas celanaku. Saat itu pula Ben membuka kaos dan melepas celananya, hingga di antara kami tidak ada batasan apapun yang menghalangi. Ben kembali terduduk di kursi dengan kaki selonjoran dan sedikit membuka. Milik Ben tampak berdiri tegak dan keras seolah menantang langit. Melihat itu selintas aku teringat pada sosok Sam yang telanjang. Segera kutepis bayangan Sam, dengan cepat aku naik keatas Ben, melingkarkan kakiku di pinggulnya, mendorong milikku pada benda tumpul Ben yang berdiri tegak, hingga masuk seluruhnya kedalam diriku dan kami mendesah berbarengan. Lazy man itu tidak hanya diam, dia menundukkan kepalanya dan menciumi dadaku, mengecup, menghisap, mengulum putingnya hingga aku menggeliat semakin berhasrat. Aku menggerakkan pinggulku naik turun, menggesek-gesekkannya ke atas dan ke bawah dengan ritme yang terus bertambah cepat. Dan Ben, dia meremas-remas dadaku dengan desahan dan pandangan nanar. Sampai akhirnya kami meledak bersama, Ben melenguh panjang saat miliknya akhirnya muncrat di dalam diriku yang menebarkan sensasi hangat ke seluruh tubuhku, dan aku yang juga mencapai klimaks bersamanya hanya mendesah panjang seraya memeluk leher Ben dengan erat. Lalu akhirnya kami sama-sama terdiam, berpelukan dalam keadaan telanjang sembari mengatur napas.

“Aku rindu.” gumam Ben pelan.

“Menurutmu aku tidak?” timpalku seraya melepaskan diri dari Ben dan turun.

Ben menahan lenganku, “Mau kemana?” tanyanya.

“Mandilaaah.”

“Aku masih mau memelukmu.” mohon Ben.

Aku berdiri menatapnya lembut. Jika melakukannya di Kasur, biasanya kami memang berpelukan lama setelahnya. Saling mendengarkan hembusan napas masing-masing yang kian teratur, mendengarkan detak jantung, dan kemudian sama-sama mensyukuri kebersamaan kami satu sama lainnya.

“Mari kita lakukan setelah kita mandi. Aku merasa lengket dan ingin bersih-bersih.” putusku lantas berlalu ke kamar mandi.

***

Aku keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar, kulihat Ben tanpak kembali serius dengan laptonya dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Kulihat di nakas ada segelas susu hangat dan sepotong sandwich. Ben memang selalu manis. Masih mengenakan handuk aku duduk di tepi ranjang dan mulai mengunyah sandwichnya dengan nikmat dilanjutkan dengan menyesap habis susunya.

“Kau tidak mandi?” tanyaku seraya bergerak menuju lemari dan membukanya.

“Biar kulanjutkan dulu, inspirasiku rasanya bertumpuk setelah bercumbu denganmu.” jawab Ben tanpa menoleh dari layar laptop, sedang jarinya tampak lincah memencet-mencet keyboard menimbulkan suara ketak-ketik yang khas dan tidak asing bagiku.

Aku tak berkomentar, aku sudah terbiasa dengan Ben yang seperti itu. Aku berdiri mematung di depan pintu lemari yang terbuka, seluruh rak-nya terisi penuh oleh pakaian yang tersusun rapih. Meski begitu aku selalu kebingungan dan merasa tidak memiliki baju yang pantas saat hendak berpakaian. Dan tetiba lipatan piyama satin putih terlihat olehku dan mengingatkanku pada piyama yang kukenakan saat Sam melihatku di kamar hotel di Surabaya. Setelah itu dengan berani sosok Sam yang berdiri tegap dengan telanjang bulat berkelebat dalam benakku.

“Iishh!!!” rutukku kesal, seraya menarik set piyama satin putih dengan bahan yang tipis dan terasa lembut.

“Kenapa?” Ben menoleh dan menatapku penasaran.

Aku tergagap, “Engga, hanya aku merasa konyol membeli beberapa set piayama yang sama persis.” grutuku berbohong.

“Kau bahkan mengabaikanku saat aku bilang jayus melihatmu mengambil beberapa piayama yang sama persis baik model maupun warnanya, untuk dibeli. Kau bilang tak masalah selama memang nyaman digunakan.”

“Lain kali seret saja aku keluar mall saat aku khilaf dan kembali membeli piyama yang sama persis.” pintaku dengan nada kesal.

“Hmmm, aku tak yakin.” gumam Ben, seraya kembali fokus pada laptopnya.

Akhirnya aku mengenakan piyama dengan model dan warna yang sama dengan yang kubawa ke Surabaya, dengan perasaan menyesal kenapa harus membawa dan mengenakan piayama untuk dinas luar ke Surabaya. Perasaan lelah membawaku untuk segera berbaring nyaman di kasur empuk milikku, dikamar pribadiku, dimana aku rasanya tidak akan melihat orang lain melakukan hal gila selain aku dengan Ben. Kuatur suhu AC ke 21° Celcius dan mengenakan selimut lembut hangat favoritku. Sembari menunggu Ben yang masih berkutat dengan ketikannya, aku bermain handphone untuk sekadar scroll media sosial. Dan postingan Nia muncul di beranda akunku. tampak semangkok mie kuah dengan irisan cabe rawit dilengakapi telur dan sawi.

“Cheat day, alone.” caption postingan Nia.

Aku memencet tombol hati dan berkomentar, “Diet woyyy!”.

Tak berapa lama Nia membalas komentar ku, “Laah kamu belum tidur? Lagi temu kangen yak?” komentarnya, dan aku balas dengan ketikkan, “wkwkkwkw. Sotoy”.

Tetiba kulihat Sam me-like semua komentarku, lalu ada jeda sebentar sebelum akhirnya dia me-like komentar Nia dan statusnya juga. Yang membuatku berkerut dahi heran adalah dia lebih dulu menyukai komentarku sebelum komentar Nia dan postingannya. Apa pikiranku yang berlebihan, atau itu bukan sesuatu yang harus dipikirkan? Aku meninggalkan postingan Nia dan kembali scroll untuk melihat lainnya dengan mengesampingkan pikiran anehku. Lalu kulihat Sam memposting!

“Rindu. Menatapmu.” sesimple itu postingan Sam. Dua kata, bukan satu kalimat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 8 *

    Postingan Sam terasa agak ambigu di kepalaku. Kulihat Nia dan beberapa orang lainnya me-like postingan Sam. Kemudian ada Camelia berkomentar. "Wait 3 days more, forever we will be together.”Sam tidak bereaksi. Tidak membalas komentar Camelia atau me-like komentarnya. Bisa jadi mereka lanjut bertelepon atau video call. Tapi sungguh aku tak yakin. Postingan Sam bisa tertuju pada siapapun, dan beberapa perempuan bahkan bisa ge-er karenanya. Seperti Camelia yang merasa itu untuknya. Bisa jadi Nia juga merasa itu tertuju padanya. Namun tidak seperti Camelia yang merupakan istri sah dan bisa berkomentar bebas di akun Sam, Nia yang hanya istri simpanan tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Semua perasaannya baik senang maupun sedih. Berdebar dan rindu. Dia hanya bisa menahan dan menyimpannya sendiri sampai waktu yang memungkinkan untuk dia menyatakannya. Dan yang lebih aneh adalah, aku merasa status Sam bahkan ditujukan untukku! Heyyyyy....kenapa kepalaku jadi bodoh sejak melih

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 9 *

    Aku terhenyak, segera menegakkan tubuh! “Hah?” tanyaku bingung. Aku tahu Sam, dia adalah CEO di kantor yang terkenal tampan dan jadi bahan gosipan cewek-cewek kantor. “Maksudnya?”“Kamu hamil?” ulang Sam.“Tidak.” jawabku cepat. “Aku belum menikah.” terangku.Aku tidak berpikir apapun saat Sam menanyakannya. Hanya khawatir dia salah mengira aku memalsukan status saat melamar kerja ke perusahaannya. Jelas tercantum bahwa salah satu syarat perekrutannya dahulu itu adalah belum menikah. Sementara belum genap satu bulan aku bekerja di perusahaan yang dipimpin Sam. selain itu, ini kali pertama aku berhadapan langsung dengan sang CEO tampan yang selama ini kulihat selintas-selintas saja secara kebetulan. Dan memang dia amat sangat rupawan!“Kamu mengelus-elus perut seolah memiliki bayi di dalamnya.” ujar Sam cuek seraya bersandar di dinding dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.“Maaf, sebenarnya saya hanya kekenyangan. Sedari tadi saya terus mencicipi hidangan yang tersedia di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 10 *

    “Maaf, jadi ini akan kau hadiahkan untuk pacarmu?” tanyaku tak enak hati. Aku sebaiknya tidak memakainya.” ujarku tidak nyaman seraya hendak membukanya. Namun lengan Ben menahan lenganku dengan pandangan lembut dan senyumnya dan hangat.“Sudah kau pakai, jadi tidak bisa diberikan kepada orang lain.” jawabnya lembut tapi semakin membuatku merasa tidak enak hati. Ucapannya memang benar, sepatu ini sudah terpasang di kakiku, kalaupun dilepas dan diberikan kepada orang lain, pasti tidak akan nyaman bagi yang memberikannya.“Gunakanlah, kamu membutuhkannya.”“Akan kuganti. Sebutkan saja harganya, nanti biar ku transfer.”“Sepertinya kau punya banyak uang ya?” tanya Ben dengan nada bercanda.“Ah! Bukan begitu maksudku.” jawabku lagi-lagi merasa tidak enak, padahal bukan maksduku untuk menyombongkan diri. Lantas aku menyodorkan handphoneku, “Tolong berikan nomor teleponmu. Biar nanti ku transfer, atau biar kuganti dengan sepatu yang sama persis, kau boleh kirimkan alamatmu padaku.”Ben hanya

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 11 *

    Aku membungkukkan badan, berpamitan pada Sam yang masih menelpon lalu berlari ke sebrang dan segera menyetop taxi yang kebetulan lewat. Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang atau melihat Sam lagi. Paras Sam saja cukup membuatku gugup, apalagi tawarannya untuk mengantarku yang sebenarnya biasa saja dan sesuatu yang wajar tanpa harus dibesar-besarkan, tapi bagiku itu sangat membingungkan bahkan lebih ke mendebarkan, jika saja aku tahu dia single tanpa Camellia, sudah usaha jungkir balik aku cari-cari perhatiannya. Sayangnya aku tahu, dia CEO dan aku budak corporate, dia milik si cantik Camellia dan aku hanya satu dari anak buahnya yang tahu betapa Sam memang amat baik dan murah hati. Jadi hatiku, plis banget jangan ge-er ya!!! Begitu taxi melaju, Ben menelepon.Kuangkat panggilannya dan langsung bilang, “Di kafe A! Aku sedang on the way kesana!.” ucapku lalu mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun.Kafe A tidak terlalu jauh dari kantorku, dan cukup fami

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 12 *

    Aku kelu, tidak tahu harus bicara apa. Tapi hatiku terasa hangat dan tenang. Meski aku masih belum bisa mencerna dengan benar perkataan Ben prihal sepatu dan pacar Ben, yang ternyata ujungnya adalah aku!“Atau kamu sudah punya pacar?”“Tidak.” jawabku cepat, Ben tampak lega.“Jadi bagaimana?” tanya Ben, dia mengulum senyum, namun sorot matanya hangat.“Aku mohon, jika ada sesuatu hal yang membuat aku berpikir kesana kemari, tolong jangan didiamkan! Tolong jangan diputar-putar! Cukup jelaskan dan tenangkan. Sesederhana itu suatu hubungan, jadi jangan dibuat rumit hingga kemudian dipenuhi kisruh.” pintaku.Ben tersenyum, dan akupun tersenyum. Ben meraih tanganku dan menggenggmnya, hangat sehangat tatapannya. “Baiklah, mari kita jadi pasangan yang bahagia, kalau rindu, diungkapkan. Kalau marah dikatakan. Dan tidak bermain kode meski kita sama sama belajar untuk bisa peka dan saling pengertian.”Dan begitulah aku dan Ben memulai suatu hubungan yang hangat hingga akhirnya kami menikah.***

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 13 *

    Nia berjalan lebih dulu ke resepsionis untuk check in dan mengambil kunci. Aku mengikutinya dengan satu koper kecil yang kuseret.“Lantai 6.” ucap Nia seraya mengayun-ayun kartu kunci kamar hotel di depan wajahku. “Lets go!” serunya riang.“Duluan saja.” ucapku.Nia mengernyit, dia tidak pergi tapi mengikutiku yang mengampiri resepsionis.“Mba, saya pesan kamar tepat di sebelah kamarnya.” kataku pada menunjuk ke sosok Nia dengan sopan dan formal.“Heii!” protes Nia terkejut dengan apa yang kulakuan.“Jangan protes! Aku trauma kejadian di Surabaya terulang lagi. Kalian bisa bebas melakukan apapun saat aku tidak berada di kamar yang sama.” tegasku. Dan Nia hanya menatapku bingung tanpa bisa membantah atau memprotes.Dan sampailah ke tahap resepsionis menyebutkan tarif permalamnya yang lantas membuatku speechless. 25 juta permalam. Kamar semewah apa sih yang dipesan Sam? Seolah kita adalah Raja Arab dia memesankan kamar seharga 25 juta permalam.“Oh Mba! Tidak usah kamar yang sama. Tipe

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 14 *

    “Sam bertanya, kamu belum mandi? Katanya bajumu masih sama seperti yang dipakai saat naik pesawat.” ucap Nia seraya menunjukkan chat dari Sam ."Kenapa kamu kirimkan poto kita padanya si? Saat makan pula.” protesku, agak malu melihat aku tengah mangap hendak menyuap makanan di poto yang dikirim Nia ke Sam."Sam meminta pap." jawab Nia."Kenapa ga selfi sendiri saja?" gumamku, agak kesal tapi kusembunyikan."Sam tanya, sedang apa dan sama siapa, pap! Gitu katanya. Aku balas, sedang makan sama kamu, lalu kukirim potonya seperti yang dia minta." jawab Nia santai."Kamu poto kita waktu di pesawat juga? Atau di bandara?" tanyaku heran."Tidak. Kenapa?" tanya Nia, tapi dia lebih tampak tidak penasaran dan tidak peduli. Dia hanya menatap layar handphone sambil terus mengunyah makanannya yang memang sangat lezat.Aku mengrnyit, "lalu bagaimana Sam tahu bahwa aku masih mengenakan baju yang sama dengan yang kupakai saat naik pesawat? Apa dia punya cctv pesawat? Tidak mungkin, kenapa aku berpiki

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 15 *

    Tentu saja ini salah! Meski Nia adalah istri Sam yang mungkin simpanan yang kesekian. Tapi Nia sahabatku, rekan kerjaku dan bagaimanapun tetap saja Nia adalah istri Sam. Dan jelas-jelas kita sama-sama tahu bahwa Nia ada di hotel yang sama denganku, di kamar yang dipesankan Sam untuknya. Lantas kenapa Sam sekarang ada di kamarku? Dan katanya aku selalu ceroboh, tergesa-gesa, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain? Bukankah Sam yang begitu???Ketika Sam mendudukkanku di ranjang dan dia berjongkok lalu memeriksa kakiku, aku mengernyit, meringis menahan sakit. Dan Sam mendongak menatapku. Aku merasa situasi saat ini sangat aneh! Ini tidak benar.“Cukup Pak Sam, aku sungguh bisa mengurus kakiku sendiri. Aku baik-baik saja. Tolong keluar dari kamarku.” pintaku dengan mimik resah dan nada tak enak hati.“Tidak bisa.” jawab Sam tegas. "Terakhir kali aku membiarkanmu dengan kaki terkilir, kau malah melangkah semakin jauh sampai sulit sekali kususul. Aku tak akan melakukan kesalahan

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 35 *

    Aku menoleh terkejut, pun dengan Pak Baroto yang menatap keheranan, matanya bergulir bergantian menatap tajam antara Sam dan aku.“Kamu mau kemana bahkan saat dokumenmu masih berserakan di lantai?” tanya Sam, nada bicaranya terdengar lembut, selembut mata coklatnya yang menatapku lekat.Dadaku sontak berdesir, dan aku mengutuknya dalam hati. "Bisa-bisanya perasaan bodoh itu muncul di saat suasana genting begini!"“Maaf, Pak, “ucapku pada Pak Baroto yang duduk di sofa, lantas aku berjongkok dengan sopan dan memunguti berkas yang berceceran di lantai. Aku marasa gugup, aku sadar Pak Baroto tengah menatapku tajam penuh selidik.Tidak seperti terhadap Sam, tatapan Pak Baroto rasanya bisa dengan mudah kubaca. Dan aku mengerti maksud tatapannya terhadapku. Dan sialnya Sam memperparah keadaan dengan ikut berjongkok di depanku serta membantuku memunguti berkas-berkas itu.“Kamu menyukainya, Sam?” Tanya Pak Baroto tajam.Aku yang terhenyak, refleks melempar berkas yang telah kupunguti tepat ke

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 34 *

    “Pagi, Pak.” sapaku, seraya menganggukkan kepala sopan.Aku lantas bergerak menjauhi sosok Sam dan memilih untuk berdiri di sisi lift lainnya. Perasaan tidak nyaman itu muncul kembali, tatapan Sam dengan mata coklatnya yang seolah sangat dalam dan tak berdasar, menimbulkan perasaan aneh dalam diriku."Kenapa harus kebetulan banget bareng CEO saat naik lift sih?! Ketika aku bahkan terlambat sampai di kantor?! Apes banget!“ aku merutuk dalam hati.Pikiranku berusaha memusatkan rasa tidak nyaman yang muncul dalam diriku pada alasan itu. Padahal ketidak nyamanan itu muncul bukan hanya karena kesiangan semata, tapi muncul karena sepasang mata coklat pekat yang seperti lumpur hisap, pekatnya membuatku tidak dapat membaca emosi apapun disana, atau bahkan sekadar menerkanya saja aku bahkan merasa tak mampu. Tatapan Sam selalu misterius dan selalu saja berhasil membuatku menjadi bodoh!Aku memilih untuk diam, dan berpura-pura tak menyadari tatapan lekat Sam terhadapku. Berusaha tetap berdiri te

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 33 *

    Aku terbangun saat alarm handphone berdering nyaring, tepat pukul 4 pagi. Kulihat Kayas masih terlelap di sampingku. Semalam aku tertidur di kamar Kayas, selain karena Ben memang tidak ada, rasa lelah juga membuatku rindu untuk tidur bersama putriku. Aku meraih handphone dan mematikan alarm, kulihat pesanku untuk Ben masih ceklis satu. Aku kembali mencoba menelepon Ben, namun masih belum bisa dihubungi. Biasanya setelah bangun aku melakukan banyak hal, mempersiapkan baju kerja dan keperluan sekolah Kayas serta sarapan juga bekal makan siang untuk di sekolah Kayas. Terkadang juga membersihkan rumah jika mood sedang baik, bahkan tak jarang berolahraga 30 menit meski sekadar peregangan otot atau senam kegel.Namun kali ini rasa malas membuatku kembali meringkuk di balik selimut bersama Kayas yang selalu kupeluk dan kuciumi. Baru saja beberapa menit aku terpejam, handphoneku bergetar. Dengan malas aku bangkit dan meraih handphone, seketika kantukku langsung hilang saat kulihat nama Ben ter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 32 *

    "Saku Belakang?" tanya Sam mengulangi."Saku depan." jawabku risih, seraya berbalik mengahadap ke sosok Sam, menghindari bokongku untuk ditatap Sam dengan teliti.Sam lagi-lagi menatapku aneh! Aku deg-degan. Firasatku buruk tentang ini!"Kanan atau kiri?" tanya Sam lagi."Kenapa Pak Sam harus menanyakan itu?!" seruku kesal dan risih."Lalu maksudmu aku harus memeriksa kedua saku depan jeansmu?"Aku menatap Sam frustrasi. "Maksudku, Pak Sam tidak perlu melakukannya. Aku sungguh bisa sendiri."Seperti mengabaikanku, Sam bergerak maju mendekatiku. Hatiku mencelos, mendadak aku speechless! Apalagi saat tiba-tiba dan tanpa aba-aba Sam mengulurkan lengannya dan meraba saku celana jeans yang kukenakan, bergantian kiri dan kanan. Aku yang terlalu terkejut hanya mematung bahkan tidak mampu untuk sekadar refleks berteriak. Sam gila sih!!!Sam menatapku lagi, mata coklatnya terlihat kelam dan dalam, seolah menyedot kesadaranku dan membuatku dunia disekitarku menjadi seperti mengabur."Saku kanan

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 31 *

    Aku hendak menolak saat Sam akhirnya kembali berkata, "tidak ada bantahan, aku hanya akan mengantar. Kayas bahkan sudah terlihat sangat mengantuk." ujar Sam.Kulihat Kayas memang terlihat lelah dan sangat mengantuk, matanya sebentar terpejam dan sebentar kemudian memaksakan diri terbuka."Baiklah." ucapku setuju pada akhirnya.Sam beranjak, dia menghampiri Kayas dan menggendongnya. Kulihat Kayas tampak nyaman tertidur dengan menyenderkan kepalanya di pundak kokoh Sam serta mengalungkan lengannya melingkari leher Sam.hatiku terasa agak mengkerut, sudah lama sekali aku bahkan tidak melihat momen Ben menggendong Kayas. Akhir-akhir ini baik aku maupun Ben sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sudah lama rasanya tidak pernah ada quality time bersama untuk aku, Ben, dan kayas.Akhirnya aku menuntun Bams berjalan mengikuti Sam."Tunggu saja di sini!" kata Sam, saat kami baru melewati pintu keluar."Baik ayah!" jawab Bams, seraya memegang tanganku semakin erat.Aku menatap Sam. Mak

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 30 *

    “Tentu, Kayas maukan memanggilku ayah?” tanya Sam lembut, yang lantas disambut Kayas dengan anggukan pasti.Tanpa menunggu waktu lagi aku menegakkan tubuhku dan segera menghampiri Kayas. Bersamaan dengan itu kulihat Sam kemudian juga menggendong Kayas, dan dia berjalan ke arahku yang juga tengah melangkah menghampiri mereka.“Ayok nak!” kataku, dengan setengah paksa merebut Kayas dari gendongan Sam.Dan saat itu Sam mencondongkan wajahnya ke dekat telingaku serta berbisik pelan namun jelas terdengar di telingaku, “aku tak akan menculik Kayas, kenapa kamu terlihat sangat gugup?!” goda Sam dengan ekspresi jahil.“Maap, Pak! Saya harap Kayas tidak merepotkan Pak Sam." kataku saat berhasil mengambil alih Kayas. "Saya permisi, ijin pamit duluan." ucapku kemudian. "Kayas kita makan dulu ya!” ajakku pada Kayas, dengan maksud untuk menghindari Sam.“Ibu sudah mau selesai mainnya ya?” tanya Bams.Aku menoleh cepat ke arah Bams dan tersenyum, tulus. Karena aku sungguh tidak berpikir untuk pura-

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 29 *

    "Ayo sayang, kamu meluncur duluan!” Aku menaikkan Kayas ke ban, dengan patuh Kayas menurut dan terlihat sumringah. "Siap ya!" aku memberi aba-aba, dan terlihat Kayas bersiaga. Setelah memastikan aman, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati. Dan Kayas meluncur dengan berseru riang.Sampai kulihat Kayas tiba di bawah, dia turun dari ban dan melambaikan tangan.Aku menoleh kembali ke anak laki-laki itu yang masih berdiri memperhatikanku.“Mau coba meluncur sekarang?” tanyaku, terlihat kali ini Kayas melambaikan tangannya pada anak laki-laki itu dengan cengiran khasnya yang lucu. Dan akhirnya anak laki-laki itu mengagguk, lalu dengan hati-hati naik ke ban yang kusiapkan."Siap ya!" Aku memberi aba-aba, setelah anak laki-laki itu mengangguk, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati.Dan anak itu meluncur menyusul Kayas. Sampai dia tiba di bawah, anak itu turun dari ban dan menghampiri Kayas yang memang masih berdiri di pinggir arena menunggunya. Dan kemudian, keduanya segera naik untu

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 28 *

    Aku menatap ayah dan ibu bergantian, lalu menatap Ben dan melihat ada pengharapan yang tulus dari sorot matanya. Dan aku lantas menganggukkan kepala menerima lamaran Ben.Ayah dan ibu tahu pekerjaan Ben, dan tidak mempermasalahkannya. Apalagi melihat kesungguhan Ben dalam mempersiapkan pernikahan kami. Aku bahkan ayah dan ibu, hampir tidak melakukan persiapan apapun. Hampir semua Ben yang menyiapkan. Dari mulai gedung pernikahan, catering, pakaian pesta keluarga, sampai undangan dan hantaran pernikahan. Semua Ben yang mengurusnya. Meski begitu Ben melibatkanku dalam memilih segalanya. Ben mengirim referensi gedung pernikahan, dan membuatku memilih salah satu. Pakaian pesta keluarga, Ben juga memintaku menentukan warna. Untuk gaun pernikahan, Ben bahkan mengajakku untuk memilih langsung dan mencobanya. Sampai menu catering dan motif undangan, semua aku yang memilih dan Ben yang mengurusnya. Sementara tanggal acara, di sana Ben melibatkan kesepakatan kedua orang tua dari pihak aku dan da

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 27 *

    Aku sampai di rumah saat hampir tengah hari. Memang tidak ke kantor, meski jam kerja sampai jam 4 sore, tapi untuk hari ini masih bisa menggunakan keterangan dinas luar. Besok aku dan Nia baru mulai kembali ke kantor. Keadaan rumah tampak hening, 3 malam kutinggal dan sepertinya tidak ada kehidupan di rumah sejak itu. Kutengok kamar Kayas sangat rapih dan bersih, tampaknya memang dia tidak tidur di sana semalam. Pun dengan kamar tidur, tidak terlihat tanda Ben tidur di sana semalam. Aku berulang kali mencoba menelpon Ben, sejak mau naik pesawat, begitu turun, bahkan saat tiba di rumah, tapi tak ada jawaban. Bahkan tidak tersambung sama sekali. Kemana Ben?Lantas aku mencoba menghubungi ibuku yang berada di desa seberang. Tidak terlalu jauh, tapi sejak awal aku menikah dengan Ben, kita sama-sama sepakat untuk mencoba hidup mandiri dan tidak tinggal di rumah orang tua, baik itu orang tuaku ataupun orang tua Ben. Dengan menggabungkan tabunganku dan tabungan Ben kita berhasil mendapatkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status