Share

* 8 *

Author: KOMALA
last update Last Updated: 2025-03-04 09:25:57

Postingan Sam terasa agak ambigu di kepalaku. Kulihat Nia dan beberapa orang lainnya me-like postingan Sam. Kemudian ada Camelia berkomentar. "Wait 3 days more, forever we will be together.”

Sam tidak bereaksi. Tidak membalas komentar Camelia atau me-like komentarnya. Bisa jadi mereka lanjut bertelepon atau video call. Tapi sungguh aku tak yakin. Postingan Sam bisa tertuju pada siapapun, dan beberapa perempuan bahkan bisa ge-er karenanya. Seperti Camelia yang merasa itu untuknya. Bisa jadi Nia juga merasa itu tertuju padanya. Namun tidak seperti Camelia yang merupakan istri sah dan bisa berkomentar bebas di akun Sam, Nia yang hanya istri simpanan tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Semua perasaannya baik senang maupun sedih. Berdebar dan rindu. Dia hanya bisa menahan dan menyimpannya sendiri sampai waktu yang memungkinkan untuk dia menyatakannya. Dan yang lebih aneh adalah, aku merasa status Sam bahkan ditujukan untukku! Heyyyyy....kenapa kepalaku jadi bodoh sejak melihat Sam telanjang???? Bisa-bisanya aku ge-er! Padahal ya, kenapa juga Sam harus membuat postingan untukku yang bukan siapa-siapanya di akun media sosialnya? Untuk apa? Hanya karena Sam me-like komentarku lebih dulu di postingan Nia! Apa aku sebodoh itu? Kenapa pikiranku melantur disaat aku bahkan punya suami???

“Iissshhh!!!” grutuku kesal.

“Kenapa?” tanya Ben. Lagi dia menoleh bingung kearahku.

“Tidak. Hanya saja aku merasa AC-nya kurang dingin, padahal posisinya udah enak banget ini.” jawabku bohong.

Sam beranjak dari duduknya lalu mengambil remot AC dan menurunkan suhunya ke 16°C. “Apa terlalu dingin? Atau kurang dingin?”

“Tidak sayang, cukup. Terimakasih.” jawabku agak khawatir. Jelas aku berbohong. Ben bahkan tahu pasti aku tidak tahan suhu kamar yang terlalu dingin. Tapi dia sepertinya tidak merasa aneh dengan itu, mungkin sekarang dia tengah berpikir lain karena aku baru pulang dinas luar. Di luar itu Ben memang selalu berpikir positif, sangat bertolak belakang denganku.

Tiba-tiba handphoneku bergetar. Kulihat nama Sam tertera di layar handphone. Aku mengenyit, “Kenapa Sam meneleponku tengah malam begini?” pikirku aneh, kulihat jam dinding menunjuk ke angka 12.45. bahkan sudah lewat tengah malam! Kulirik Ben yang kembali serius di meja kerjanya. Aku merasa tidak enak dengan Ben mengenai panggilan telepon Sam. Apa memang kepalaku yang terlalu berpikir aneh dan berlebihan? Atau memang pikiranku sendiri saja yang melantur mengenai Sam? Bisa jadi Sam menelepon karena ada urusan pekerjaan yg penting bukan?

Aku beranjak dari kasur. “Aku mau ambil minum. Mau sekalian kuambilkan?” tanyaku pada Ben.

“Tidak sayang. Nanti bisa kuambil sendiri. Terimakasih.” jawab Ben tampa menoleh, dengan jemari yg kian lincah menari di atas keyboard.

Aku lantas keluar kamar, ke dapur mengambil gelas dan membuka kulkas, lalu mengisinya dengan air dingin kemudian duduk di meja dapur. Aku tidak meminumnya. Karena memang sebenarnya aku tidak haus. Aku ke dapur hanya beralasan untuk mengangkat telepon dari Sam yang masih berdering di handphoneku. Awalnya aku merasa enggan untuk mengangkatnya, aku berpikir Sam aneh, dan akupun merasa tidak enak dengan Ben. Tapi melihat Ben masih bekerja bahkan lewat tengah malam, bisa jadi memang hanya aku saja yang berpikir aneh, dan Sam menelepon memang karena ada sesuatu yang penting mengenai pekerjaan.

“Kenapa juga aku harus keluar kamar untuk mengangkat teleponnya?” pikirku resah. Tanpa berpikir lebih lama lagi, aku menekan tombol untuk mengangkat telepon. “Hallo?” sapaku.

Hening, tak ada suara. Aku kembali melihat layar handphone untuk memastikan telepon masih tersambung. “Hallo?” sapaku, lagi. Dan masih sama, tak ada jawaban dari seberang telepon sana. Setelah mencoba ke tiga kalinya dan masih belum ada sahutan, akhirnya aku memutuskan mengakhiri sambungan telepon dengan perasaan kesal. “Mungkin kepencet.” pikirku, tapi belum sampai semenit handphoneku kembali berdering dan Sam kembali menelepon. Aku mengernyit heran. Penasaran, untuk kedua kalinya aku mengangkat panggilan dari Sam. Namun kali ini aku hanya diam dan mendengarkan tanpa menyapa atau mengatakan apapun. Di seberang sanapun masih diam, tetap tak ada suara. Setelah beberapa saat sambungan telepon terhubung dalam diam, aku lantas menutup sambungan telepon dan mematikan handphone. Sam semakin aneh.

“Apa aku cuma berprasangka buruk? Bisa jadi mungkin benar-benar kepencet, atau handphonenya memang error tengah malam.” pikirku, meski hati kecilku merasa pikiran itu seperti janggal dan setengah tidak mungkin.

"Apa pikiran gilaku, tentang kegilaan Sam itu sebenarnya adalah benar?" Aku bahkan tercenung dengan pikiranku sendiri. Pikiran gila dan kegilaan sam? Sebenarnya adalah benar? Bahkan kepalaku rasanya semakin menceracau tidak jelas.

“Ini gila sih!” ujarku kesal, lantas meminum segelas air dingin berharap itu bisa mendinginkan kepalaku yang terasa aneh. Lalu masuk ke kamar dengan perasaan bersalah terhadap Ben.

Aku mendesah berat, kulihat Ben sudah terlelap di ranjang dengan suara dengkuran khas-nya yang di awal pernikahan terasa mengganggu, hinggi kini bahkan menjadi biasa saja. Aku meringkuk di samping Ben, memandangi wajahnya yang tidak tampan. Ia, Ben bukan laki-laki tampan. Bahkan kalau di foto dia lebih suka berbalik dan menampakkan punggungnya yang fotogenik. Jika ditanya bagian tubuh Ben yang paling menarik, jelas jawabannya adalah pundak dan punggungnya. Dan Ben tahu itu.

Teringat awal pertemuanku dengan Ben, saat itu di acara ulang tahun perusahaan, ketika aku masih karyawan baru di PT. Jaya Sejahtera. Aku datang dengan memakai blazer kasual warna broken white model longgar dengan panjang lengan 1/8 yang menampakkan jam tangan kecil berwarna silver model Korea serta aksesoris gelang tali kecil berwarna perak dengan gantungan bentuk daun semanggi ala Van Cleef serta cincin polos kecil di jari telunjuk dan jari manis. Baju dalamnya aku mengenakan kaos putih polos pas badan serta outer rajut model jaring besar tanpa lengan sepanjang betis dengan belahan tinggi di sisi kanan dan kiri, sementara bawahannya aku memadukannya dengan jeans hitam model skinny yang pas di badan dan mengikuti bentuk kaki. Sepatunya heels J’Adior slingback hitam yang tentu saja KW, waktu aku beli online keterangannya kualitas mirror, meski begitu cukup nyaman digunakan dan aku merasa cantik memakainya. Aku merias wajahku dengan make-up tipis ala Korea, mengikat rambutku dengan gaya high ponytail, berharap bisa membuatku tampak cantik dan elegan.

Aku keluar dari ballroom hotel tempat acara diselenggarakan, para senior dan rekan kerja masih di dalam dan menikmati makanan, sementara aku sudah kenyang. Bagaimana tidak, saat rekan kerjaku sibuk mengikuti senior dan beramah tamah kesana kemari menyapa para petinggi perusahaan, aku juga ikut sibuk kesana kemari mencicipi semua menu yang terhidang dan tampak menarik juga enak. Di lobi yang tampak lengang aku berdiri menyender santai ke dinding sembari mengusap-usap perutku yang kekenyangan. Di dalam sangat ramai dan membuatku tidak nyaman.

“Kau hamil?” tanya Sam yang tetiba sudah berdiri di dekatku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 9 *

    Aku terhenyak, segera menegakkan tubuh! “Hah?” tanyaku bingung. Aku tahu Sam, dia adalah CEO di kantor yang terkenal tampan dan jadi bahan gosipan cewek-cewek kantor. “Maksudnya?”“Kamu hamil?” ulang Sam.“Tidak.” jawabku cepat. “Aku belum menikah.” terangku.Aku tidak berpikir apapun saat Sam menanyakannya. Hanya khawatir dia salah mengira aku memalsukan status saat melamar kerja ke perusahaannya. Jelas tercantum bahwa salah satu syarat perekrutannya dahulu itu adalah belum menikah. Sementara belum genap satu bulan aku bekerja di perusahaan yang dipimpin Sam. selain itu, ini kali pertama aku berhadapan langsung dengan sang CEO tampan yang selama ini kulihat selintas-selintas saja secara kebetulan. Dan memang dia amat sangat rupawan!“Kamu mengelus-elus perut seolah memiliki bayi di dalamnya.” ujar Sam cuek seraya bersandar di dinding dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.“Maaf, sebenarnya saya hanya kekenyangan. Sedari tadi saya terus mencicipi hidangan yang tersedia di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 10 *

    “Maaf, jadi ini akan kau hadiahkan untuk pacarmu?” tanyaku tak enak hati. Aku sebaiknya tidak memakainya.” ujarku tidak nyaman seraya hendak membukanya. Namun lengan Ben menahan lenganku dengan pandangan lembut dan senyumnya dan hangat.“Sudah kau pakai, jadi tidak bisa diberikan kepada orang lain.” jawabnya lembut tapi semakin membuatku merasa tidak enak hati. Ucapannya memang benar, sepatu ini sudah terpasang di kakiku, kalaupun dilepas dan diberikan kepada orang lain, pasti tidak akan nyaman bagi yang memberikannya.“Gunakanlah, kamu membutuhkannya.”“Akan kuganti. Sebutkan saja harganya, nanti biar ku transfer.”“Sepertinya kau punya banyak uang ya?” tanya Ben dengan nada bercanda.“Ah! Bukan begitu maksudku.” jawabku lagi-lagi merasa tidak enak, padahal bukan maksduku untuk menyombongkan diri. Lantas aku menyodorkan handphoneku, “Tolong berikan nomor teleponmu. Biar nanti ku transfer, atau biar kuganti dengan sepatu yang sama persis, kau boleh kirimkan alamatmu padaku.”Ben hanya

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 11 *

    Aku membungkukkan badan, berpamitan pada Sam yang masih menelpon lalu berlari ke sebrang dan segera menyetop taxi yang kebetulan lewat. Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang atau melihat Sam lagi. Paras Sam saja cukup membuatku gugup, apalagi tawarannya untuk mengantarku yang sebenarnya biasa saja dan sesuatu yang wajar tanpa harus dibesar-besarkan, tapi bagiku itu sangat membingungkan bahkan lebih ke mendebarkan, jika saja aku tahu dia single tanpa Camellia, sudah usaha jungkir balik aku cari-cari perhatiannya. Sayangnya aku tahu, dia CEO dan aku budak corporate, dia milik si cantik Camellia dan aku hanya satu dari anak buahnya yang tahu betapa Sam memang amat baik dan murah hati. Jadi hatiku, plis banget jangan ge-er ya!!! Begitu taxi melaju, Ben menelepon.Kuangkat panggilannya dan langsung bilang, “Di kafe A! Aku sedang on the way kesana!.” ucapku lalu mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun.Kafe A tidak terlalu jauh dari kantorku, dan cukup fami

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 12 *

    Aku kelu, tidak tahu harus bicara apa. Tapi hatiku terasa hangat dan tenang. Meski aku masih belum bisa mencerna dengan benar perkataan Ben prihal sepatu dan pacar Ben, yang ternyata ujungnya adalah aku!“Atau kamu sudah punya pacar?”“Tidak.” jawabku cepat, Ben tampak lega.“Jadi bagaimana?” tanya Ben, dia mengulum senyum, namun sorot matanya hangat.“Aku mohon, jika ada sesuatu hal yang membuat aku berpikir kesana kemari, tolong jangan didiamkan! Tolong jangan diputar-putar! Cukup jelaskan dan tenangkan. Sesederhana itu suatu hubungan, jadi jangan dibuat rumit hingga kemudian dipenuhi kisruh.” pintaku.Ben tersenyum, dan akupun tersenyum. Ben meraih tanganku dan menggenggmnya, hangat sehangat tatapannya. “Baiklah, mari kita jadi pasangan yang bahagia, kalau rindu, diungkapkan. Kalau marah dikatakan. Dan tidak bermain kode meski kita sama sama belajar untuk bisa peka dan saling pengertian.”Dan begitulah aku dan Ben memulai suatu hubungan yang hangat hingga akhirnya kami menikah.***

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 13 *

    Nia berjalan lebih dulu ke resepsionis untuk check in dan mengambil kunci. Aku mengikutinya dengan satu koper kecil yang kuseret.“Lantai 6.” ucap Nia seraya mengayun-ayun kartu kunci kamar hotel di depan wajahku. “Lets go!” serunya riang.“Duluan saja.” ucapku.Nia mengernyit, dia tidak pergi tapi mengikutiku yang mengampiri resepsionis.“Mba, saya pesan kamar tepat di sebelah kamarnya.” kataku pada menunjuk ke sosok Nia dengan sopan dan formal.“Heii!” protes Nia terkejut dengan apa yang kulakuan.“Jangan protes! Aku trauma kejadian di Surabaya terulang lagi. Kalian bisa bebas melakukan apapun saat aku tidak berada di kamar yang sama.” tegasku. Dan Nia hanya menatapku bingung tanpa bisa membantah atau memprotes.Dan sampailah ke tahap resepsionis menyebutkan tarif permalamnya yang lantas membuatku speechless. 25 juta permalam. Kamar semewah apa sih yang dipesan Sam? Seolah kita adalah Raja Arab dia memesankan kamar seharga 25 juta permalam.“Oh Mba! Tidak usah kamar yang sama. Tipe

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 14 *

    “Sam bertanya, kamu belum mandi? Katanya bajumu masih sama seperti yang dipakai saat naik pesawat.” ucap Nia seraya menunjukkan chat dari Sam ."Kenapa kamu kirimkan poto kita padanya si? Saat makan pula.” protesku, agak malu melihat aku tengah mangap hendak menyuap makanan di poto yang dikirim Nia ke Sam."Sam meminta pap." jawab Nia."Kenapa ga selfi sendiri saja?" gumamku, agak kesal tapi kusembunyikan."Sam tanya, sedang apa dan sama siapa, pap! Gitu katanya. Aku balas, sedang makan sama kamu, lalu kukirim potonya seperti yang dia minta." jawab Nia santai."Kamu poto kita waktu di pesawat juga? Atau di bandara?" tanyaku heran."Tidak. Kenapa?" tanya Nia, tapi dia lebih tampak tidak penasaran dan tidak peduli. Dia hanya menatap layar handphone sambil terus mengunyah makanannya yang memang sangat lezat.Aku mengrnyit, "lalu bagaimana Sam tahu bahwa aku masih mengenakan baju yang sama dengan yang kupakai saat naik pesawat? Apa dia punya cctv pesawat? Tidak mungkin, kenapa aku berpiki

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 15 *

    Tentu saja ini salah! Meski Nia adalah istri Sam yang mungkin simpanan yang kesekian. Tapi Nia sahabatku, rekan kerjaku dan bagaimanapun tetap saja Nia adalah istri Sam. Dan jelas-jelas kita sama-sama tahu bahwa Nia ada di hotel yang sama denganku, di kamar yang dipesankan Sam untuknya. Lantas kenapa Sam sekarang ada di kamarku? Dan katanya aku selalu ceroboh, tergesa-gesa, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain? Bukankah Sam yang begitu???Ketika Sam mendudukkanku di ranjang dan dia berjongkok lalu memeriksa kakiku, aku mengernyit, meringis menahan sakit. Dan Sam mendongak menatapku. Aku merasa situasi saat ini sangat aneh! Ini tidak benar.“Cukup Pak Sam, aku sungguh bisa mengurus kakiku sendiri. Aku baik-baik saja. Tolong keluar dari kamarku.” pintaku dengan mimik resah dan nada tak enak hati.“Tidak bisa.” jawab Sam tegas. "Terakhir kali aku membiarkanmu dengan kaki terkilir, kau malah melangkah semakin jauh sampai sulit sekali kususul. Aku tak akan melakukan kesalahan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 16 *

    Sam dengan sigap mendorong troli makanan yang berisi hidangan yang sudah dipesannya, setelah sebelumnya menaruh sebuah bungkusan plastik putih yang entah apa isinya di sana.Aku yang lagi-lagi kebingungan akan tingkah Sam hanya bisa mengikutinya dengan langkah tertatih ke dalam kamar. Sam menaruh troli makanan tepat di samping ranjang. Lalu berbalik dan menatapku tajam, langkahku terhenti dan aku tertunduk takut."Kamu benar-benar berpikir sedang menjadi peserta squid game? Dengan seragam konyolmu bisa-bisanya menuduh waiter yang mengantarkan makanan sebagai penjahat yang menyamar!"Aku merasa malu juga jengkel. "Kenapa Sam ada di sana? Dan kenapa juga dia harus mengomel untuk segala hal yang kulakukan?" rutukku dalam hati, mendadak aku sangat kesal. “Memangnya job desk seorang CEO adalah mengomentari pakaian karyawannya di luar jam kerja?” aku ngedumel kesal.Sam melotot dan sontak hatiku menciut. Sam mendekat dan aku yang merasa terintimidasi lantas mundur perlahan. Aku mendongak sa

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 35 *

    Aku menoleh terkejut, pun dengan Pak Baroto yang menatap keheranan, matanya bergulir bergantian menatap tajam antara Sam dan aku.“Kamu mau kemana bahkan saat dokumenmu masih berserakan di lantai?” tanya Sam, nada bicaranya terdengar lembut, selembut mata coklatnya yang menatapku lekat.Dadaku sontak berdesir, dan aku mengutuknya dalam hati. "Bisa-bisanya perasaan bodoh itu muncul di saat suasana genting begini!"“Maaf, Pak, “ucapku pada Pak Baroto yang duduk di sofa, lantas aku berjongkok dengan sopan dan memunguti berkas yang berceceran di lantai. Aku marasa gugup, aku sadar Pak Baroto tengah menatapku tajam penuh selidik.Tidak seperti terhadap Sam, tatapan Pak Baroto rasanya bisa dengan mudah kubaca. Dan aku mengerti maksud tatapannya terhadapku. Dan sialnya Sam memperparah keadaan dengan ikut berjongkok di depanku serta membantuku memunguti berkas-berkas itu.“Kamu menyukainya, Sam?” Tanya Pak Baroto tajam.Aku yang terhenyak, refleks melempar berkas yang telah kupunguti tepat ke

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 34 *

    “Pagi, Pak.” sapaku, seraya menganggukkan kepala sopan.Aku lantas bergerak menjauhi sosok Sam dan memilih untuk berdiri di sisi lift lainnya. Perasaan tidak nyaman itu muncul kembali, tatapan Sam dengan mata coklatnya yang seolah sangat dalam dan tak berdasar, menimbulkan perasaan aneh dalam diriku."Kenapa harus kebetulan banget bareng CEO saat naik lift sih?! Ketika aku bahkan terlambat sampai di kantor?! Apes banget!“ aku merutuk dalam hati.Pikiranku berusaha memusatkan rasa tidak nyaman yang muncul dalam diriku pada alasan itu. Padahal ketidak nyamanan itu muncul bukan hanya karena kesiangan semata, tapi muncul karena sepasang mata coklat pekat yang seperti lumpur hisap, pekatnya membuatku tidak dapat membaca emosi apapun disana, atau bahkan sekadar menerkanya saja aku bahkan merasa tak mampu. Tatapan Sam selalu misterius dan selalu saja berhasil membuatku menjadi bodoh!Aku memilih untuk diam, dan berpura-pura tak menyadari tatapan lekat Sam terhadapku. Berusaha tetap berdiri te

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 33 *

    Aku terbangun saat alarm handphone berdering nyaring, tepat pukul 4 pagi. Kulihat Kayas masih terlelap di sampingku. Semalam aku tertidur di kamar Kayas, selain karena Ben memang tidak ada, rasa lelah juga membuatku rindu untuk tidur bersama putriku. Aku meraih handphone dan mematikan alarm, kulihat pesanku untuk Ben masih ceklis satu. Aku kembali mencoba menelepon Ben, namun masih belum bisa dihubungi. Biasanya setelah bangun aku melakukan banyak hal, mempersiapkan baju kerja dan keperluan sekolah Kayas serta sarapan juga bekal makan siang untuk di sekolah Kayas. Terkadang juga membersihkan rumah jika mood sedang baik, bahkan tak jarang berolahraga 30 menit meski sekadar peregangan otot atau senam kegel.Namun kali ini rasa malas membuatku kembali meringkuk di balik selimut bersama Kayas yang selalu kupeluk dan kuciumi. Baru saja beberapa menit aku terpejam, handphoneku bergetar. Dengan malas aku bangkit dan meraih handphone, seketika kantukku langsung hilang saat kulihat nama Ben ter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 32 *

    "Saku Belakang?" tanya Sam mengulangi."Saku depan." jawabku risih, seraya berbalik mengahadap ke sosok Sam, menghindari bokongku untuk ditatap Sam dengan teliti.Sam lagi-lagi menatapku aneh! Aku deg-degan. Firasatku buruk tentang ini!"Kanan atau kiri?" tanya Sam lagi."Kenapa Pak Sam harus menanyakan itu?!" seruku kesal dan risih."Lalu maksudmu aku harus memeriksa kedua saku depan jeansmu?"Aku menatap Sam frustrasi. "Maksudku, Pak Sam tidak perlu melakukannya. Aku sungguh bisa sendiri."Seperti mengabaikanku, Sam bergerak maju mendekatiku. Hatiku mencelos, mendadak aku speechless! Apalagi saat tiba-tiba dan tanpa aba-aba Sam mengulurkan lengannya dan meraba saku celana jeans yang kukenakan, bergantian kiri dan kanan. Aku yang terlalu terkejut hanya mematung bahkan tidak mampu untuk sekadar refleks berteriak. Sam gila sih!!!Sam menatapku lagi, mata coklatnya terlihat kelam dan dalam, seolah menyedot kesadaranku dan membuatku dunia disekitarku menjadi seperti mengabur."Saku kanan

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 31 *

    Aku hendak menolak saat Sam akhirnya kembali berkata, "tidak ada bantahan, aku hanya akan mengantar. Kayas bahkan sudah terlihat sangat mengantuk." ujar Sam.Kulihat Kayas memang terlihat lelah dan sangat mengantuk, matanya sebentar terpejam dan sebentar kemudian memaksakan diri terbuka."Baiklah." ucapku setuju pada akhirnya.Sam beranjak, dia menghampiri Kayas dan menggendongnya. Kulihat Kayas tampak nyaman tertidur dengan menyenderkan kepalanya di pundak kokoh Sam serta mengalungkan lengannya melingkari leher Sam.hatiku terasa agak mengkerut, sudah lama sekali aku bahkan tidak melihat momen Ben menggendong Kayas. Akhir-akhir ini baik aku maupun Ben sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing, sudah lama rasanya tidak pernah ada quality time bersama untuk aku, Ben, dan kayas.Akhirnya aku menuntun Bams berjalan mengikuti Sam."Tunggu saja di sini!" kata Sam, saat kami baru melewati pintu keluar."Baik ayah!" jawab Bams, seraya memegang tanganku semakin erat.Aku menatap Sam. Mak

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 30 *

    “Tentu, Kayas maukan memanggilku ayah?” tanya Sam lembut, yang lantas disambut Kayas dengan anggukan pasti.Tanpa menunggu waktu lagi aku menegakkan tubuhku dan segera menghampiri Kayas. Bersamaan dengan itu kulihat Sam kemudian juga menggendong Kayas, dan dia berjalan ke arahku yang juga tengah melangkah menghampiri mereka.“Ayok nak!” kataku, dengan setengah paksa merebut Kayas dari gendongan Sam.Dan saat itu Sam mencondongkan wajahnya ke dekat telingaku serta berbisik pelan namun jelas terdengar di telingaku, “aku tak akan menculik Kayas, kenapa kamu terlihat sangat gugup?!” goda Sam dengan ekspresi jahil.“Maap, Pak! Saya harap Kayas tidak merepotkan Pak Sam." kataku saat berhasil mengambil alih Kayas. "Saya permisi, ijin pamit duluan." ucapku kemudian. "Kayas kita makan dulu ya!” ajakku pada Kayas, dengan maksud untuk menghindari Sam.“Ibu sudah mau selesai mainnya ya?” tanya Bams.Aku menoleh cepat ke arah Bams dan tersenyum, tulus. Karena aku sungguh tidak berpikir untuk pura-

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 29 *

    "Ayo sayang, kamu meluncur duluan!” Aku menaikkan Kayas ke ban, dengan patuh Kayas menurut dan terlihat sumringah. "Siap ya!" aku memberi aba-aba, dan terlihat Kayas bersiaga. Setelah memastikan aman, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati. Dan Kayas meluncur dengan berseru riang.Sampai kulihat Kayas tiba di bawah, dia turun dari ban dan melambaikan tangan.Aku menoleh kembali ke anak laki-laki itu yang masih berdiri memperhatikanku.“Mau coba meluncur sekarang?” tanyaku, terlihat kali ini Kayas melambaikan tangannya pada anak laki-laki itu dengan cengiran khasnya yang lucu. Dan akhirnya anak laki-laki itu mengagguk, lalu dengan hati-hati naik ke ban yang kusiapkan."Siap ya!" Aku memberi aba-aba, setelah anak laki-laki itu mengangguk, aku kemudian mendorongnya dengan hati-hati.Dan anak itu meluncur menyusul Kayas. Sampai dia tiba di bawah, anak itu turun dari ban dan menghampiri Kayas yang memang masih berdiri di pinggir arena menunggunya. Dan kemudian, keduanya segera naik untu

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 28 *

    Aku menatap ayah dan ibu bergantian, lalu menatap Ben dan melihat ada pengharapan yang tulus dari sorot matanya. Dan aku lantas menganggukkan kepala menerima lamaran Ben.Ayah dan ibu tahu pekerjaan Ben, dan tidak mempermasalahkannya. Apalagi melihat kesungguhan Ben dalam mempersiapkan pernikahan kami. Aku bahkan ayah dan ibu, hampir tidak melakukan persiapan apapun. Hampir semua Ben yang menyiapkan. Dari mulai gedung pernikahan, catering, pakaian pesta keluarga, sampai undangan dan hantaran pernikahan. Semua Ben yang mengurusnya. Meski begitu Ben melibatkanku dalam memilih segalanya. Ben mengirim referensi gedung pernikahan, dan membuatku memilih salah satu. Pakaian pesta keluarga, Ben juga memintaku menentukan warna. Untuk gaun pernikahan, Ben bahkan mengajakku untuk memilih langsung dan mencobanya. Sampai menu catering dan motif undangan, semua aku yang memilih dan Ben yang mengurusnya. Sementara tanggal acara, di sana Ben melibatkan kesepakatan kedua orang tua dari pihak aku dan da

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 27 *

    Aku sampai di rumah saat hampir tengah hari. Memang tidak ke kantor, meski jam kerja sampai jam 4 sore, tapi untuk hari ini masih bisa menggunakan keterangan dinas luar. Besok aku dan Nia baru mulai kembali ke kantor. Keadaan rumah tampak hening, 3 malam kutinggal dan sepertinya tidak ada kehidupan di rumah sejak itu. Kutengok kamar Kayas sangat rapih dan bersih, tampaknya memang dia tidak tidur di sana semalam. Pun dengan kamar tidur, tidak terlihat tanda Ben tidur di sana semalam. Aku berulang kali mencoba menelpon Ben, sejak mau naik pesawat, begitu turun, bahkan saat tiba di rumah, tapi tak ada jawaban. Bahkan tidak tersambung sama sekali. Kemana Ben?Lantas aku mencoba menghubungi ibuku yang berada di desa seberang. Tidak terlalu jauh, tapi sejak awal aku menikah dengan Ben, kita sama-sama sepakat untuk mencoba hidup mandiri dan tidak tinggal di rumah orang tua, baik itu orang tuaku ataupun orang tua Ben. Dengan menggabungkan tabunganku dan tabungan Ben kita berhasil mendapatkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status