Share

* 8 *

Author: KOMALA
last update Last Updated: 2025-03-04 09:25:57

Postingan Sam terasa agak ambigu di kepalaku. Kulihat Nia dan beberapa orang lainnya me-like postingan Sam. Kemudian ada Camelia berkomentar. "Wait 3 days more, forever we will be together.”

Sam tidak bereaksi. Tidak membalas komentar Camelia atau me-like komentarnya. Bisa jadi mereka lanjut bertelepon atau video call. Tapi sungguh aku tak yakin. Postingan Sam bisa tertuju pada siapapun, dan beberapa perempuan bahkan bisa ge-er karenanya. Seperti Camelia yang merasa itu untuknya. Bisa jadi Nia juga merasa itu tertuju padanya. Namun tidak seperti Camelia yang merupakan istri sah dan bisa berkomentar bebas di akun Sam, Nia yang hanya istri simpanan tidak akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Semua perasaannya baik senang maupun sedih. Berdebar dan rindu. Dia hanya bisa menahan dan menyimpannya sendiri sampai waktu yang memungkinkan untuk dia menyatakannya. Dan yang lebih aneh adalah, aku merasa status Sam bahkan ditujukan untukku! Heyyyyy....kenapa kepalaku jadi bodoh sejak melihat Sam telanjang???? Bisa-bisanya aku ge-er! Padahal ya, kenapa juga Sam harus membuat postingan untukku yang bukan siapa-siapanya di akun media sosialnya? Untuk apa? Hanya karena Sam me-like komentarku lebih dulu di postingan Nia! Apa aku sebodoh itu? Kenapa pikiranku melantur disaat aku bahkan punya suami???

“Iissshhh!!!” grutuku kesal.

“Kenapa?” tanya Ben. Lagi dia menoleh bingung kearahku.

“Tidak. Hanya saja aku merasa AC-nya kurang dingin, padahal posisinya udah enak banget ini.” jawabku bohong.

Sam beranjak dari duduknya lalu mengambil remot AC dan menurunkan suhunya ke 16°C. “Apa terlalu dingin? Atau kurang dingin?”

“Tidak sayang, cukup. Terimakasih.” jawabku agak khawatir. Jelas aku berbohong. Ben bahkan tahu pasti aku tidak tahan suhu kamar yang terlalu dingin. Tapi dia sepertinya tidak merasa aneh dengan itu, mungkin sekarang dia tengah berpikir lain karena aku baru pulang dinas luar. Di luar itu Ben memang selalu berpikir positif, sangat bertolak belakang denganku.

Tiba-tiba handphoneku bergetar. Kulihat nama Sam tertera di layar handphone. Aku mengenyit, “Kenapa Sam meneleponku tengah malam begini?” pikirku aneh, kulihat jam dinding menunjuk ke angka 12.45. bahkan sudah lewat tengah malam! Kulirik Ben yang kembali serius di meja kerjanya. Aku merasa tidak enak dengan Ben mengenai panggilan telepon Sam. Apa memang kepalaku yang terlalu berpikir aneh dan berlebihan? Atau memang pikiranku sendiri saja yang melantur mengenai Sam? Bisa jadi Sam menelepon karena ada urusan pekerjaan yg penting bukan?

Aku beranjak dari kasur. “Aku mau ambil minum. Mau sekalian kuambilkan?” tanyaku pada Ben.

“Tidak sayang. Nanti bisa kuambil sendiri. Terimakasih.” jawab Ben tampa menoleh, dengan jemari yg kian lincah menari di atas keyboard.

Aku lantas keluar kamar, ke dapur mengambil gelas dan membuka kulkas, lalu mengisinya dengan air dingin kemudian duduk di meja dapur. Aku tidak meminumnya. Karena memang sebenarnya aku tidak haus. Aku ke dapur hanya beralasan untuk mengangkat telepon dari Sam yang masih berdering di handphoneku. Awalnya aku merasa enggan untuk mengangkatnya, aku berpikir Sam aneh, dan akupun merasa tidak enak dengan Ben. Tapi melihat Ben masih bekerja bahkan lewat tengah malam, bisa jadi memang hanya aku saja yang berpikir aneh, dan Sam menelepon memang karena ada sesuatu yang penting mengenai pekerjaan.

“Kenapa juga aku harus keluar kamar untuk mengangkat teleponnya?” pikirku resah. Tanpa berpikir lebih lama lagi, aku menekan tombol untuk mengangkat telepon. “Hallo?” sapaku.

Hening, tak ada suara. Aku kembali melihat layar handphone untuk memastikan telepon masih tersambung. “Hallo?” sapaku, lagi. Dan masih sama, tak ada jawaban dari seberang telepon sana. Setelah mencoba ke tiga kalinya dan masih belum ada sahutan, akhirnya aku memutuskan mengakhiri sambungan telepon dengan perasaan kesal. “Mungkin kepencet.” pikirku, tapi belum sampai semenit handphoneku kembali berdering dan Sam kembali menelepon. Aku mengernyit heran. Penasaran, untuk kedua kalinya aku mengangkat panggilan dari Sam. Namun kali ini aku hanya diam dan mendengarkan tanpa menyapa atau mengatakan apapun. Di seberang sanapun masih diam, tetap tak ada suara. Setelah beberapa saat sambungan telepon terhubung dalam diam, aku lantas menutup sambungan telepon dan mematikan handphone. Sam semakin aneh.

“Apa aku cuma berprasangka buruk? Bisa jadi mungkin benar-benar kepencet, atau handphonenya memang error tengah malam.” pikirku, meski hati kecilku merasa pikiran itu seperti janggal dan setengah tidak mungkin.

"Apa pikiran gilaku, tentang kegilaan Sam itu sebenarnya adalah benar?" Aku bahkan tercenung dengan pikiranku sendiri. Pikiran gila dan kegilaan sam? Sebenarnya adalah benar? Bahkan kepalaku rasanya semakin menceracau tidak jelas.

“Ini gila sih!” ujarku kesal, lantas meminum segelas air dingin berharap itu bisa mendinginkan kepalaku yang terasa aneh. Lalu masuk ke kamar dengan perasaan bersalah terhadap Ben.

Aku mendesah berat, kulihat Ben sudah terlelap di ranjang dengan suara dengkuran khas-nya yang di awal pernikahan terasa mengganggu, hinggi kini bahkan menjadi biasa saja. Aku meringkuk di samping Ben, memandangi wajahnya yang tidak tampan. Ia, Ben bukan laki-laki tampan. Bahkan kalau di foto dia lebih suka berbalik dan menampakkan punggungnya yang fotogenik. Jika ditanya bagian tubuh Ben yang paling menarik, jelas jawabannya adalah pundak dan punggungnya. Dan Ben tahu itu.

Teringat awal pertemuanku dengan Ben, saat itu di acara ulang tahun perusahaan, ketika aku masih karyawan baru di PT. Jaya Sejahtera. Aku datang dengan memakai blazer kasual warna broken white model longgar dengan panjang lengan 1/8 yang menampakkan jam tangan kecil berwarna silver model Korea serta aksesoris gelang tali kecil berwarna perak dengan gantungan bentuk daun semanggi ala Van Cleef serta cincin polos kecil di jari telunjuk dan jari manis. Baju dalamnya aku mengenakan kaos putih polos pas badan serta outer rajut model jaring besar tanpa lengan sepanjang betis dengan belahan tinggi di sisi kanan dan kiri, sementara bawahannya aku memadukannya dengan jeans hitam model skinny yang pas di badan dan mengikuti bentuk kaki. Sepatunya heels J’Adior slingback hitam yang tentu saja KW, waktu aku beli online keterangannya kualitas mirror, meski begitu cukup nyaman digunakan dan aku merasa cantik memakainya. Aku merias wajahku dengan make-up tipis ala Korea, mengikat rambutku dengan gaya high ponytail, berharap bisa membuatku tampak cantik dan elegan.

Aku keluar dari ballroom hotel tempat acara diselenggarakan, para senior dan rekan kerja masih di dalam dan menikmati makanan, sementara aku sudah kenyang. Bagaimana tidak, saat rekan kerjaku sibuk mengikuti senior dan beramah tamah kesana kemari menyapa para petinggi perusahaan, aku juga ikut sibuk kesana kemari mencicipi semua menu yang terhidang dan tampak menarik juga enak. Di lobi yang tampak lengang aku berdiri menyender santai ke dinding sembari mengusap-usap perutku yang kekenyangan. Di dalam sangat ramai dan membuatku tidak nyaman.

“Kau hamil?” tanya Sam yang tetiba sudah berdiri di dekatku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 9 *

    Aku terhenyak, segera menegakkan tubuh! “Hah?” tanyaku bingung. Aku tahu Sam, dia adalah CEO di kantor yang terkenal tampan dan jadi bahan gosipan cewek-cewek kantor. “Maksudnya?”“Kamu hamil?” ulang Sam.“Tidak.” jawabku cepat. “Aku belum menikah.” terangku.Aku tidak berpikir apapun saat Sam menanyakannya. Hanya khawatir dia salah mengira aku memalsukan status saat melamar kerja ke perusahaannya. Jelas tercantum bahwa salah satu syarat perekrutannya dahulu itu adalah belum menikah. Sementara belum genap satu bulan aku bekerja di perusahaan yang dipimpin Sam. selain itu, ini kali pertama aku berhadapan langsung dengan sang CEO tampan yang selama ini kulihat selintas-selintas saja secara kebetulan. Dan memang dia amat sangat rupawan!“Kamu mengelus-elus perut seolah memiliki bayi di dalamnya.” ujar Sam cuek seraya bersandar di dinding dan mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.“Maaf, sebenarnya saya hanya kekenyangan. Sedari tadi saya terus mencicipi hidangan yang tersedia di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 10 *

    “Maaf, jadi ini akan kau hadiahkan untuk pacarmu?” tanyaku tak enak hati. Aku sebaiknya tidak memakainya.” ujarku tidak nyaman seraya hendak membukanya. Namun lengan Ben menahan lenganku dengan pandangan lembut dan senyumnya dan hangat.“Sudah kau pakai, jadi tidak bisa diberikan kepada orang lain.” jawabnya lembut tapi semakin membuatku merasa tidak enak hati. Ucapannya memang benar, sepatu ini sudah terpasang di kakiku, kalaupun dilepas dan diberikan kepada orang lain, pasti tidak akan nyaman bagi yang memberikannya.“Gunakanlah, kamu membutuhkannya.”“Akan kuganti. Sebutkan saja harganya, nanti biar ku transfer.”“Sepertinya kau punya banyak uang ya?” tanya Ben dengan nada bercanda.“Ah! Bukan begitu maksudku.” jawabku lagi-lagi merasa tidak enak, padahal bukan maksduku untuk menyombongkan diri. Lantas aku menyodorkan handphoneku, “Tolong berikan nomor teleponmu. Biar nanti ku transfer, atau biar kuganti dengan sepatu yang sama persis, kau boleh kirimkan alamatmu padaku.”Ben hanya

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 11 *

    Aku membungkukkan badan, berpamitan pada Sam yang masih menelpon lalu berlari ke sebrang dan segera menyetop taxi yang kebetulan lewat. Aku tidak berani menoleh lagi ke belakang atau melihat Sam lagi. Paras Sam saja cukup membuatku gugup, apalagi tawarannya untuk mengantarku yang sebenarnya biasa saja dan sesuatu yang wajar tanpa harus dibesar-besarkan, tapi bagiku itu sangat membingungkan bahkan lebih ke mendebarkan, jika saja aku tahu dia single tanpa Camellia, sudah usaha jungkir balik aku cari-cari perhatiannya. Sayangnya aku tahu, dia CEO dan aku budak corporate, dia milik si cantik Camellia dan aku hanya satu dari anak buahnya yang tahu betapa Sam memang amat baik dan murah hati. Jadi hatiku, plis banget jangan ge-er ya!!! Begitu taxi melaju, Ben menelepon.Kuangkat panggilannya dan langsung bilang, “Di kafe A! Aku sedang on the way kesana!.” ucapku lalu mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun.Kafe A tidak terlalu jauh dari kantorku, dan cukup fami

    Last Updated : 2025-03-07
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 12 *

    Aku kelu, tidak tahu harus bicara apa. Tapi hatiku terasa hangat dan tenang. Meski aku masih belum bisa mencerna dengan benar perkataan Ben prihal sepatu dan pacar Ben, yang ternyata ujungnya adalah aku!“Atau kamu sudah punya pacar?”“Tidak.” jawabku cepat, Ben tampak lega.“Jadi bagaimana?” tanya Ben, dia mengulum senyum, namun sorot matanya hangat.“Aku mohon, jika ada sesuatu hal yang membuat aku berpikir kesana kemari, tolong jangan didiamkan! Tolong jangan diputar-putar! Cukup jelaskan dan tenangkan. Sesederhana itu suatu hubungan, jadi jangan dibuat rumit hingga kemudian dipenuhi kisruh.” pintaku.Ben tersenyum, dan akupun tersenyum. Ben meraih tanganku dan menggenggmnya, hangat sehangat tatapannya. “Baiklah, mari kita jadi pasangan yang bahagia, kalau rindu, diungkapkan. Kalau marah dikatakan. Dan tidak bermain kode meski kita sama sama belajar untuk bisa peka dan saling pengertian.”Dan begitulah aku dan Ben memulai suatu hubungan yang hangat hingga akhirnya kami menikah.***

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 13 *

    Nia berjalan lebih dulu ke resepsionis untuk check in dan mengambil kunci. Aku mengikutinya dengan satu koper kecil yang kuseret.“Lantai 6.” ucap Nia seraya mengayun-ayun kartu kunci kamar hotel di depan wajahku. “Lets go!” serunya riang.“Duluan saja.” ucapku.Nia mengernyit, dia tidak pergi tapi mengikutiku yang mengampiri resepsionis.“Mba, saya pesan kamar tepat di sebelah kamarnya.” kataku pada menunjuk ke sosok Nia dengan sopan dan formal.“Heii!” protes Nia terkejut dengan apa yang kulakuan.“Jangan protes! Aku trauma kejadian di Surabaya terulang lagi. Kalian bisa bebas melakukan apapun saat aku tidak berada di kamar yang sama.” tegasku. Dan Nia hanya menatapku bingung tanpa bisa membantah atau memprotes.Dan sampailah ke tahap resepsionis menyebutkan tarif permalamnya yang lantas membuatku speechless. 25 juta permalam. Kamar semewah apa sih yang dipesan Sam? Seolah kita adalah Raja Arab dia memesankan kamar seharga 25 juta permalam.“Oh Mba! Tidak usah kamar yang sama. Tipe

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 14 *

    “Sam bertanya, kamu belum mandi? Katanya bajumu masih sama seperti yang dipakai saat naik pesawat.” ucap Nia seraya menunjukkan chat dari Sam ."Kenapa kamu kirimkan poto kita padanya si? Saat makan pula.” protesku, agak malu melihat aku tengah mangap hendak menyuap makanan di poto yang dikirim Nia ke Sam."Sam meminta pap." jawab Nia."Kenapa ga selfi sendiri saja?" gumamku, agak kesal tapi kusembunyikan."Sam tanya, sedang apa dan sama siapa, pap! Gitu katanya. Aku balas, sedang makan sama kamu, lalu kukirim potonya seperti yang dia minta." jawab Nia santai."Kamu poto kita waktu di pesawat juga? Atau di bandara?" tanyaku heran."Tidak. Kenapa?" tanya Nia, tapi dia lebih tampak tidak penasaran dan tidak peduli. Dia hanya menatap layar handphone sambil terus mengunyah makanannya yang memang sangat lezat.Aku mengrnyit, "lalu bagaimana Sam tahu bahwa aku masih mengenakan baju yang sama dengan yang kupakai saat naik pesawat? Apa dia punya cctv pesawat? Tidak mungkin, kenapa aku berpiki

    Last Updated : 2025-03-08
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 15 *

    Tentu saja ini salah! Meski Nia adalah istri Sam yang mungkin simpanan yang kesekian. Tapi Nia sahabatku, rekan kerjaku dan bagaimanapun tetap saja Nia adalah istri Sam. Dan jelas-jelas kita sama-sama tahu bahwa Nia ada di hotel yang sama denganku, di kamar yang dipesankan Sam untuknya. Lantas kenapa Sam sekarang ada di kamarku? Dan katanya aku selalu ceroboh, tergesa-gesa, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain? Bukankah Sam yang begitu???Ketika Sam mendudukkanku di ranjang dan dia berjongkok lalu memeriksa kakiku, aku mengernyit, meringis menahan sakit. Dan Sam mendongak menatapku. Aku merasa situasi saat ini sangat aneh! Ini tidak benar.“Cukup Pak Sam, aku sungguh bisa mengurus kakiku sendiri. Aku baik-baik saja. Tolong keluar dari kamarku.” pintaku dengan mimik resah dan nada tak enak hati.“Tidak bisa.” jawab Sam tegas. "Terakhir kali aku membiarkanmu dengan kaki terkilir, kau malah melangkah semakin jauh sampai sulit sekali kususul. Aku tak akan melakukan kesalahan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 16 *

    Sam dengan sigap mendorong troli makanan yang berisi hidangan yang sudah dipesannya, setelah sebelumnya menaruh sebuah bungkusan plastik putih yang entah apa isinya di sana.Aku yang lagi-lagi kebingungan akan tingkah Sam hanya bisa mengikutinya dengan langkah tertatih ke dalam kamar. Sam menaruh troli makanan tepat di samping ranjang. Lalu berbalik dan menatapku tajam, langkahku terhenti dan aku tertunduk takut."Kamu benar-benar berpikir sedang menjadi peserta squid game? Dengan seragam konyolmu bisa-bisanya menuduh waiter yang mengantarkan makanan sebagai penjahat yang menyamar!"Aku merasa malu juga jengkel. "Kenapa Sam ada di sana? Dan kenapa juga dia harus mengomel untuk segala hal yang kulakukan?" rutukku dalam hati, mendadak aku sangat kesal. “Memangnya job desk seorang CEO adalah mengomentari pakaian karyawannya di luar jam kerja?” aku ngedumel kesal.Sam melotot dan sontak hatiku menciut. Sam mendekat dan aku yang merasa terintimidasi lantas mundur perlahan. Aku mendongak sa

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 23 *

    Kulihat Nia selesai belanja, dia berjalan ke kasir diiringi Ina yang membawa keranjang kecil berisi produk-produk pilihan Nia. Aku tidak tahu, entah Ina melakukannya karena sebagai servis dari pekerjaannya menjadi Beauty Advisor, atau memang karena rasa bersalahnya tadi yang menyebut Nia sebagai teman Sam padahal Nia adalah istrinya. Entahlah. Tapi Sam mengikuti mereka ke meja kasir lantas membayar semua belanjaan Nia.Di sana aku hanya menghembuskan napas berat. "Apa ini perasaan iri?" tanyaku dalam hati, dadaku sedikit berat entah karena apa. "Pasti karena dompetku tertinggal. Jika saja handphoneku tidak mati, aku sudah membeli barang-barang yang kuinginkan dan tidak harus merasa iri." pikirku."Terimakasih, Mas!" ucap Nia seraya mengambil paper bag berisi belanjaannya dari meja kasir. Lantas Nia menghampiriku. Sementara Sam masih di meja kasir.Bersamaan dengan itu aku melihat Mba Beauty Advisor yang tadi menyapaku, dia ke meja kasir dengan membawa keranjang kecil berisi produk-pro

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 22 *

    Langkah kami terhenti di pintu masuk store, saat seorang Beauty Advisor yang terlihat rapih dan cantik menyambut kami dengan senyum ramah seraya memberi salam dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada."Ada yang bisa dibantu?""Tolong tunjukkan produk make up terbaru yang bagus dan cocok." jawab Sam."Untuk?" tanya Ina berusaha tetap sopan meski terdengar ragu. INA, begitu nama yang tertera di name tag yang tersemat di seragam Beanty Advisor di dadanya.Sam menatap Beauty Advisor itu dan menjawab pertanyannya dengan memutar bola matanya ke arah Nia dan Aku."Oh maaf, baiklah, saya akan berusaha sebaik mungkin merekomendasikan produk-produk terbaik kami untuk..." Ina terlihat sedikit ragu. "Untuk teman-teman Masnya." lanjutnya dengan suara yang dipelankan."Saya bukan temannya." sangkal Nia cepat."Oh, maaf!" Ina terlihat malu dan merasa bersalah, dia menundukkan kepala seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dada lagi."Istrinya, Mba!" ralatku."Oh ia maaf! Saya mohon maaf u

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 21 *

    Dia lagi. Rutukku jengkel seraya menundukkan kepala. Mendadak merasa mati gaya.Nia menarik kursi di sampingnya saat Sam tiba di meja kami. “Silahkan duduk Mas.” kata Nia lembut pada Sam.Sam duduk, aku masih tertunduk, entah mengapa aku tidak memiliki keberanian untuk mengangkat wajahku dan melihat Sam. Padahal aku sadar benar, di sini yang salah adalah Sam, bukan aku.“Mas mau makan?” tanya Nia perhatian.“Tidak,” jawab Sam."Mas sudah makan?” tanya Nia lagi."Kamu tanya Mala saja!” jawab Sam datar.Terkejut aku reflek mengangkat wajahku dan saat itu tatapan panikku beradu dengan tatapan Sam yang jelas terlihat usil menyebalkan! Sam pasti tengah menertawakanku di dalam kepalanya!"Hah?” aku gelagapan.Aku memang tahu, tadi Sam sudah makan di kamarku. Tapi kenapa dia harus memperjelasnya kepada Nia? Apa memang seharusnya Nia tahu? Toh bukan aku yang salah! Tapi meski begitu, Nia pasti akan sakit hati dan mungkin dia akan marah juga padaku. Memang akan lebih baik untuk jujur daripada

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 20 *

    Dan aku mematung dalam beberapa menit, rasanya mukaku memerah dan panas. Malu, kikuk, marah, jengkel, bingung. Sebelum aku benar-benar meledak, aku bangkit hendak beranjak!"Sudah cukup siang.” ucapku."Memang.” jawab Sam santai, seraya menyenderkan punggungnya di sofa, bersedekap dan menatapku dengan ekspresi aneh. Aku tidak mengerti tatapan matanya yang tajam. Isi kepala Sam segelap warna matanya, tak bisa kukira-kira."Aku akan ke kamar Nia, supaya kita bisa segera berangkat ke lokasi meeting.” maksudku mengatakannya adalah berharap Sam minggir atau setidaknya memberikan jalan untuk aku lewat. Tapi kemudian Sam meluruskan kakinya ke rak bawah troli makanan. Sehingga kakinya yang selonjoran itu semakin tidak memberiku jalan keluar. Dan aku terjebak di antara tembok dan Sam."Nia sudah di lokasi meeting sejak jam 8 pagi.” terang Sam santai.“Hah?” aku melongo tidak mengerti.Sam tidak mengatakan apapun lagi dan hanya menatapku. Ada yang berbeda, kali ini tatapannya terlihat lembut. D

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 19 *

    Sam membelalak, terkejut atas tindakanku, seperti halnya aku yang kini meringis perih menahan nyeri di pipi. Dengan tergesa segera kupunguti baju yang telah kusiapkan sebelumnya, yang kini ada di samping Sam, semuanya dari mulai baju, celana dan bahkan pakaian dalam. Mukaku memerah, selain karena tamparan tanganku sendiri, juga disebabkan oleh rasa malu yang muncul menyeruak saat kupunguti pakaian dalam itu dengan kasar dan tergesa-gesa. Dan sialnya celana dalam yang kutarik paksa sampai agak melar itu bahkan tidak juga tertarik karena sebagiannya diduduki Sam.Aku menatap Sam dengan frustasi.Sam yang melihat tatapan kesalku yang awalnya tidak mengerti, berganti dengan eskpresi lucu saat dia menyadari aku menarik celana dalam yang tidak sengaja diduduki olehnya. Namun Sam tidak kehilangan kendali untuk tertawa, dia hanya menahannya, meski itu sangat terlihat jelas.Kekonyolan yang luar biasa. Di kamar hotel, hanya mengenakan handuk kimono aku menarik celana dalamku sampai melar, yang

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 18 *

    Aku terbangun dengan kondisi bugar, tubuhku terasa segar, kepalaku ringan dan sangat nyaman. Pergelangan kakiku masih dibalut perban, tapi tak ada rasa nyeri sedikitpun di sana. Aku telah pulih dengan sangat cepat dan sempurna. Bisa jadi karena suasana hotel atau memang tempat tidur yang nyaman, entahlah. Meski ini bukan hotel seperti kamar hotel yang dipesankan Sam untuk Nia, tapi ini juga lebih bagus dari yang tipe standar room, sehingga sangat nyaman dipakai untuk beristirahat. Bahkan tidur malamku sangat nyenyak dan berkualitas.Aku bangkit dan meraih handphone, lalu terbelalak saat menyadari jam telah menunjuk ke angka 9. Aku celingak-celinguk, dan baru kusadari Nia tak ada di kamarku. Entah jam berapa tepatnya aku tertidur, aku tak ingat! Aku hanya ingat Nia memesan makanan untuk diantar ke kamarku dan akan makan di sini, namun kapan pastinya pesanan itu datang dan kapan dia makan, kapan dan di mana dia tidur, dan kapan Nia keluar dari kamarku, aku tak tau persisnya sama sekali.

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 17 *

    "Tidak apa-apa Mal, kesini saja! Kita bersantai di kamarku. Kau juga tidur di sini saja, di sini lebih nyaman." Nia masih mencoba merayu."Ogah." jawabku singkat."Why?""Jangan menempatkan aku di antara kamu dan Sam! Jangan pernah berpikir untuk menjadikanku penonton untuk aktivitas kalian berdua." pesanku pada Nia.Tiba-tiba Nia mengirim screenshoot chat-nya dengan Sam.Nia: Pak maaf, ada rencana ke Bali malam ini? Atau ke kamar saya mungkin?Chat Nia yang kaku dan formal terhadap suaminya, aku merasa lucu membacanya.Sam : Maaf saya sibuk, belum bisa berkunjung.Aku mengenyit lama, sedikit terkejut membacanya. Balasan Sam bahkan cukup singkat dan sama kakunya. Bagaimana bisa Sam melakukan itu? Sibuk katanya? Belum bisa berkunjung? Dia bahkan bolak-balik ke kamarku, memesankanku makan, membalut kakiku dan memberiku kartu kreditnya. Tapi dia bahkan tidak menemui Nia sama sekali?!Aku terdiam. Tak berani menanggapi chat Nia sama sekali."Kesini dong Mal! Kita seru-seruan berdua. Sam g

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 16 *

    Sam dengan sigap mendorong troli makanan yang berisi hidangan yang sudah dipesannya, setelah sebelumnya menaruh sebuah bungkusan plastik putih yang entah apa isinya di sana.Aku yang lagi-lagi kebingungan akan tingkah Sam hanya bisa mengikutinya dengan langkah tertatih ke dalam kamar. Sam menaruh troli makanan tepat di samping ranjang. Lalu berbalik dan menatapku tajam, langkahku terhenti dan aku tertunduk takut."Kamu benar-benar berpikir sedang menjadi peserta squid game? Dengan seragam konyolmu bisa-bisanya menuduh waiter yang mengantarkan makanan sebagai penjahat yang menyamar!"Aku merasa malu juga jengkel. "Kenapa Sam ada di sana? Dan kenapa juga dia harus mengomel untuk segala hal yang kulakukan?" rutukku dalam hati, mendadak aku sangat kesal. “Memangnya job desk seorang CEO adalah mengomentari pakaian karyawannya di luar jam kerja?” aku ngedumel kesal.Sam melotot dan sontak hatiku menciut. Sam mendekat dan aku yang merasa terintimidasi lantas mundur perlahan. Aku mendongak sa

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 15 *

    Tentu saja ini salah! Meski Nia adalah istri Sam yang mungkin simpanan yang kesekian. Tapi Nia sahabatku, rekan kerjaku dan bagaimanapun tetap saja Nia adalah istri Sam. Dan jelas-jelas kita sama-sama tahu bahwa Nia ada di hotel yang sama denganku, di kamar yang dipesankan Sam untuknya. Lantas kenapa Sam sekarang ada di kamarku? Dan katanya aku selalu ceroboh, tergesa-gesa, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain? Bukankah Sam yang begitu???Ketika Sam mendudukkanku di ranjang dan dia berjongkok lalu memeriksa kakiku, aku mengernyit, meringis menahan sakit. Dan Sam mendongak menatapku. Aku merasa situasi saat ini sangat aneh! Ini tidak benar.“Cukup Pak Sam, aku sungguh bisa mengurus kakiku sendiri. Aku baik-baik saja. Tolong keluar dari kamarku.” pintaku dengan mimik resah dan nada tak enak hati.“Tidak bisa.” jawab Sam tegas. "Terakhir kali aku membiarkanmu dengan kaki terkilir, kau malah melangkah semakin jauh sampai sulit sekali kususul. Aku tak akan melakukan kesalahan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status