Share

Bab 4

"Tidak ada orang yang mirip di foto itu di sekolah ini, Nona," jawab Ilyaz gemetar seraya menatap Hernomo dengan ketakutan.

Ilyaz tidak mau terlibat lebih jauh dengan urusan orang itu yang sepertinya bukan orang main-main dilihat dari penampilan dan sikapnya, dikawal oleh banyak bodyguard pun iring-iringan SUV mewah.

Demikian, pasti bukan Ivan yang mereka maksud walau foto itu mirip dengan Ivan.

Lagi pula, mana mungkin Ivan berhubungan dengan orang kaya dan berkuasa?

Perempuan misterius itu menatap Ilyaz dan Hernomo bergantian dengan saksama.

Kemudian ia berkata, "Kalian berdua yakin?" tanyanya hendak memastikan. "Tidak ada orang yang mirip di foto ini di sekolah ini?"

Mereka berdua saling pandang dan kemudian mengangguk cepat-cepat ke arah perempuan itu.

Selama sesaat, rahang perempuan itu mengeras.

"Jika kalian berdua ketahuan berbohong," ujar perempuan misterius itu seraya menuding muka mereka bergantian. "Kalian akan mendapatkan hukuman yang setimpal!"

Setelah mengatakan hal itu, perempuan itu bangkit dari duduknya dan melenggang pergi bersama para pengawalnya.

"Bukankah foto yang ditunjukan orang itu mirip dengan Ivan, Pak Ilyaz? Kenapa kita tidak memberitahukannya saja?" ucap Hernomo sekaligus heran.

“Jangan-jangan Ivan terlibat penipuan dan menyeret orang kaya itu! Kenapa kita mempertahankan kriminal sepertinya di sekolah ini?!”

Hernomo berusaha memengaruhi Ilyaz. Namun, usahanya sepertinya tidak berhasil.

"Sebaiknya kita tidak usah ikut campur karena urusannya akan menjadi panjang nantinya."

Hernomo mengumpat kesal di dalam hati. Kenapa kepala yayasan justru malah melindungi Ivan?!

Hal tersebut membuat rencananya mendepak Ivan keluar dari sekolah ini akan terancam gagal!

***

Sementara itu, tiba di kantor Malice Inc, Susan yang mengenakan blazer, kemeja putih, rok span dan sepatu hak tinggi menggandeng seorang pria yang mengenakan batik dan celana bahan. Mereka berdua tampak berjalan menuju ke ruangan CEO.

Tentu saja pemandangan itu menarik perhatian semua orang yang ada di lobi. Mereka menatap tak percaya ke arah mereka berdua sekaligus heran.

Sang CEO Malice Inc menggandeng seorang pria berpakaian sederhana?

Di saat yang sama, menimbulkan pertanyaan di benak mereka masing-masing.

Siapa pria yang sedang digandeng oleh CEO itu?

Tapi, pasti pria itu memiliki hubungan yang begitu dekat dengan Susan.

Jika tidak, mana mungkin Susan menggandengnya!

Namun, Susan tidak mempedulikan tatapan-tatapan itu. Tetap berjalan menuju ke ruangannya.

Sedangkan Ivan membiarkan Susan melakukan hal itu padanya.

Ia paham mengapa Susan melalukan hal demikian sebab mereka berdua akan menikah kontrak.

Tiba-tiba ...

"Susan!"

Terdengar suara pria yang memanggil Susan.

Mendengar hal tersebut, Susan dan Ivan menghentikan langkah, balik badan dan menoleh ke arah sumber suara.

Tampak seorang pria berjas mahal tengah berjalan ke arah mereka berdua dengan senyum yang terkembang lebar di bibirnya.

Awalnya, pria itu kaget saat melihat Susan menggandeng seorang pria. Berpakaian sederhana pula.

Namun, ia memilih tak menghiraukan dan langsung memanggilnya.

Mendadak, Susan menggeram marah sebab teringat dengan kejadian tadi malam bersama pria itu.

Pria itu adalah Marco yang kemarin malam mengajaknya minum teh.

Susan yang tidak berpikir aneh-aneh terhadap pria itu pun langsung mengiyakan ajakannya.

Namun, setelah ia meminum tehnya, ia tiba-tiba merasakan gairahnya terbakar.

Di saat itu, ia menduga jika Marco telah memasukan obat yang mengandung afrodisiak ke dalam minumannya.

Beruntung, ia berhasil meloloskan diri dan bertemu dengan Ivan.

Jika tidak?

Mungkin ia akan berakhir di ranjang bersama Marco, alih-alih dengan Ivan.

Marco menyukai Susan dan sedang mengejar wanita itu.

Tapi, Susan tidak menaruh hati kepada pria tersebut.

Susan bersikap baik kepada Marco sebab perusahaannya berpotensi bekerja sama dengan Malice Inc.

Tapi, ia tidak menyangka jika Marco akan bertindak sejauh ini.

Sesampainya di hadapan Susan, Marco langsung menatap Susan dengan tatapan mesum. Dia kemudian berkata, "Bagaimana jika nanti siang kita minum teh lagi?"

"Aku tidak bisa!" Susan langsung memotong perkataan Marco yang membuat pria itu tersentak.

Selagi Marco terdiam kaget, Susan lanjut berkata. "Karena aku sudah memiliki kekasih."

Sontak saja, Marco tambah melebarkan matanya.

Tidak mungkin! Gumam Marco dalam hati.

Ia tahu bahwa Susan tak memiliki kekasih. Oleh sebab itu, ia mencoba mendekati CEO Malice Inc tersebut.

Tapi, kenapa sekarang Susan mendadak memiliki kekasih?

Ada yang aneh!

Kemudian, Marco pindah menatap Ivan.

Melihat Susan yang masih menggandeng Ivan, membuat Marco terbakar api cemburu.

"Jangan bilang ... dia adalah kekasihmu yang kamu maksud?" tanya Marco hendak memastikan, sesekali menatap ke arah Ivan dengan jijik.

Susan mengangguk. "Benar sekali." Dia kemudian menambahkan. "Dia adalah kekasihku."

Mata Marco melebar kembali mendengar hal itu!

Mencerna perkataan Susan dalam sepersekian detik, lantas tertawa. "Jangan bercanda kamu, Susan," ejeknya menohok. "Pria kampungan ini ... adalah kekasihmu?"

Susan mendengus dingin mendengar perkataan Marco.

Namun, ia tidak mempedulikannya karena ia berpikir dengan ia mengatakan telah mempunyai kekasih kepada Marco, pria itu tidak akan mengejarnya lagi.

Apalagi, ia akan segera menikah dengan Ivan. Lebih tepatnya menikah kontrak!

Marco masih tertawa mengejek. Tak percaya jika pria yang berpakaian sederhana itu adalah kekasihnya Susan. "Lihat lah. Pria kampungan seperti ini yang kamu pilih sebagai kekasih, Susan?"

Sementara Ivan balik menatap Marco dengan santai tanpa terintimidasi.

"Aku tidak peduli dengan penilaianmu terhadap kekasihku, Marco, karena aku tulus mencintainya," jawab Susan sinis. "Jadi, jangan ganggu aku lagi karna aku sudah memiliki kekasih!"

Mendadak, tawa Marco terhenti. Ekspresi wajahnya menjadi buruk.

"Aku tidak percaya kalau dia itu adalah kekasihmu!" elak Marco separuh kesal.

"Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Tak masalah. Tak ada untungnya juga bagiku," balas Susan sinis.

Kemudian, Susan beralih menatap Ivan. "Kita lanjut ke ruangan—"

"Coba kau cium dia di sini, di hadapanku, di hadapan semua orang yang ada di sini untuk membuktikan kalau pria kampungan ini benar-benar kekasihmu," potong Marco mendadak yang membuat Susan terperanjat.

Mendapati keterkejutan di wajah Susan, seketika terbit senyum penuh kemenangan di bibir Marco.

Ia yakin jika Susan tidak berani melakukan hal demikian. Menganggap Susan berbohong.

Tak hanya Marco, Ivan sendiri menatap perempuan di sampingnya dengan ragu, seakan bertanya apa dia yakin akan melakukan itu.

Sementara Susan sendiri membeku. Mencium pria rendahan di sampingnya ini? Yang benar saja?!

Tapi, ia tahu tak ada cara lain untuk meyakinkan Marco selain menuruti perintahnya.

Ivan yang tak mau Susan terpengaruh oleh Marco berusaha untuk menyadarkannya, “Nona, tidak seharusnya anda—”

Namun, tindakan Susan selanjutnya justru membuat senyum di bibir Marco mendadak pudar.

Susan justru langsung mendekapkan gundukan miliknya ke arah Ivan dan mencium bibirnya.

Asetnya yang begitu berisi itu bahkan hampir menyembul keluar dari kemeja putihnya.

“No…nona, aku tak bisa bernafas—”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status