Share

Bab 3

"Dia orangnya, Nona, Ivan, guru yang anda cari," ucap Ilyaz seraya menunjuk ke arah Ivan.

Susan pun langsung menatap Ivan. "Pak Ivan, ikut saya keluar!" titahnya dengan nada dingin setelah terdiam sebentar.

Ivan gelagapan untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk.

Kemudian, ia melangkah keluar mengikuti wanita tersebut.

Kepergian mereka berdua dari ruangan itu diiringi tatapan heran semua orang sekaligus penasaran.

Apalagi Hernomo dan Andreaz, mereka saling pandang, “Pecundang itu…”

Keduanya menatap kepergian Ivan sambil mengepalkan tangan!

Sementara itu, setelah keduanya memasuki mobil, Susan menatap tajam Ivan seraya melayangkan tangannya!

Plak!

“Dasar bedebah!”

Hal tersebut membuat Ivan terkejut dan refleks memegangi pipi yang terasa panas seketika.

Ia lalu melemparkan tatapan kebingungan ke arah Susan yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

Selagi Ivan terdiam tak mengerti, Susan berujar. "Apa yang kau lakukan kepadaku tadi tadi malam itu sungguh kelewat batas!" Susan menunjuk muka Ivan.

Suaranya meninggi dan wajahnya mengeras.

Ivan menautkan alis mendengar hal itu. "Bukankah Nona sendiri yang memintaku untuk melepaskan obat yang sedang menjerat Nona tadi malam?" ucap Ivan heran sekaligus agak kesal. "Dan itu adalah satu-satunya cara?!" kata Ivan lagi, tak terima disalahkan begitu saja.

Sontak, mata Susan melebar!

Sebenarnya ia tahu. Pria itu tidak bersalah. Ia sendiri yang memintanya tadi malam.

Bahkan, seharusnya ia berterima kasih padanya karena sudah membantunya. Meskipun ia sangat marah dan malu sebab mahkotanya harus direnggut olehnya. Jelas ia tidak terima!

“Tapi, darimana nona tahu jika aku berada di sekolah?!” tanya Ivan penasaran.

Lalu, tanpa menoleh ke arahnya, Susan memberikan ID card milik Ivan.

Sontak saja Ivan menepuk jidatnya. Bisa-bisanya ia meninggalkan ID card-nya di kamar hotel itu!

“Dan aku familiar dengan sekolah itu dan menemukan pria brengsek sepertimu!” ucap Susan sinis.

Sebelumnya, saat terbangun, Susan yang masih dalam keadaan marah dan tanpa busana menemukan ID card Ivan yang tergeletak begitu saja di lantai.

Mengetahui jika pria yang bercinta dengannya semalam adalah seorang guru biasa, maka, tak ada kata segan padanya!

Pun ia merasa kedudukannya jauh lebih tinggi daripada Ivan.

Demikian, ia menggunakan kekuasaan dan jabatannya untuk memojokan pria tersebut.

Susan buru-buru menguasai diri dan berkata lagi. "Aku akan melaporkanmu ke polisi atas tindakan pelecehan seksual!"

Ivan melotot seketika.

Mendadak, ia ketar-ketir.

Bukan karena takut akan ancaman wanita tersebut, melainkan karena dengan begitu identitasnya sebagai pewaris keluarga Graha bisa terbongkar dan keluarganya bisa mengetahui lokasinya.

Mendapati Ivan bersikap demikian, seketika terbit senyum penuh kemenangan di bibir Susan.

Ia menyalah artikan respon darinya. Menganggap pria itu ketakutannya dengan ancamannya barusan.

Susan lanjut berkata, "Tapi aku memiliki penawaran untukmu." Dia kemudian menambahkan. "Aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, asalkan kau memenuhi penawaran yang akan aku berikan padamu."

Mendengar itu, Ivan kembali menautkan alisnya. "Penawaran?" ulang Ivan hati-hati.

Susan mengangguk. "Kau harus bersedia menikah kontrak denganku selama satu tahun!" balas Susan tegas.

Apa!? Ivan tercengang.

Mencerna perkataan wanita itu dalam sepersekian detik, lalu berkata, "Per ... pernikahan kontrak? Se ... selama satu tahun?" ulang Ivan hendak memastikan ia tidak salah dengar.

Susan balas mengangguk lagi. "Iya. Kau harus bersedia menjadi suami kontrakku selama satu tahun jika kau tidak ingin mendekam di penjara!"

Ivan menggeleng kaget, yang benar saja!

Di saat yang sama, merasa kesal sebab ia malah terjebak dalam situasi rumit bersama wanita tersebut.

Di titik ini, Ivan malah berpikir.

Kenapa wanita ini mengajaknya menikah kontrak? Sebenarnya apa rencana wanita itu?

Akan tetapi, mengingat ia yang hanya sebagai guru biasa, pun tidak mau lokasinya diketahui oleh keluarganya.

Jelas ia mau tidak mau harus menuruti permintaan wanita itu!

"Pernikahan itu bukan hal untuk main-main, Nona," ujar Ivan pada akhirnya. "Itu adalah momen sakral dalam hidup kita."

Kening Susan berkerut. "Kenapa kau malah menceramahiku? Hei, kau itu hanya perlu melakukan semua perintahku jika kau tidak mau mendapat masalah!" Sambar Susan cepat menyela perkataan Ivan. "Mengerti?!" ancamnya sambil melipat tangan di depan dadanya yang hampir mencuat dari tempatnya. Aura bossynya terpancar begitu jelas.

Selama sesaat, Ivan menggeleng lagi sebab sikap wanita itu yang begitu mengesalkan, bertindak semaunya sendiri.

Ia pun memasang wajah tak berdaya. "Baiklah. Aku bersedia menikah kontrak denganmu, Nona," jawab Ivan setelah terdiam sebentar.

Mendengar jawaban Ivan, CEO cantik itu tersenyum miring.

Demikian, ia jadi tak akan dipusingkan lagi soal syarat yang diberikan oleh keluarganya jika ia ingin tetap menjabat sebagai CEO perusahaan keluarganya.

Alasan ia menginginkan Ivan menjadi suami kontraknya sebab ia harus menikah agar bisa tetap menjabat sebagai CEO Malice Inc oleh keluarganya.

Jika ia gagal, pamannya yang serakah dan sepupunya yang licik akan mengambil alih perusahaan itu.

Padahal, dulu Kakek mereka memintanya secara langsung untuk menjadi CEO perusahaan keluarga sebab dulu perusahaan keluarganya dikembangkan oleh ayah dan ibunya.

Namun, dalam serah terima warisan tersebut, ia harus menikah sebelum menginjak umur 30 tahun, sedangkan sekarang usianya sudah mencapai 29 tahun.

Jadi, setelah genap satu tahun nanti, ia akan menceraikan Ivan sebab persyaratannya adalah menikah, bukan berkeluarga.

Paman dan sepupu yang licik tentu terus menjegalnya sampai batas umur tersebut tercapai dan membuatnya harus menyerahkan posisinya sebagai CEO perusahaan ke mereka.

Di saat ini, Susan berujar, "Kalau begitu kau harus ikut denganku sekarang ke kantor untuk tanda tangan dokumen perjanjiannya."

"Tapi aku ada jadwal mengajar, Nona—"

"Tak usah kau khawatirkan soal itu. Serahkan semuanya padaku karena masalah ini jauh lebih penting." Susan langsung memotong perkataan Ivan. "Aku akan menghubungi Pak Ilyaz untuk menyampaikannya kepada Pak Hernomo,"

Belum sempat Ivan merespon, Susan menyodorkannya sebuah kartu nama, "Ini kartu namaku."

Ivan menerima dan membaca kartu nama tersebut.

Detik berikutnya, Ivan terperangah. Ternyata wanita itu bernama Susan yang merupakan CEO Malice Inc.

Malice Inc?

Di titik ini, Ivan menjadi teringat sesuatu. Bukankah Malice Inc merupakan perusahaan di bawah naungan Graha Group?

Ia baru ingat kalau Malice Inc adalah perusahaan yang proses akuisisinya ia sendiri yang melakukannya.

Selagi Ivan tengah berpikir, tanpa mempedulikan pria itu, Susan segera tancap gas dan mobil pun meluncur ke kantornya.

**

Sementara itu, iring-iringan SUV dengan banyak pengawal berhenti di depan sekolah tempat Ivan mengajar.

Hal tersebut tentu menarik perhatian semua siswa di sekolah itu. Begitu pula dengan para guru.

Siapa mereka? Hendak apa mereka datang ke sekolah ini?

Seorang perempuan cantik dengan topi dan kaca mata hitam keluar dari sebuah mobil mewah dan berjalan ke arah kantor.

Tubuhnya yang anggun dan berisi menghipnotis orang-orang yang ada di sana!

"Apakah kalian mengenal sosok pria yang ada di foto ini?" tanya perempuan misterius tersebut dengan tatapan tajam dan nada dingin.

Ilyas dan Hernomo ketakutan. Dengan perawakannya yang begitu elegan, ia pasti tengah mencari sosok yang begitu luar biasa.

Tapi, kenapa di sekolah biasa ini?!

Namun, mereka berdua justru menyipitkan pandangan sebelum akhirnya terkejut sebab foto yang tengah ditunjukan oleh pria itu mirip sekali dengan ... Ivan!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status