Share

Bab 2

"Kenapa tiba-tiba Bapak memecat saya? Apa salah saya, Pak?" tanya Ivan bingung.

Hernomo mendengus dingin. "Karena anda telah memberikan contekan kepada para murid, Pak Ivan!" Jawab Hernomo tegas setelah terdiam sebentar yang dibalas anggukan kepala oleh Andreas.

Ivan terkejut bukan main mendengar tuduhan tersebut.

Mencerna dalam sepersekian detik, lalu menggeleng. "Itu tidak benar, Pak. Saya tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Ivan penuh keyakinan.

Di saat ini, Andreas berkata. "Sudahlah, Pak Ivan. Anda tidak perlu mengelak lagi karena saya mempunyai buktinya!"

Seketika Ivan beralih menatap Andreaz.

Selagi Ivan terdiam kaget, Andreaz meletakan beberapa lembar kertas di atas meja. "Itu adalah bukti-buktinya!" ujarnya dengan sinis.

Mendengar ucapan guru baru itu, Ivan mengernyitkan kening, lalu menatap ke arah kertas-kertas itu.

Bertanya-tanya, Ia lalu meraih dan mengeceknya.

Selagi fokus Ivan terpaku pada kertas-kertas itu, Hernomo dan Andreaz saling tatap.

Kemudian, sudut bibir mereka berdua masing-masing terangkat membentuk senyuman penuh arti.

Sebelumnya, Andreaz datang ke ruangan kepala sekolah dan memperlihatkan bukti-bukti itu.

Hernomo langsung percaya dan memutuskan memecat Ivan saat itu juga sebab sebenarnya itu yang ia dan Andreaz inginkan.

Mereka berdua membenci Ivan. Tidak suka padanya. Mereka merasa tersaingi.

Bagaimana tidak, setiap kelas yang dipegang Ivan selalu memiliki nilai rata-rata yang tinggi!

Bahkan, ada rumor yang berkata ia akan menggantikan Hernomo menjadi kepala sekolah.

Sedangkan Andreaz, ia begitu kesal pada Ivan lantaran ia kalah pamor.

Ia begitu iri dengan popularitas Ivan miliki di sekolah itu!

Maka, mereka pun menyusun rencana supaya dapat mendepak Ivan keluar dari sekolah ini.

Hernomo buru-buru memasang ekspresi wajah marahnya kembali saat melihat Ivan telah selesai mengecek kertas-kertas tersebut. "Saya tidak mau di sekolah ini ada guru yang tidak bermoral. Tindakan anda ini sudah menyalahi peraturan di sekolah ini, Pak Ivan!"

"Ini pasti ada kesalahpahaman, Pak Hernomo," balas Ivan. "Foto-foto ini adalah foto di mana saya sedang mengajari para siswa. Bukan memberikan contekan kepada mere—"

"Halah, tidak usah berkelit lagi, Pak Ivan!" sambar Andreaz menyela perkataan Ivan sembari melambaikan tangan. Kentara tidak mau mendengar penjelasan Ivan.

"Bukti-bukti itu sudah sangat kuat!" Kata Andreaz lagi.

Ivan berganti menatap Andreaz lagi. "Anda menuduh saya, Pak Andreaz—"

Hernomo lanjut berkata. "Kalau bukan karena Pak Andreaz, kebusukan anda tidak akan pernah terbongkar!"

Ivan mengerjap seketika. Ia melihat ke arah Andreaz yang tersenyum licik kepadanya.

Apa-apa an ini? Kenapa kepala sekolah lebih mempercayai guru baru dibandingkan dengan dirinya?

“Saya minta segera kemasi barang anda dan…”

Belum selesai Hernomo berkata, tiba-tiba pintu kantor tempat mereka memojokkan Ivan terbuka.

“Pak Ilyaz! Syukurlah anda di sini!”

Hernomo seketika langsung menghampiri pria tua yang nampak berwibawa itu dan menyalaminya.

Begitu juga Andreaz yang terlihat sekali berusaha ‘menjilat’ pria tua tersebut dengan bersikap takzim.

“Duduk Pak Ilyaz, ini saya bawakan teh hangat,” ucap Andreaz dengan sopan.

Tentu saja mereka berdua bersikap demikian, sebab Ilyaz adalah kepala yayasan sekolah tersebut.

Walaupun Hernomo memegang jabatan sebagai kepala sekolah, namun Ilyaz lah yang sebenarnya menguasai sekolah itu.

Sebagai kepala yayasan, ia memiliki wewenang yang begitu besar dan otoritas penting dalam yayasan.

Bahkan, Ilyaz bisa dengan mudah memecat Hernomo dan menggantinya dengan orang lain!

“Jadi, begini. Salah satu guru kita telah melakukan tindakan amoral! Ia telah memberikan contekan pada para siswa” ucap Hernomo berapi-api.

“Betul Pak Ilyaz, untung saya menemukan bukti kuat tindakan curangnya!” ucap Andreaz menambahi Hernomo.

Ivan terperangah, tangannya mengepal kesal seraya menatap kedua pria di depannya yang menatapnya jijik.

“Itu tidak benar Pak Ilyaz, anda tahu sendiri integritas saya di sekolah ini,” ucap Ivan membela diri.

Ilyaz hanya menatap mereka bertiga dengan tajam, lalu ia menatap ke arah pintu, seperti menunggu kedatangan seseorang.

“Simpan tuduhanmu itu, Hernomo. Bukti foto yang kau berikan itu lemah!”

Hernomo dan Andreaz terperanjat!

Memang, sebenarnya foto itu memperlihatkan Ivan tengah memberikan kisi-kisi sebelum ujian dimulai agar mempermudah para murid mempelajari materi yang diujikan.

Tapi, tentu saja itu bukan contekan seperti yang mereka anggap!

“Tapi pak Ilyaz…”

Namun, Ilyaz tak menggubris mereka dan menatap Ivan dengan tatapan aneh, “Untuk kamu, Ivan, apa kamu mengenal donatur yayasan ini? Ia datang ke sini hanya untuk menemuimu!”

Donatur? Menemui Ivan?

“Bukankah donatur kita tidak pernah datang ke sekolah Pak Ilyaz? Kenapa sekarang dia datang hanya untuk menemui guru curang ini!?” ucap Hernomo heran sekaligus terkejut.

Jelas saja semua orang kaget. Apalagi, semua mafhum kalau donatur yayasan adalah seorang CEO perusahaan terkenal.

Bagaimana bisa ia mengenal Ivan yang hanya guru biasa?!

Sementara Ivan menggeleng tak paham. Walaupun sudah berada di sekolah itu beberapa tahun, namun ia tak mengetahui donatur yang dimaksud Ilyaz.

Namun, di tengah kebingungan itu, tiba-tiba seorang wanita cantik muncul di muka pintu.

“Ah, akhirnya anda datang juga, Nona!”

Ilyaz buru-buru menghampiri sosok tersebut dan mempersilakannya masuk.

Wanita itu mengenakan blazer pendek yang menutupi kemeja putihnya.

Kancingnya yang terbuka di bagian atas memperlihatkan dadanya yang menonjol, belum lagi rok span yang memperlihatkan lekuk pahanya.

Sontak saja, penampilan wanita itu membuat semua pria di sana terhenyak!

Sedangkan Ivan, ia menatap wanita itu justru dengan tatapan tak percaya…

“Kenapa wanita itu lagi?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status