“No-nona! Kenapa membuka semua bajumu begitu?”
Ivan begitu tersentak melihat pemandangan wanita yang kini ada di depannya. Nafasnya memburu, gairahnya bergejolak. Bagaimana tidak, wanita itu kini tak mengenakan sehelai benang pun, menampilkan dadanya yang besar dan ranum serta tubuhnya yang begitu berisi. Rambut coklatnya yang panjang tergerai di tubuhnya yang begitu putih dan mulus, memancarkan aura kecantikan luar biasa yang membuat lutut Ivan sesekali bergetar. Pria mana yang tak membeku disuguhi pemandangan seperti itu?! Namun, ada yang aneh. Wanita itu sangat gemetar dan mengeluarkan banyak keringat. Wajahnya yang memerah kini menatap Ivan dengan tajam. “Aku tidak peduli siapa kamu! Tapi tolong lepaskan pengaruh obat ini dariku!” ucap wanita itu parau. Obat? Melihat kondisi wanita di depannya, Ivan seketika tersentak. Jangan-jangan… Sebelumnya, sepulang dari mengoreksi tugas dan ujian para siswanya, Ivan yang seorang guru di sebuah sekolah menengah tak sengaja berpapasan dengan wanita tersebut. Ia tengah bersandar serta memegangi kepalanya seperti orang mabuk. Tubuhnya bersandar di mobil mewahnya sambil menopang keseimbangan sebisa mungkin. Karena takut terjadi apa-apa, Ivan pun menghampirinya dan menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Namun Susan, nama wanita itu, dengan mata yang sudah berair, menarik kerah seragam Ivan dan memintanya untuk mengantarkannya ke sebuah hotel. Ivan mencium bau aneh yang menguar dari mulutnya, bau yang ia tahu berasal dari kandungan apa! Tapi, pria itu memilih tidak ingin ikut campur dan menuruti permintaan Susan, yang ternyata adalah seorang CEO, terlihat dari tanda pengenal yang tertambat di dadanya. Namun kini, ia justru terjebak di kamar berduaan dengan wanita seksi itu. Dan parahnya, Susan memang tengah terpengaruh obat perangsang! Hal tersebut membuat Ivan menelan ludah. Kini, wanita itu memintanya untuk melepaskan pengaruh obat perangsang itu dari tubuhnya!? “Nona! Apa kamu tahu satu-satunya cara melakukannya adalah dengan melakukan itu?!” Mungkin pria lain di luar sana akan melakukannya tanpa berpikir panjang. Tapi bagi Ivan, ia tidak mau sembarangan menodai wanita asing! "Kenakan pakaian Nona kembali!" titah Ivan tegas. "Kita bisa melakukan cara lain!" "Tak ada cara lain! Cepat lakukan, pengecut!" bentak Susan. Tiba-tiba, reaksi selanjutnya benar-benar tak terduga! Wanita itu malah menarik tangan Ivan yang membuatnya terjatuh menindih tubuh Susan di atas kasur, membuat mereka berdua saling tatap dalam jarak yang begitu dekat. Alhasil, gairah Ivan kian membuncah. Ivan tahu tak ada jalan keluar lain, "Maaf Nona, aku hanya menuruti permintaanmu!" Dengan tangkas, Ivan segera melepas pakaian yang masih melekat pada tubuhnya. Lalu, dengan sekuat tenaga, ia menghentakkan tubuhnya pada Susan yang menggelinjang hebat! “K-kamu…!” Saat pergumulan itu berakhir dan tubuh mereka begitu berkeringat, wajah Ivan seketika pucat. Bercak darah yang tercetak jelas di seprai itu benar-benar membuatnya terperanjat! *** Pagi itu, Ivan tengah duduk di bangku kantornya dengan gelisah. Perasaan bersalah karena telah merenggut keperawanan seorang wanita asing memenuhi kepalanya. Padahal, beberapa tahun lalu, ia pergi dari keluarga besar Graha karena tidak ingin dijodohkan oleh seorang wanita. Tapi sekarang, ia malah terjebak pada masalah yang sama! "Sial! Kenapa itu bisa terjadi?!" Ivan menyugar rambutnya dengan kesal. Sebenarnya, Ivan adalah pewaris keluarga Graha, keluarga terkaya di negara Ferania. Bagaimana tidak, segala sektor bisnis, mulai dari energi terbarukan, tambang, teknologi, bahkan perbankan dikuasai oleh keluarga ini. Bahkan, tak hanya di dunia bisnis. Keluarga ini juga begitu terkenal di kalangan dunia bawah tanah; mafia dan para pembunuh ulung begitu takut pada keluarga ini. Ivan yang merupakan pewaris keluarga itu, begitu ditakuti tidak hanya di kalangan konglomerat, namun juga di kalangan para mafia besar. Tak jarang ia menghebohkan jagat dunia atas dan dunia bawah dengan tindakan-tindakannya yang diluar prediksi, namun justru itu semakin meningkatkan popularitasnya di kalangan mereka. Sampai tiba-tiba, keberadaan dirinya raib begitu saja! Kehilangannya menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana bisa pewaris keluarga Graha itu meninggalkan kedudukannya yang begitu diinginkan seluruh manusia di bumi? Padahal sebenarnya, sang pewaris itu menyembunyikan diri di balik identitas seorang guru dan memilih hidup sederhana. Sebabnya tak lain perselisihan dengan keluarga besarnya yang tak menerima keputusan yang ia ambil! "Ivan! Kepala sekolah ingin bertemu denganmu!" Tiba-tiba, panggilan rekan gurunya membuyarkan lamunannya. Tanpa pikir panjang, Ivan langsung bangkit dari duduknya dan bergegas menuju ruangan sang kepala sekolah. Sesampainya di sana, ia disambut dengan tatapan tajam dari kepala sekolah, juga tatapan tak suka dan jijik dari Andreaz, seorang guru baru di sekolah itu. Wajah Ivan mengernyit. Ada yang tidak beres, pikirnya. Hernomo, kepala sekolah itu menatap Ivan tajam, "Mulai sekarang ... anda sudah tidak menjadi guru di sini lagi Pak Ivan!" Hernomo berseru marah. "Anda dipecat!" Seketika Ivan terbelalak mendengarnya. Apa!? Ia ... dipecat?"Kenapa tiba-tiba Bapak memecat saya? Apa salah saya, Pak?" tanya Ivan bingung.Hernomo mendengus dingin. "Karena anda telah memberikan contekan kepada para murid, Pak Ivan!" Jawab Hernomo tegas setelah terdiam sebentar yang dibalas anggukan kepala oleh Andreas. Ivan terkejut bukan main mendengar tuduhan tersebut.Mencerna dalam sepersekian detik, lalu menggeleng. "Itu tidak benar, Pak. Saya tidak mungkin melakukan hal itu," ucap Ivan penuh keyakinan. Di saat ini, Andreas berkata. "Sudahlah, Pak Ivan. Anda tidak perlu mengelak lagi karena saya mempunyai buktinya!"Seketika Ivan beralih menatap Andreaz. Selagi Ivan terdiam kaget, Andreaz meletakan beberapa lembar kertas di atas meja. "Itu adalah bukti-buktinya!" ujarnya dengan sinis.Mendengar ucapan guru baru itu, Ivan mengernyitkan kening, lalu menatap ke arah kertas-kertas itu. Bertanya-tanya, Ia lalu meraih dan mengeceknya. Selagi fokus Ivan terpaku pada kertas-kertas itu, Hernomo dan Andreaz saling tatap.Kemu
"Dia orangnya, Nona, Ivan, guru yang anda cari," ucap Ilyaz seraya menunjuk ke arah Ivan. Susan pun langsung menatap Ivan. "Pak Ivan, ikut saya keluar!" titahnya dengan nada dingin setelah terdiam sebentar. Ivan gelagapan untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. Kemudian, ia melangkah keluar mengikuti wanita tersebut. Kepergian mereka berdua dari ruangan itu diiringi tatapan heran semua orang sekaligus penasaran.Apalagi Hernomo dan Andreaz, mereka saling pandang, “Pecundang itu…”Keduanya menatap kepergian Ivan sambil mengepalkan tangan!Sementara itu, setelah keduanya memasuki mobil, Susan menatap tajam Ivan seraya melayangkan tangannya!Plak!“Dasar bedebah!” Hal tersebut membuat Ivan terkejut dan refleks memegangi pipi yang terasa panas seketika. Ia lalu melemparkan tatapan kebingungan ke arah Susan yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Selagi Ivan terdiam tak mengerti, Susan berujar. "Apa yang kau lakukan kepadaku tad
"Tidak ada orang yang mirip di foto itu di sekolah ini, Nona," jawab Ilyaz gemetar seraya menatap Hernomo dengan ketakutan.Ilyaz tidak mau terlibat lebih jauh dengan urusan orang itu yang sepertinya bukan orang main-main dilihat dari penampilan dan sikapnya, dikawal oleh banyak bodyguard pun iring-iringan SUV mewah. Demikian, pasti bukan Ivan yang mereka maksud walau foto itu mirip dengan Ivan. Lagi pula, mana mungkin Ivan berhubungan dengan orang kaya dan berkuasa? Perempuan misterius itu menatap Ilyaz dan Hernomo bergantian dengan saksama. Kemudian ia berkata, "Kalian berdua yakin?" tanyanya hendak memastikan. "Tidak ada orang yang mirip di foto ini di sekolah ini?" Mereka berdua saling pandang dan kemudian mengangguk cepat-cepat ke arah perempuan itu.Selama sesaat, rahang perempuan itu mengeras. "Jika kalian berdua ketahuan berbohong," ujar perempuan misterius itu seraya menuding muka mereka bergantian. "Kalian akan mendapatkan hukuman yang setimpal!" Setelah mengatakan
“Nona, anda—” Namun, sentuhan bibir ranum dan manis Susan di bibirnya membuatnya terhenti. Ivan tahu jika tindakan Susan ini tak lain demi membuat Marco percaya. Maka, Ivan berinisiatif untuk membantu Susan meyakinkan pria tersebut. Demi membuat sandiwara itu sempurna, Ivan balas memeluk dan menekan pinggul dan bokong Susan di hadapan Marco. Mendapati Ivan memeluk dan menyentuh bagian tubuhnya, wajah Susan seketika merona merah. Di saat yang sama, ia merasa malu dan marah. Berani-beraninya Ivan menyentuh pinggul dan bokongnya? Padahal, ia tak menyuruh pria itu untuk melakukan hal tersebut. Tapi pria itu bertindak seenaknya sendiri! Kalau saja apa yang kini tengah ia lakukan kepada Ivan hanya semata-mata karena untuk meyakinkan Marco, pasti sebuah tamparan sudah melayang keras di pipi Ivan atau sepatu hak tingginya akan langsung mendarat di wajah pria itu. Tapi, ia terpaksa membiarkan hal itu seraya menekan emosinya supaya Marco dan semua orang percaya kalau Ivan adalah ke
Seruan itu membuat perhatian semua orang yang ada di situ teralihkan. Kepala-kepala kompak tertoleh, mencari sumber suara. Seorang perempuan yang memiliki tubuh berisi, mengenakan blazer dipadu dengan rok span serta kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya tampak bergegas menghampiri mereka. "Bu Renata, manager Investasi Graha Group!" seru salah satu orang, mengenali sosok terkenal itu diikuti tatapan terkejut yang lainnya. Ivan langsung terperanjat! Renata?Jelas panggilan 'tuan muda' itu ditujukan untuknya. Renata adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Ivan seketika merutuki diri sebab Renata menemukan dirinya.Mendadak, ia cemas akan sesuatu. Lalu, semua orang langsung melemparkan senyuman lebar ke arah perempuan itu seraya membungkuk hormat. Namun, Renata tak mempedulikan mereka. Tetap melangkahkan kakinya hendak menghampiri Ivan. Akhirnya ia menemukan tuan muda keluarga Graha yang sedang ia cari. Sebelumnya, ia yang sedang berjalan hendak pergi dar
Marco mendelik, “Cih! Sampah sepertimu memangnya tahu apa?! Tempatmu hanya di kalangan orang miskin, bukan seperti kami para keluarga kaya di kota ini!!”Kemudian, ia mengangkat tangan dan menunjuk ke arah Ivan. "Ingat. Urusan kita belum selesai. Aku akan membalas perbuatanmu ini!" ancamnya dengan suara menggelegar.Setelah mengatakan hal itu, Marco melenggang pergi bersama dua bodyguardnya dari sana. Setelah kepergian Marco, Susan melangkah mendekat ke arah Renata dan berujar. "Apakah anda mencari saya, Nona Renata?" tanya Susan hati-hati hendak memastikan. Susan berpikir demikian sebab Graha Group adalah pemilik saham mayoritas di perusahaannya. Pun seperti yang sudah-sudah, jika Renata datang ke perusahaannya, maka sudah pasti dia memiliki urusan dengannya. Renata yang masih curi pandang ke arah Ivan yang kini juga tengah balik menatapnya sembari masih memberikan kode buru-buru menguasai diri, kemudian beralih menatap Susan dan mengangguk. Mendapati hal itu, Ivan tak elak
"Kau tetap tidak bisa memenuhi syarat yang dibuat oleh kakek, Susan!" ucap Herlambang tegas, sesekali menatap Ivan dengan jijik. Susan menautkan alis. "Kenapa tidak bisa?" tanya Susan bingung. "Aku sudah memiliki calon suami dan kami akan segera menikah. Demikian, aku telah memenuhi syarat yang diberikan!" Herlambang mendengus dingin. Tentu saja ia bersikap demikian sebab sebenarnya ia tengah mencoba menghalangi pernikahan Susan supaya wanita itu melepaskan jabatannya. Dengan begitu, ia bisa menggantikan posisinya setelahnya. Dengan wajah mengeras, Herlambang kembali bicara. "Tapi tidak dengan sampah ini yang pekerjaanya hanya sebagai guru! Dia akan mencoreng nama baik keluarga Rahardian!" Susan begitu tersentak mendengarnya. Sang paman tak setuju? Menentangnya?Sebelumnya, Susan telah menduga hal itu sebab status sosial dan pekerjaan Ivan yang memang begitu rendahan. Namun ia tak terlalu mempedulikannya karena kini yang ia pikirankan adalah ia harus segera m
Dengan tatapan merendahkan ke arah Ivan, Herlambang menggeleng sambil berkata. "Dasar bodoh! Memangnya kau itu pemilik Graha Group? CEO Graha Group? Sehingga bisa melakukan hal demikian?" Begitu pula dengan Felix yang kentara gemas sebab perkataan Ivan yang ngaco. Dengan tatapan yang sama seperti sang Ayah, Felix menambahi. "Heh, sampah! jangan berkhayal kau. Bangun dari mimpimu. Kau itu hanya seorang guru rendahan yang tidak mengerti bisnis sama sekali!" Namun, Ivan tak peduli, masih menatap keduanya dengan dingin. Dalam hati ia tertawa sebab apa yang diucapkan Herlambang itu memang benar adanya. Lalu, sambil kembali menggeleng selagi menatap Ivan dengan kebencian, Herlambang dan Felix melangkahkan kakinya hendak pergi dari ruangan tersebut. Berjalan menuju ke arah pintu, Herlambang menatap Susan sambil mencibir. "Ingat Susan keluarga kita akan malu jika Malice Inc sampai bangkrut!""Dan kau yang akan bertanggung jawab jika hal itu sampai terjadi!" ucap Felix menambahi s
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Di saat ini, Susan menoleh ke arah Rasya yang kini sudah turun dari panggung yang langsung mengalihkan pandangan. Bersikap acuh tak acuh. Juga sedikit menahan senyuman. Seperti puas menyaksikan kejadian tersebut. Apakah ini ulah Rasya? Pikir Susan. Selagi semua orang ribut, Ivan yang masih membela diri. Susan buru-buru menatap Manager hotel kembali dengan tajam dan berkata, "Pak, kami bisa melaporkan Bapak dan hotel ini atas tindakan penipuan dan pemerasan loh. Termasuk orang-orang yang mungkin saja ikut terlibat. Jelas-jelas suami saya tidak merasa memesan ruangan ini dan tidak pernah mengatakan akan membayar semua biayanya!" Sontak saja, Manager hotel itu mengerjap. Sedikit gelagapan sebelum kemudian mendengus, "Jadi, suami anda tidak mau membayarnya?!" "Baik lah, maka—" "Bapak mempunyai buktinya atau tidak? Bisa tunjukan bukti itu pada kami? Jika benar ada buktinya, kami pasti akan membayarnya. Jika tidak, kami tidak akan! Kami hanya akan membayar biaya per orang saja
Dengan senyum penuh arti, mulut Rasya kembali bicara, "Tenang saja, Pak. Orang itu tidak akan bisa kabur!" Sementara itu, Ivan dan Susan berbalik diikuti yang lain, tampak seorang pria paruh baya berpakaian jas rapi bersama dua karyawan hotel tampak berjalan menghampiri mereka berdua. Ternyata orang yang baru memanggil Ivan adalah manager hotel tersebut. Tertambat pin manager di dadanya. "Ada apa, Pak?" tanya Susan diikuti tatapan penasaran Ivan begitu manager hotel itu tiba di hadapan keduanya. "Anda istrinya Pak Ivan?" tanya Manager itu hendak memastikan yang langsung diiyakan oleh Susan. Menghembuskan napas berat, Manager itu beralih menatap Ivan tajam, "Bagaimana mungkin anda mau main pergi begitu saja tanpa membayar terlebih dahulu!" Mendengar itu, Susan mengernyitkan kening. Hanya perkara belum membayar saja mereka berdua harus didatangi Manager! Sebagai seorang CEO, tentu, hal tersebut merupakan penghinaan terbesar! Menurut mereka, ia tidak sanggup membayar? A
Ivan berdiri di hadapan Rasya sambil menatapnya tajam, "Kau tetap tidak mau mengakui kekalahanmu? Kau pikir, semua orang akan mengangung-agungkan dirimu hanya karena kaya? Dan dengan bertindak curang, seenak jidat seperti ini, kau berharap semua orang akan memihakmu?" Kemudian, Ivan berdecih, "Tidak. Semua orang juga tahu kalau apa yang tengah kau lakukan ini adalah tindakan pengecut! Berkilah untuk menutupi kekalahanmu!" Seketika wajah Rasya berubah. "Kau pasti iri dengan diriku, kan, guru miskin berandalan? Ah, kau pasti merasa insecure, bukan? Karena tidak bisa memiliki banyak uang, jadi merasa putus asa," balas Rasya sambil tergelak. Kemudian, pria itu memicingkan mata! "Orang-orang berduit dan berkuasa sepertiku itu bebas melakukan apa saja dan dirimu yang miskin ini tidak akan pernah bisa menang melawanku! Mengerti?!" Ivan balas tegelak, "Aku? Iri denganmu? Cuih! Tidak sudi! Untuk apa aku iri denganmu. Toh, dengan keadaanku yang seperti ini, Susan menerima dan mencint
Bukan kah seharusnya Wakil Presdir muda itu menenggak minuman lagi kalau masih kuat? Tapi apa yang malah dia lakukan? Ivan yang mendapati Rasya malah mempermasalahkan skill minumnya di depan semua orang cukup geram. Tapi dia masih menahan diri, bergeming di tempat duduk, menunggu respon dari mereka. Ia cukup tenang sebab ada orang-orang yang berpihak padanya. Ia tahu betul bahwa Rasya tengah berkilah sebab sudah tidak kuat menenggak minuman lagi. Benar saja, para pendukung Ivan langsung protes. Mengatai Rasya pengecut! Namun, Rasya tidak peduli. Pokoknya ia tidak mau menenggak minuman lagi, tapi ia juga tidak mau dianggap kalah dari Ivan. "Rasya... apa-apaan kau itu! Jelas-jelas Ivan itu jago minum. Cara minum Ivan itu sangat lah keren. Kami mengakui kehebatannya. Bahkan, dia bagaikan dewa minum. Tidak banyak orang yang bisa minum sebanyak itu dan masih dalam keadaan baik-baik saja setelahnya!" "Dan seharusnya kau itu minum lagi jika masih kuat!" "Apa kau sudah tidak ku