Seorang perempuan yang merupakan pelayan hotel tengah menuangkan wine ke dalam dua gelas. Satu untuk Marco dan satunya lagi untuk Susan. "Silahkan, tuan," pelayan itu mempersilahkan dengan sopan dan segan, kemudian ia beralih menatap Susan. "Silahkan, nona." Setelah itu, pelayan hotel pergi dari kamar tersebut. Melihat Susan yang tak kunjung menyentuh minuman, Marco tergelak, "tenang saja. Aku tak menaruh sesuatu pada minumanmu kok." Susan mengerjap, tiba-tiba teringat akan perbuatan Marco pada malam itu yang menaruh obat afrodisiak pada minumannya yang membuat ia terbakar gairah. Tentu hal itu membuatnya jadi curiga dengan pria itu sekarang. Apalagi dalam situasi seperti ini... "Katakan cepat apa penawaran terakhirmu yang akan kau berikan padaku!" Susan buru-buru berkata demikian sebab menginginkan urusannya dengan Marco cepat selesai dan ia bisa pergi, lalu memastikan keadaan Ivan. Pasalnya ia tak nyaman, merasa Marco memiliki niat jahat kepadanya. "M
"Bagaimana bisa kau tahu nama boss besar kami? Ketua Naga Hitam? Apakah ... kau mengenalnya?" tanya kepala preman bingung sekaligus heran. Tapi ia buru-buru menggeleng. Mana mungkin pria biasa sepertinya mengenal ketua mafia Naga Hitam yang notabene adalah salah seorang yang berkuasa dan paling disegani di negara ini! Ivan tersenyum kecut melihat kepala preman bersikap demikian. Tentu ia tidak hanya sekadar mengenal ketua mafia Naga Hitam. Justru, Delon bekerja kepada keluarga Graha. Tugasnya adalah sebagai pengawal pribadi anggota keluarga besar Graha, menjaga pesta serta acara yang diadakan oleh keluarga Graha dan penyelesai konflik-konflik yang berhubungan dengan dunia bawah. Demikian, Delon begitu tunduk dan patuh pada dirinya yang merupakan pewaris keluarga Graha. "Sebaiknya kau hubungi Delon saja, boss besar kalian untuk membuktikan ucapanku ini benar atau tidak!" Tiba-tiba, Ivan berujar kembali yang membuat lamunan kepala preman buyar.Kini semua orang menat
Namun tiba-tiba Delon yang tak lain adalah ketua mafia Naga Hitam terperanjat begitu melihat apa yang tengah kepala preman lakukan kepada Ivan. Apa dia sudah gila? Dia mau menembak pewaris keluarga Graha?Terang saja Delon langsung naik pitam. Sementara kepala preman nampak kebingungan melihat boss besarnya bersikap demikian, juga memanggil Ivan dengan sebutan 'tuan muda'? Kini kepala preman masih mengarahkan moncong pistol ke arah Ivan. Ia masih belum memahami apa yang tengah terjadi. Masih mencerna. Di titik ini, Delon mendelik ke arah kepala preman, "Apa yang kau lakukan bodoh!?" bentak ketua mafia Naga Hitam selagi berjalan mendekat ke arahnya. Hal tersebut membuat kepala preman terlonjak kaget. Apa yang ia lakukan? tanya kepala preman dalam hati seakan kepada dirinya sendiri. Dengan masih mendelik, Delon membentak kepala preman itu kembali begitu tiba di hadapannya. "Turunkan pistolmu bodoh!" Mendapatkan perintah dari boss besarnya langsung, kepala
Delon berbalik menatap tajam kepala preman. "Panggil anak buahmu yang lain dan segera meluncur ke hotel Paradise! habisi Marco dan para pengawalnya di sana!" titah Delon dengan suara menggelegar. Tanpa pikir panjang, tanpa banyak tanya, kepala preman mengangguk dan buru-buru berlari untuk segera melaksanakan perintah boss besarnya. Sementara Ivan dan Delon buru-buru melangkahkan kakinya keluar dari markas. "Maaf jika saya lancang, tuan muda," ucap Delon selagi berjalan dengan bergegas di samping pewaris keluarga Graha tersebut, "siapakah perempuan yang hendak tuan muda selamatkan ini dari tangan Marco?" Ivan menoleh cepat ke arah Delon tanpa menghentikan langkahnya dan menjawab, "Susan, CEO Malice Inc," Delon mengernyitkan kening, lalu lanjut berkata, "apakah perempuan itu begitu berarti bagi anda tuan muda? Apakah kalian berdua memiliki hubungan? Sebab perempuan itu sampai rela mengorbankan diri demi anda!" Ivan mendengus dingin, tak ada waktu untuk menjelask
Mendapati hal itu, Susan memilih tak membalas perkataan Marco dan kian menahan pintu kamar mandi dengan kuat. Sebelumnya, Marco telah berusaha melepaskan pakaian dan nyaris saja melecehkannya. Tentu saja Susan merasa jijik mendapatkan perlakuan seperti itu dari Marco. Dibawah perasaan jijik dan muak, tiba-tiba ia memiliki ide untuk menghindar dengan izin ke kamar mandi. Untungnya Marco memperbolehkannya, meskipun sepertinya sedikit curiga. Apalagi saat ia membawa tas ke dalam kamar mandi.Tapi ia beralasan akan melakukan bersih-bersih diri terlebih dahulu sebelum bercinta dengan Marco. Mendengar itu, Marco jadi merasa senang sekaligus spesial. Susan sengaja berlama-lama di dalam kamar mandi. Ia menggunakan kesempatan itu menghubungi orang-orang terdekatnya untuk meminta bantuan. Meskipun ia sadar bahwa apa yang ia lakukan ini sangat beresiko sebab ia telah membuat perjanjian dengan Marco, tapi ia benar-benar akan mengambil setiap kesempatan yang ada supa
"Apa benar jika kau sedang bersama seorang wanita di hotel milik kita, Marco?!" sembur Ayahnya begitu panggilan tersambung. Mendapatkan nada yang begitu menggelegar, Marco buru-buru menjauhkan ponsel dari telinga sesaat sebelum kemudian menempelkan di telinganya lagi. Namun, tiba-tiba ia menautkan kedua alisnya. "Bagaimana Ayah bisa tahu? Ayah tau dari mana?" "Tak penting Ayah tahu mengenai hal itu dari mana!" potong Darius dengan mulut berbusa, "siapa kah wanita yang sedang bersamamu itu Marco!?" Marco menghembuskan napas kasar, lalu menjawab, "Susan. CEO Malice Inc, Yah." "Apa?! Susan? CEO Malice Inc?" ulang Darius hendak memastikan yang langsung dibenarkan Marco. Selama sesaat, hening di sebrang sana. "Sekarang, Ayah minta, lepaskan Susan tanpa menyentuh dia sedikit pun! Lakukan segera, Marco!" bentak Darius setelah terdiam sebentar. Sontak saja, Marco terperanjat! Ada apa dengan Ayahnya? Kenapa tiba-tiba Ayahnya menyuruhnya untuk melepaskan Susan? Apa yang tel
Sementara itu, para karyawan hotel Paradise tengah dilanda panik sekaligus bingung setelah pemilik hotel yang tak lain adalah Ayahnya Marco, Darius Sidharta menyuruh mereka untuk segera menuju kamar yang sedang ditempati Marco dan mencegahnya untuk berbuat sesuatu kepada Susan. Tentu saja hal itu membuat mereka dilema, bagaimana tidak, mereka bingung antara menuruti perintah dari Ayah atau anaknya. Pasalnya, sama-sama harus dipatuhi. Namun, jika harus memilih, jelas mereka akan patuh pada Darius Sidartha. Belum sempat mereka menuju kamar dimana Marco dan Susan berada, iring-iringan mobil mewah datang dan berhenti di halaman hotel. Hal tersebut menarik perhatian semua orang. Lalu, turun Ivan, Delon dan preman-preman dari dalam mobil-mobil tersebut.Setelah itu, rombongan bergegas masuk ke dalam hotel. Melihat kedatangan mereka, semua karyawan hotel terkejut sekaligus ketakutan. Bagaimana tidak? Dengan perawakan mereka yang terlihat garang dan menyeramkan, pasti merek
Kenapa Ivan benar-benar muncul? Dan kenapa pria itu baik-baik saja? Tak ada luka sedikit pun? Selagi Marco tercengang seraya mengamati Ivan dari atas kepala hingga ujung kaki sebab kaget sekaligus bingung. Tiba-tiba... Tubuh Marco terlempar membentur tembok yang membuatnya langsung mengadu kesakitan.Tidak cukup sampai disitu, sebuah pukulan langsung mendarat di wajah Marco setelahnya. Tidak hanya satu kali. Tapi berkali-kali. Tentu tinju yang kekuatannya begitu kuat, berkali-kali lipat. Alhasil, geraham belakang Marco hancur, giginya rompal, wajahnya dipenuhi luka lebam dan dia langsung memuntahkan darah. Sambil merintih kesakitan, Marco menatap Ivan marah dan berkata dengan tersendat-sendat, "Bang-bangsat kau, Ivan!" Tapi Ivan belum puas, ia yang tengah dikuasai amarah membara, kembali menghajar Marco sembari berteriak, "kau yang bangsat, Marco sialan! Berani-beraninya kau menyentuh wanitaku!" "Kau benar-benar akan kuhabisi, Marco!" BUGH! BUGH! BUGH! Sementar
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Di saat ini, Susan menoleh ke arah Rasya yang kini sudah turun dari panggung yang langsung mengalihkan pandangan. Bersikap acuh tak acuh. Juga sedikit menahan senyuman. Seperti puas menyaksikan kejadian tersebut. Apakah ini ulah Rasya? Pikir Susan. Selagi semua orang ribut, Ivan yang masih membela diri. Susan buru-buru menatap Manager hotel kembali dengan tajam dan berkata, "Pak, kami bisa melaporkan Bapak dan hotel ini atas tindakan penipuan dan pemerasan loh. Termasuk orang-orang yang mungkin saja ikut terlibat. Jelas-jelas suami saya tidak merasa memesan ruangan ini dan tidak pernah mengatakan akan membayar semua biayanya!" Sontak saja, Manager hotel itu mengerjap. Sedikit gelagapan sebelum kemudian mendengus, "Jadi, suami anda tidak mau membayarnya?!" "Baik lah, maka—" "Bapak mempunyai buktinya atau tidak? Bisa tunjukan bukti itu pada kami? Jika benar ada buktinya, kami pasti akan membayarnya. Jika tidak, kami tidak akan! Kami hanya akan membayar biaya per orang saja
Dengan senyum penuh arti, mulut Rasya kembali bicara, "Tenang saja, Pak. Orang itu tidak akan bisa kabur!" Sementara itu, Ivan dan Susan berbalik diikuti yang lain, tampak seorang pria paruh baya berpakaian jas rapi bersama dua karyawan hotel tampak berjalan menghampiri mereka berdua. Ternyata orang yang baru memanggil Ivan adalah manager hotel tersebut. Tertambat pin manager di dadanya. "Ada apa, Pak?" tanya Susan diikuti tatapan penasaran Ivan begitu manager hotel itu tiba di hadapan keduanya. "Anda istrinya Pak Ivan?" tanya Manager itu hendak memastikan yang langsung diiyakan oleh Susan. Menghembuskan napas berat, Manager itu beralih menatap Ivan tajam, "Bagaimana mungkin anda mau main pergi begitu saja tanpa membayar terlebih dahulu!" Mendengar itu, Susan mengernyitkan kening. Hanya perkara belum membayar saja mereka berdua harus didatangi Manager! Sebagai seorang CEO, tentu, hal tersebut merupakan penghinaan terbesar! Menurut mereka, ia tidak sanggup membayar? A
Ivan berdiri di hadapan Rasya sambil menatapnya tajam, "Kau tetap tidak mau mengakui kekalahanmu? Kau pikir, semua orang akan mengangung-agungkan dirimu hanya karena kaya? Dan dengan bertindak curang, seenak jidat seperti ini, kau berharap semua orang akan memihakmu?" Kemudian, Ivan berdecih, "Tidak. Semua orang juga tahu kalau apa yang tengah kau lakukan ini adalah tindakan pengecut! Berkilah untuk menutupi kekalahanmu!" Seketika wajah Rasya berubah. "Kau pasti iri dengan diriku, kan, guru miskin berandalan? Ah, kau pasti merasa insecure, bukan? Karena tidak bisa memiliki banyak uang, jadi merasa putus asa," balas Rasya sambil tergelak. Kemudian, pria itu memicingkan mata! "Orang-orang berduit dan berkuasa sepertiku itu bebas melakukan apa saja dan dirimu yang miskin ini tidak akan pernah bisa menang melawanku! Mengerti?!" Ivan balas tegelak, "Aku? Iri denganmu? Cuih! Tidak sudi! Untuk apa aku iri denganmu. Toh, dengan keadaanku yang seperti ini, Susan menerima dan mencint
Bukan kah seharusnya Wakil Presdir muda itu menenggak minuman lagi kalau masih kuat? Tapi apa yang malah dia lakukan? Ivan yang mendapati Rasya malah mempermasalahkan skill minumnya di depan semua orang cukup geram. Tapi dia masih menahan diri, bergeming di tempat duduk, menunggu respon dari mereka. Ia cukup tenang sebab ada orang-orang yang berpihak padanya. Ia tahu betul bahwa Rasya tengah berkilah sebab sudah tidak kuat menenggak minuman lagi. Benar saja, para pendukung Ivan langsung protes. Mengatai Rasya pengecut! Namun, Rasya tidak peduli. Pokoknya ia tidak mau menenggak minuman lagi, tapi ia juga tidak mau dianggap kalah dari Ivan. "Rasya... apa-apaan kau itu! Jelas-jelas Ivan itu jago minum. Cara minum Ivan itu sangat lah keren. Kami mengakui kehebatannya. Bahkan, dia bagaikan dewa minum. Tidak banyak orang yang bisa minum sebanyak itu dan masih dalam keadaan baik-baik saja setelahnya!" "Dan seharusnya kau itu minum lagi jika masih kuat!" "Apa kau sudah tidak ku