Ada yang berbeda di mansion keluarga Sebastian hari ini. Suasana tampak sibuk sejak pagi hari. Para pelayan sedang mempersiapkan perayaan ulang tahun Alexa Barnard yang ke tujuh belas tahun.
Eloise bisa leluasa membantu persiapan pesta karena Valerie pergi menemui Jolie untuk waktu yang cukup lama. Valerie mendukung sepenuhnya pendidikan Jolie hingga wanita itu rela putri kesayangannya melanjutkan kuliah bisnis di London Business School. Berbeda dengan Eloise, ia harus berbesar hati saat Valerie tidak memperbolehkannya melanjutkan kuliah. Eloise sibuk menyiapkan rangkaian bunga segar yang ditempatkan di beberapa sudut halaman belakang mansion. Hal yang paling disukai Emily adalah tentang bunga. Ia memiliki bakat dalam hal merangkai bunga. Impiannya adalah suatu saat memiliki toko bunga sendiri. Entah kapan. “Itu sangat cantik, Eloise,” ucap Alexa dari arah belakang. Eloise menoleh memperhatikan Alexa yang berjalan mendekat. “Terima kasih, Alexa.” Alexa mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil spot foto yang dirasanya terlihat estetik. “Lihatlah, ini tampak mempesona, seperti rangkaian bunga seorang florist professional.” Alexa memperlihatkan layar ponselnya. Hati Eloise menghangat. “Benarkah?” tanya Eloise girang. Ia memperhatikan layar ponsel Alexa. Memang terlihat indah. Eloise baru menyadarinya. “Ya, kau berbakat, Eloise.” Nyaris saja Eloise menangis haru dengan ucapan Alexa. Sebelumnya ia tidak terlalu dekat dengan gadis itu, Alexa terkesan masa bodoh dengan sekelilingnya, tapi justru remaja itu menjadi penyemangatnya dalam berkreasi. Hampir sepanjang siang hingga sore Eloise berkutat dengan persiapan pesta. Sebastian tiba di mansion saat Eloise telah selesai mandi. Pria itu berdiri mematung memperhatikan Eloise. Ia telah merencanakan sesuatu malam ini. “Pakai ini,” ujar Sebastian melempar sebuah gaun malam di atas ranjang. Eloise ragu melangkah, ia meraih gaun itu dan terdiam sesaat. “Pakai. Tunggu apalagi?” Sebastian tampak tak sabar. Eloise bergerak menuju kamar mandi dan berganti pakaian. Tapi setelah memperhatikan diri di depan wastafel, ia bimbang untuk keluar dari kamar mandi. Pakaian yang dikenakannya saat ini adalah gaun berwarna merah darah dengan belahan dada rendah yang seakan tak mampu menutupi payudaranya. Panjang gaun itu melewati mata kaki dengan belahan samping hingga ke paha. “Apa kau pingsan?” tanya Sebastian setengah berteriak. “keluar!” Eloise menahan air matanya saat membuka pintu. “Aku tidak mau memakainya.” Eloise menunduk menyembunyikan matanya yang memanas. Sebastian menatap Eloise dengan intens. Tubuh gadis itu benar-benar menggoda. Luar biasa seksi. “Kau harus memakainya,” ucap Sebastian tegas. Eloise menggeleng, ia mendongak seraya mengusap air matanya. “Ini terlalu terbuka, aku tak bisa memakainya.” Sebastian bergerak mendekat. Eloise refleks mundur dengan panik. Aura dingin Sebastian sungguh menakutkan baginya. “Kenapa jika terlalu terbuka?” Sebastian telah berdiri tepat di depan Eloise. Jari telunjuknya menyusuri tulang selangka hingga dada Eloise. Membuat tubuh Eloise gemetar. Eloise menunduk tak mampu menatap mata Sebastian yang melihatnya dengan tatapan mesum. “Aku malu, Sebastian.” “Kenapa harus malu?” tanya Sebastian serak. Ia sendiri bertahan mengendalikan gairahnya. Eloise teringat kalimat demi kalimat yang sering dilontarkan ibunya. Kamu seperti pelacur, Eloise! Jika Valerie tahu ia berpakaian seperti ini, itu sama halnya membenarkan ucapan Valerie. Dirinya memang seperti pelacur dengan pakaiannya sekarang. Eloise menggeleng. “Ijinkan aku memakai baju yang lain, Sebastian,” ucapnya memohon. “Tidak!” tolak Sebastian. “sekarang persiapkan dirimu, kutunggu di sini.” Sebastian melangkah menuju sofa. Duduk tenang menunggu Eloise. Sesekali menelan ludah, sesekali memperbaiki posisi duduknya karena tiba-tiba celananya terasa sempit. Sialan! Eloise hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk berdandan. Rambut sebahunya yang sedikit bergelombang dibiarkan terurai, berharap bisa menutupi dadanya, tapi nyatanya tidak bisa. Ia menyapukan bedak tipis dan lipstik natural yang tidak mencolok. Ia tak membutuhkan maskara karena bulu matanya sudah lentik alami. Sebastian berdiri saat dilihatnya Eloise keluar dari walk in closet. Terkesima dengan dandanan sederhana Eloise yang malah menunjukkan kecantikan alami gadis itu. Eloise sesekali menarik tepi gaun yang menutupi dadanya, khawatir jika kain berbahan halus itu semakin melorot turun. Suasana taman belakang tampak riuh dipenuhi teman-teman Alexa. Hanya segelintir kerabat dekat yang diundang. Eloise berhenti sejenak, nyalinya menciut melihat begitu banyak para undangan yang datang. Ia tak berani melangkah. Ingin sekali ia berlari masuk ke dalam kamar, mengunci pintu dari dalam hingga Sebastian brengsek itu takkan bisa memaksanya untuk hadir. Dari arah belakang keduanya, muncul Sean yang berjalan mendekat. Ia menoleh ke arah pasangan itu, tersenyum sekilas, menatap Eloise sesaat dengan pandangan yang sulit diartikan, kemudian ia melangkah menjauh menuju kerumunan. “Ayo,” ajak Sebastian mengulurkan tangan. Eloise meraih lengan Sebastian, melingkarkan lengan di tangan kokoh Sebastian, layaknya pasangan suami istri yang bergandengan tangan mesra. Nyatanya ini hanya sandiwara. Dan Eloise tidak tahu apa maksud Sebastian menyuruhnya memakai baju terbuka seperti ini. “Selamat ulang tahun, Alexa,” ucap Eloise saat keduanya telah berhasil menemukan gadis itu di antara puluhan remaja yang tengah bergoyang diiringi musik yang bertempo cepat. “Terima kasih, Eloise.” Alexa membelalakkan matanya terpesona dengan penampilan Eloise. “kau sungguh cantik, Eloise.” Eloise tersenyum hambar. Sebastian memberi ucapan selamat kepada adik tirinya dengan kaku. Hal yang tidak biasa ia lakukan, berinteraksi dengan saudara tirinya. “Sudah, kan?” bisik Eloise ketika Alexa pamit kembali pada kerumunan teman-temannya. “bolehkah aku pergi sekarang?” “Tidak.” Sebastian tahu sasaran utamanya. Ia menarik tangan Eloise, membawanya ke sebuah kursi di ujung halaman, sedikit jauh dari kerumunan. Setelah hampir sampai di tujuan, Sebastian melepas tangan Eloise, ia berjalan mendekat ke arah kursi di depan Sean. Sebastian duduk sembari menoleh ke arah Eloise. “Kemari, Eloise. Duduklah di sini.” Sebastian memberi isyarat dengan mata agar Eloise duduk di pangkuannya. Eloise membeku di tempat. Ia menoleh ke arah Sean sekilas, pria itu juga tengah memandangnya. “Eloise,” Suara Sebastian mengintimidasi gadis itu. Mata Sebastian menatapnya penuh ancaman. “kemari, Sayang.” Sungguh, kata yang disuarakan pria itu bertentangan dengan maksud ucapannya.Eloise tak berani membantah. Ia berjalan mendekat. Ia bertekad untuk tidak menangis. Tangan Sebastian terulur, menarik tubuh Eloise untuk duduk di pangkuannya.Eloise menahan nafas saat ia sudah berada di pangkuan pria itu. Ia merasa seperti jalang. Ia bahkan harus memeluk leher Sebastian untuk memastikan agar dirinya tidak terjatuh. Pria itu sangat dekat. Jantung Eloise berdegup kencang, bahkan rasanya ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Tatapan Sebastian menjelajahi wajah Eloise hingga ke dada wanita itu, membuat Eloise menunduk malu. Apakah memang Sebastian sengaja mempermalukannya dengan pakaian terbuka dan pose duduk seperti saat ini? Sebastian mencium lengan telanjang Eloise sekilas, memperlihatkan kemesraan yang wajar. Sean mengambil kaleng bir di meja samping tempat duduknya. Meneguknya perlahan seraya matanya mengawasi tingkah pasangan suami istri itu.“Pesta yang meriah. Bukan begitu, Sean?” Sebastian berbasa-basi.Sean tidak menjawab. Ia mengangkat kaleng birnya, m
“Jangan, tuan Jeff,” pinta Eloise panik saat Jeff Barnard berusaha menciumnya. Lelaki tua tak tahu diri itu meraba dada Eloise hingga gadis itu terpekik kaget dan meronta. “Sudah, diamlah, Eloise, aku akan memberimu kenikmatan sebentar lagi,” seringai Jeff buas. Pria itu masih bugar di usianya yang lebih dari 60 tahun. Selain menjaga fisik dengan olahraga teratur, pria itu juga disiplin mengatur pola makannya hingga sebagian orang masih percaya jika Jeff membual dirinya berusia 50 tahun. Eloise meronta panik saat Jeff menaikkan rok gadis itu dan meraba celana dalam Eloise. “Tidak!Hentikan, Tuan!” teriak Eloise katakutan. Tangannya berusaha melindungi tubuhnya dari sentuhan pria sinting itu. Enam bulan mengenal pria itu, meski secara hukum Jeff adalah ayah tirinya, tak sekalipun Eloise pernah memanggilnya dengan sebutan papa. “Kumohon, hentikan,” pinta Eloise memelas. Meski dengan seluruh kekuatannya, ia masih kalah tenaga dengan lelaki itu. . Tubuh Eloise terhimpit di antara
Sore itu terjadi kegaduhan di mansion keluarga Sebastian Harold. Jeff Barnard ditemukan tak bernyawa di dekat bathtub kamar mandi. Dugaan awal penyebab kematian Jeff adalah perdarahan otak akibat terpeleset di kamar mandi dan kepalanya terbentur di tepi bathtub. Sebagai perwakilan keluarga, Sebastian menolak permintaan dari pihak rumah sakit untuk melakukan otopsi. “Penyebab kematian sudah jelas,” ujar Sebastian meyakinkan dokter Brian yang tampak tidak yakin dengan penyebab kematian Jeff Barnard. “Tapi ada sesuatu yang aneh.” Dokter Brian ragu. “kita harus melakukan otopsi.” “Tidak perlu, dokter. Tugasmu sudah cukup sampai di sini.” Sebastian mengambil alih. Ia telah mengatur semuanya dengan sangat teliti. Bagaimana posisi tubuh pria itu harus diletakkan, bagaimana ia harus membersihkan bekas darah di lantai ruang kerja Jeff, merapikan meja kerja Jeff Barnard dan membersihkan bekas sidik jari Eloise di pemberat kertas. Sebastian harus memastikan semua tampak wajar. Tak ada ke
Sebastian mungkin kejam dan tidak memiliki simpati terhadap orang lain, tetapi di sisi lain, pria itu ternyata sangat murah hati. Ia memesan gaun pengantin di sebuah butik ternama di kota New York, meminta manajer toko memilihkan gaun pengantin termahal untuk Eloise. Ia menunggu Eloise mengepas baju pengantin sementara ia sendiri sibuk dengan jadwal meeting di ponselnya. Sebagai kepala divisi produksi, ia bertanggungjawab penuh atas kualitas barang yang diproduksi oleh Olympic Corp. “Tuan Sebastian, silahkan.” Sang manajer toko mempersilahkan Sebastian untuk melihat baju pengantin yang dikenakan calon istrinya. Sebastian bangkit berdiri menuju kamar ganti. Ia tertegun sesaat. Eloise berdiri membelakanginya hingga detik selanjutnya berbalik menghadap Sebastian. Nafas Sebastian tercekat di tenggorokan. Detik berikutnya ia menelan ludah dengan susah payah. Eloise terlihat…seksi. Ternyata selama ini gadis itu menutupi tubuhnya dengan memakai baju kemeja tidak menarik yang ukurannya
Menjadi putri Valerie tidak semudah yang terlihat. Eloise adalah anak yang tidak diinginkan. Valerie muda hamil saat masih di bangku sekolah, usianya masih sangat belia, 16 tahun. Valerie telah berkali-kali berusaha menggugurkan kandungan meski tidak berhasil. Charles Johnson, pacar yang menghamilinya, akhirnya bisa meyakinkan Valerie untuk menikah dan melahirkan putri pertama mereka, Eloise. Pernikahan Charles dan Valerie kandas di tahun ke dua. Tanpa sadar Valerie membenci Eloise, melihat putrinya seperti melihat kegagalan masa mudanya, dan itu membekas hingga bertahun-tahun, meskipun akhirnya Valerie menikah untuk kedua kalinya dan dikaruniai seorang putri, ia tidak bisa benar-benar menyayangi Eloise. Perbedaan perlakuan antara Eloise dan putri keduanya, Jolie Madison sangat kentara. Perlakuan tak adil dari Valerie dan hinaan dari Jolie sudah menjadi konsumsi sehari-hari.Sepanjang siang hingga sore hari, Eloise membantu pelayan merawat tanaman di kebun bunga. Jika Valerie berad
Minggu siang saat semua keluarga berkumpul, pengacara Jeff datang membacakan surat wasiat yang disiapkan Jeff jauh hari sebelum kematiannya yang mendadak. Ia hanya mewariskan sejumlah tanah untuk ketiga anak kandungnya. Tanpa ada bahasan tentang Olympic corp. Hal yang aneh bagi sebagian orang, tapi tak ada yang berani membahas hal itu karena mereka tahu siapa pemilik sebenarnya Olympic Corp. Meski begitu, pembagian saham sudah terlanjur terjadi di masa lalu. Masing-masing anak kandung Jeff mendapat bagian 10 persen. Jeff sendiri memiliki saham 20 persen tanpa ada penjelasan akan diberikan kepada siapa bagian sahamnya. Yang mengejutkan sebenarnya adalah Valerie, wanita itu mendapat bagian saham 15 persen padahal sebagai istri kedua, Anna tidak mendapat bagian sama sekali. Tapi hal itu menguntungkan bagi Sebastian karena ia bisa meminta dukungan suara kepada Valerie saat pemilihan CEO pengganti Jeff. Dengan saham Sebastian yang 20 persen, ia yakin pemegang saham lainnya akan memilihnya.
Sebastian yang pertama bangun. Saat membuka mata dan tidak menemukan Eloise di sebelahnya, ia bangkit duduk dan mencari keberadaan gadis itu. Ia membeku sesaat. Sosok tubuh tampak tertidur pulas di lantai kamar. Sebastian beranjak mendekat. Mengamati Eloise sejenak. Tubuh Eloise benar-benar menggoda. Sebastian mengumpat pelan. Gaun tidurnya melekat pas di tubuh Eloise. Belahan dada yang tidak terlalu rendah masih tak mampu menutupi dada Eloise yang berukuran besar. Belum lagi gaun itu tersingkap di bagian paha Eloise. Menampakkan paha mulus dan menggoda. Kejantanan Sebastian seketika mengeras. Ia mengumpat kembali. Sebastian buru-buru mengambil selimut dan menutupi tubuh Eloise dengan selimut. Setelahnya ia menuju kamar mandi sebelum kendali dirinya hilang dan menyetubuhi gadis itu dengan paksa. Tidak. Ia tak pernah memaksa satu wanita pun dalam hidupnya untuk memenuhi nafsu seksnya. Wanita-wanita dengan sukarela menyerahkan tubuh mereka untuk Sebastian. Suara gemericik air membu
Eloise tak berani membantah. Ia berjalan mendekat. Ia bertekad untuk tidak menangis. Tangan Sebastian terulur, menarik tubuh Eloise untuk duduk di pangkuannya.Eloise menahan nafas saat ia sudah berada di pangkuan pria itu. Ia merasa seperti jalang. Ia bahkan harus memeluk leher Sebastian untuk memastikan agar dirinya tidak terjatuh. Pria itu sangat dekat. Jantung Eloise berdegup kencang, bahkan rasanya ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Tatapan Sebastian menjelajahi wajah Eloise hingga ke dada wanita itu, membuat Eloise menunduk malu. Apakah memang Sebastian sengaja mempermalukannya dengan pakaian terbuka dan pose duduk seperti saat ini? Sebastian mencium lengan telanjang Eloise sekilas, memperlihatkan kemesraan yang wajar. Sean mengambil kaleng bir di meja samping tempat duduknya. Meneguknya perlahan seraya matanya mengawasi tingkah pasangan suami istri itu.“Pesta yang meriah. Bukan begitu, Sean?” Sebastian berbasa-basi.Sean tidak menjawab. Ia mengangkat kaleng birnya, m
Ada yang berbeda di mansion keluarga Sebastian hari ini. Suasana tampak sibuk sejak pagi hari. Para pelayan sedang mempersiapkan perayaan ulang tahun Alexa Barnard yang ke tujuh belas tahun. Eloise bisa leluasa membantu persiapan pesta karena Valerie pergi menemui Jolie untuk waktu yang cukup lama. Valerie mendukung sepenuhnya pendidikan Jolie hingga wanita itu rela putri kesayangannya melanjutkan kuliah bisnis di London Business School. Berbeda dengan Eloise, ia harus berbesar hati saat Valerie tidak memperbolehkannya melanjutkan kuliah. Eloise sibuk menyiapkan rangkaian bunga segar yang ditempatkan di beberapa sudut halaman belakang mansion. Hal yang paling disukai Emily adalah tentang bunga. Ia memiliki bakat dalam hal merangkai bunga. Impiannya adalah suatu saat memiliki toko bunga sendiri. Entah kapan. “Itu sangat cantik, Eloise,” ucap Alexa dari arah belakang. Eloise menoleh memperhatikan Alexa yang berjalan mendekat. “Terima kasih, Alexa.” Alexa mengeluarkan ponselny
Sebastian yang pertama bangun. Saat membuka mata dan tidak menemukan Eloise di sebelahnya, ia bangkit duduk dan mencari keberadaan gadis itu. Ia membeku sesaat. Sosok tubuh tampak tertidur pulas di lantai kamar. Sebastian beranjak mendekat. Mengamati Eloise sejenak. Tubuh Eloise benar-benar menggoda. Sebastian mengumpat pelan. Gaun tidurnya melekat pas di tubuh Eloise. Belahan dada yang tidak terlalu rendah masih tak mampu menutupi dada Eloise yang berukuran besar. Belum lagi gaun itu tersingkap di bagian paha Eloise. Menampakkan paha mulus dan menggoda. Kejantanan Sebastian seketika mengeras. Ia mengumpat kembali. Sebastian buru-buru mengambil selimut dan menutupi tubuh Eloise dengan selimut. Setelahnya ia menuju kamar mandi sebelum kendali dirinya hilang dan menyetubuhi gadis itu dengan paksa. Tidak. Ia tak pernah memaksa satu wanita pun dalam hidupnya untuk memenuhi nafsu seksnya. Wanita-wanita dengan sukarela menyerahkan tubuh mereka untuk Sebastian. Suara gemericik air membu
Minggu siang saat semua keluarga berkumpul, pengacara Jeff datang membacakan surat wasiat yang disiapkan Jeff jauh hari sebelum kematiannya yang mendadak. Ia hanya mewariskan sejumlah tanah untuk ketiga anak kandungnya. Tanpa ada bahasan tentang Olympic corp. Hal yang aneh bagi sebagian orang, tapi tak ada yang berani membahas hal itu karena mereka tahu siapa pemilik sebenarnya Olympic Corp. Meski begitu, pembagian saham sudah terlanjur terjadi di masa lalu. Masing-masing anak kandung Jeff mendapat bagian 10 persen. Jeff sendiri memiliki saham 20 persen tanpa ada penjelasan akan diberikan kepada siapa bagian sahamnya. Yang mengejutkan sebenarnya adalah Valerie, wanita itu mendapat bagian saham 15 persen padahal sebagai istri kedua, Anna tidak mendapat bagian sama sekali. Tapi hal itu menguntungkan bagi Sebastian karena ia bisa meminta dukungan suara kepada Valerie saat pemilihan CEO pengganti Jeff. Dengan saham Sebastian yang 20 persen, ia yakin pemegang saham lainnya akan memilihnya.
Menjadi putri Valerie tidak semudah yang terlihat. Eloise adalah anak yang tidak diinginkan. Valerie muda hamil saat masih di bangku sekolah, usianya masih sangat belia, 16 tahun. Valerie telah berkali-kali berusaha menggugurkan kandungan meski tidak berhasil. Charles Johnson, pacar yang menghamilinya, akhirnya bisa meyakinkan Valerie untuk menikah dan melahirkan putri pertama mereka, Eloise. Pernikahan Charles dan Valerie kandas di tahun ke dua. Tanpa sadar Valerie membenci Eloise, melihat putrinya seperti melihat kegagalan masa mudanya, dan itu membekas hingga bertahun-tahun, meskipun akhirnya Valerie menikah untuk kedua kalinya dan dikaruniai seorang putri, ia tidak bisa benar-benar menyayangi Eloise. Perbedaan perlakuan antara Eloise dan putri keduanya, Jolie Madison sangat kentara. Perlakuan tak adil dari Valerie dan hinaan dari Jolie sudah menjadi konsumsi sehari-hari.Sepanjang siang hingga sore hari, Eloise membantu pelayan merawat tanaman di kebun bunga. Jika Valerie berad
Sebastian mungkin kejam dan tidak memiliki simpati terhadap orang lain, tetapi di sisi lain, pria itu ternyata sangat murah hati. Ia memesan gaun pengantin di sebuah butik ternama di kota New York, meminta manajer toko memilihkan gaun pengantin termahal untuk Eloise. Ia menunggu Eloise mengepas baju pengantin sementara ia sendiri sibuk dengan jadwal meeting di ponselnya. Sebagai kepala divisi produksi, ia bertanggungjawab penuh atas kualitas barang yang diproduksi oleh Olympic Corp. “Tuan Sebastian, silahkan.” Sang manajer toko mempersilahkan Sebastian untuk melihat baju pengantin yang dikenakan calon istrinya. Sebastian bangkit berdiri menuju kamar ganti. Ia tertegun sesaat. Eloise berdiri membelakanginya hingga detik selanjutnya berbalik menghadap Sebastian. Nafas Sebastian tercekat di tenggorokan. Detik berikutnya ia menelan ludah dengan susah payah. Eloise terlihat…seksi. Ternyata selama ini gadis itu menutupi tubuhnya dengan memakai baju kemeja tidak menarik yang ukurannya
Sore itu terjadi kegaduhan di mansion keluarga Sebastian Harold. Jeff Barnard ditemukan tak bernyawa di dekat bathtub kamar mandi. Dugaan awal penyebab kematian Jeff adalah perdarahan otak akibat terpeleset di kamar mandi dan kepalanya terbentur di tepi bathtub. Sebagai perwakilan keluarga, Sebastian menolak permintaan dari pihak rumah sakit untuk melakukan otopsi. “Penyebab kematian sudah jelas,” ujar Sebastian meyakinkan dokter Brian yang tampak tidak yakin dengan penyebab kematian Jeff Barnard. “Tapi ada sesuatu yang aneh.” Dokter Brian ragu. “kita harus melakukan otopsi.” “Tidak perlu, dokter. Tugasmu sudah cukup sampai di sini.” Sebastian mengambil alih. Ia telah mengatur semuanya dengan sangat teliti. Bagaimana posisi tubuh pria itu harus diletakkan, bagaimana ia harus membersihkan bekas darah di lantai ruang kerja Jeff, merapikan meja kerja Jeff Barnard dan membersihkan bekas sidik jari Eloise di pemberat kertas. Sebastian harus memastikan semua tampak wajar. Tak ada ke
“Jangan, tuan Jeff,” pinta Eloise panik saat Jeff Barnard berusaha menciumnya. Lelaki tua tak tahu diri itu meraba dada Eloise hingga gadis itu terpekik kaget dan meronta. “Sudah, diamlah, Eloise, aku akan memberimu kenikmatan sebentar lagi,” seringai Jeff buas. Pria itu masih bugar di usianya yang lebih dari 60 tahun. Selain menjaga fisik dengan olahraga teratur, pria itu juga disiplin mengatur pola makannya hingga sebagian orang masih percaya jika Jeff membual dirinya berusia 50 tahun. Eloise meronta panik saat Jeff menaikkan rok gadis itu dan meraba celana dalam Eloise. “Tidak!Hentikan, Tuan!” teriak Eloise katakutan. Tangannya berusaha melindungi tubuhnya dari sentuhan pria sinting itu. Enam bulan mengenal pria itu, meski secara hukum Jeff adalah ayah tirinya, tak sekalipun Eloise pernah memanggilnya dengan sebutan papa. “Kumohon, hentikan,” pinta Eloise memelas. Meski dengan seluruh kekuatannya, ia masih kalah tenaga dengan lelaki itu. . Tubuh Eloise terhimpit di antara