Share

Hanya Alat

Luna berdiri di ambang pintu ruang kerja, tangannya gemetar tak terkendali. Setiap kata yang baru saja diucapkan Bian berdengung di kepalanya. Dia tidak pernah membayangkan akan mendengar kalimat seperti itu dari suaminya—dari orang yang dia cintai. Ia benci mengakui hal ini, ya dia jatuh hati pada suaminya yang dingin dan cuek.

“Masa depan yang mana, Ibu? Kita hanya membutuhkannya untuk melahirkan seorang anak untukku.”

Kata-kata itu menyayat lebih tajam daripada apa pun yang pernah dia dengar. Seolah-olah dirinya, keberadaannya, semua yang dia perjuangkan selama ini, tidak lebih dari alat untuk mencapai tujuan yang tidak pernah dia bayangkan.

Luna merasa seakan-akan udara di ruangan itu hilang. Dadanya sesak, matanya berair. Tangis yang dia coba tahan kini meluap tanpa bisa dia kendalikan. Jantungnya berdegup kencang, dan tubuhnya mulai bergetar hebat, seolah seluruh dunianya runtuh.

"Aku... hanya alat," bisiknya, suaranya begitu lirih, nyaris tak terdengar. Kakinya melemah, d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status