Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.
Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu.Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir,"Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Jangan-jangan saat Elleonore mengira Izekiel jatuh cinta padanya saat kembali dari luar negeri, salah. Tapi, tidak masuk akal juga jika kamu terobsesi pada bayi baru lahir."Saat umur 13 tahun, Nathan memanggilku menemui anaknya yang baru lahir," entah sejak kapan kata saya terganti aku dalam obrolan mereka."Kamu dulu sangat cantik," jadi sekarang udah enggak? Ingin Elleonore menimpalinya seperti itu.Oke sepertinya saat itu awal obsesinya, tapi kenapa bisa terobsesi pada bayi sih? Bukan hanya karena cantiknya, kan?"Dan sekarang semakin cantik,"Izekiel serius, rasanya ingin mengarungi gadis imut di sampingnya. Mengurung di rumah megahnya dan mengikat kaki Elleonore dengan rantai.Membayangkan setiap membuka mata ada Elleonore di sampingnya saja, sudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Elleonore menatap horor Izekiel yang tersenyum lebar. Jalan raya senggang sore itu, mobil masuk ke tempat parkir swalayan.Katanya ada yang harus dibeli Izekiel, lama pria itu berada di dalam. Elleonore mengedarkan pandangannya, menatap isi mobil. Tidak ada interior kecuali sebuah gelang kecil pada gantungan kunci mobil.Iseng membuka laci dashboard dan mengambil beberapa foto disana. Foto bayi yang berada dalam gendongan anak laki-laki. Tidak ada petunjuk foto siapa itu.Satu yang bisa dipastikan, laki-laki itu adalah Izekiel. Karena terlihat lesung pipi anak tersebut sama dengan lesung pipi Izekiel.Melihat Izekiel yang keluar dengan wajah tertekuk di ikuti seorang perempuan di belakangnya."Maaf lama, Ive," menyerahkan barang yang dibeli tadi.Perempuan dengan dress selutut itu membuka pintu mobil disamping pengemudi."Pindah ke belakang," perintahnya yang menimbulkan keheranan Elleonore.Jika Izekiel se-obsesi itu, dia pasti mencegah Elleonore untuk pindah. Berpura-pura melepaskan seat belt yang tangannya ditahan Izekiel."Apa yang kau lakukan Ive? Dia yang duduk di belakang, bukan kamu," sepertinya perempuan itu mendengarkan Izekiel.Menjalankan mobilnya, sesekali bisa Elleonore dengar perempuan di belakangnya menghembuskan napas kasar."Kalian habis berbelanja?" Elleonore mengangguk."Jangan dipangku saja Ive, itu untukmu,"Tanpa mengucapkan terimakasih, tangannya bergerak membuka kantong. Membulatkan mata pada anggur hitam di pangkuannya. Selain apel, dia juga pecinta anggur."Terimakasih, Kiel," ucapnya tulus, memasukkan anggur yang benar saja, terasa manis."Izekiel, gadis bau matahari ini siapa?" penghinaan luar biasa dan definisi membicarakan di depan orangnya langsung.Orang yang ditanya terlihat acuh, Elleonore inisiatif menjawab."Elleonore Ive Grayson, Tante," menjulurkan tangan yang di hadiahi pelototan mata. Izekiel berdehem, menyembunyikan tawanya."Tante? Heh?" sewotnya."Iya, Tante temannya Izekiel kan?" menurunkan tangan yang tidak dijabat."Tante matamu, gue Rosalie Nova Akardian calon tunangannya Tuan Muda Raven," Raven, Raven terdengar familiar."Orangnya di samping lo, bocah," oh iya benar saja, Izekiel Helios Raven adalah nama lengkap pria itu."Dia membual, hanya satu pihak yang menyetujui, Ive. Dan tentu pihak yang setuju bukan aku," yang ditimpali wajah cemberut perempuan itu. Padahal Elleonore tidak perlu penjelasan seperti itu.Dia ingat, Rosalie itu sosok yang sangat menginginkan Izekiel. Bahkan saking ingin memiliki pria itu, Rosalie rela menyingkirkan perempuan-perempuan di sekeliling Izekiel.Untuk berjaga-jaga, sebisa mungkin dia tidak ingin bertemu Rosalie. Walaupun dalam novel, Rosalie tidak membunuh Elleonore namun alur awal novel yang cukup berubah membuatnya ketar ketir."Jadi, saya manggilnya Mbak boleh?" makin sewot saja wajah Rosalie tapi, seminim mungkin tidak memperlihatkan pada Izekiel."Panggil nama aja, bocah,"Elleonore memutar bola matanya."Siap, Mbak mau," menyodorkan kotak anggur dan memetik satu untuk dimasukkan ke mulutnya.Anggur itu menyentuh bibir bagian bawahnya sebelum seseorang menarik tangannya dan memasukkan ke dalam mulutnya."Izekiel!!!" bentak Rosalie, Elleonore menarik tangannya segera."Sangat manis," entah kata itu ditujukan pada anggur atau tangannya yang sempat tersentuh lidah itu.Elleonore menutup kotak itu dan melempar pandangannya keluar. Siapa juga yang tidak akan malu dengan sikap seperti itu.Mereka terjebak dalam keheningan, Rosalie menatap tajam sepanjang jalan pada Elleonore karena kejadian tadi. Sampai mobil itu berhenti sejenak di depan pagar rumah Elleonore, berniat turun yang langsung ditahan Izekiel.Satpam yang sangat hafal mobil yang selalu datang itu segera membuka pagar."Mau ketemu Nathan yah?" pertanyaan Rosalie yang lagi-lagi tidak dibalas Izekiel, perempuan itu belum tahu jika Elleonore adalah anak Nathan.Di depan pintu, Daya sudah menyambut nona-nya bersama beberapa pelayan. Mereka keluar termasuk Rosalie, dengan cekatan pelayan membawa belanjaan Elleonore masuk."Tuan Izekiel, Tuan Nathan menunggu anda di dalam," Izekiel mengangguk dan melangkah masuk diikuti orang-orang tersebut."Bagaimana sesi belanjanya Nona?""Sangat membosankan, aku ingin istirahat Bi," bisiknya."Nona juga harus menemui tuan dulu sebelum istirahat," Elleonore mengangguk mengerti, memasuki ruang keluarga dimana Nathan dan Ara sudah menunggu."Ara...," merentangkan tangannya pada gadis yang semula duduk, lalu berdiri membalas pelukan Rosalie.Mereka semua duduk."Makan malam sebelum pulang,"Hanya itu yang dikatakan Nathan, mengelus kepala Ara sebelum meninggalkan mereka semua. Izekiel mengikut, ada masalah bisnis yang harus dibahasnya."Ra, dia anak papamu?"Rosalie baru menyadari nama Elleonore yang memiliki akhiran sama dengan Ara. Ara mengangguk, menarik tangan Rosalie untuk pergi dari sana.Merebahkan punggungnya pada sofa dengan mata berkaca-kaca, sesakit itu interaksi Nathan dan Ara di mata Elleonore. Sienna sering memaki saat membaca bagian pilih kasihnya Nathan pada Elleonore."Menyebalkan," cebiknya, menghapus air matanya dengan kasar.Jika di dalam novel, Elleonore tidak sempat merasakan kasih sayang papanya. Maka di kehidupan ini, akan Elleonore renggut itu."Semangat Elleonore!" bangun dan berlari menuju tangga.Sempat berpapasan dengan Nathan dan memberikan senyuman yang diabaikan Nathan. Mungkin hari ini senyumnya di abaikan tapi akan Elleonore pastikan, beberapa hari yang akan datang. Nathan yang akan tersenyum lebih dulu padanya.Setelah mandi dan turun ke bawah, cepat-cepat Elleonore duduk disamping kursi kepala keluarga."Itu tempatku," kalimat itu keluar dari mulut Ara, menunjuk kesal pada bangku yang diduduki Elleonore."Duduk di mana pun, sama saja kan Papa?"Nathan menghela napas."Itu tempat Ara," bela Nathan.Elleonore menangkup dagunya."Kak Ara, tidak baik mengadu pada Papa hanya perkara kursi, mengalah pada adiknya apa susahnya," memperlihatkan senyum yang paling menyebalkan.Merebut tempat duduk adalah permulaan bagus untuk menarik perhatian papanya. Ke depannya akan Elleonore rebut sesuatu yang lebih dari tempat duduk ini.Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana. "Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi. Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku emba
Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang. Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya. "Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berka
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu. Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir," Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Janga
Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang. Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya. "Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berka
Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana. "Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi. Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku emba