Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana.
"Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi.Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku embat Izekiel,"Mengganti bajunya dan segera mengambil tas dan list belanjaan hari ini. Tidak ada waktu untuk sekadar mandi atau menyisir rambutnya. Ditambah perkiraan cuaca yang sangat buruk akan menerpa daerah tersebut.Tidak lupa membawa payung untuk jaga-jaga."Akhirnya sampai juga," berlari masuk dan mencari barang-barang yang dibutuhkan lalu sesegera mungkin meninggalkan tempat itu.Baru saja dia ingin menyeberang, sebuah mobil polisi melaju dengan cepat ke arahnya. Bisa Sienna rasakan seseorang menarik bahunya ke belakang.Melihat ke belakang dan menemukan pria berjaket yang menggunakan masker hitam dan kupluk yang senada."Terimakasih," ucapnya, menetralkan detak jantung yang tidak beraturan itu."Sama-sama, ingin saya bantu?" belum Sienna jawab, pria itu mengambil alih kedua kantung belanjaannya.Sienna tentu tidak akan menolak, susah menerjang hujan saat memegang payung dengan kantong belanjaan di masing-masing tangan."Kamu tinggal di apartemen itu juga yah," tebak Sienna menunjuk apartemennya, yang di angguki pria itu.Sienna beberapa kali pernah bersitatap dengan pria itu. Walaupun yang bisa dilihatnya hanya matanya karena selalu ada masker yang menghiasi wajah tersebut.Dari arah berlawanan, beberapa pria yang menggunakan seragam kepolisian berlari ke arah mereka."Nona menjauh segera!" teriak seseorang diantara mereka.Terlambat, pria disamping Sienna melempar kantong belanjaan itu dan menarik pisau yang disembunyikan di masing-masing pergelangan tangan jaketnya.Tatkala pria itu menariknya dengan posisi memeluk, Sienna tidak bisa mencerna dengan baik apa yang terjadi. Tertegun sejenak bagaimana kedua pisau yang berada di dada dan perutnya terlihat mengkilap.Hujan semakin deras disertai angin yang menerpa."Lepaskan sandera! Anda sudah dikepung dari berbagai arah," pria dengan suara yang sama maju selangkah."Bukan ciri khas saya membunuh Nona dengan tusukan, setidaknya harus dikuliti dulu," matanya berkaca-kaca dia bahkan tidak paham apa yang dimaksud pria itu.Tembakan peringatan membuat tubuh mereka semakin rapat. Tidak tahu harus melakukan apa, Sienna hanya berharap pria itu segera menjauh.Air matanya turun saat pisau itu semakin mendekati tubuhnya, hanya butuh sedikit dorongan agar pisau itu bisa menancap.Petir menggelegar, jika harus mati. Sienna ingin mati dengan perlawanan. Melepaskan payungnya dan mendorong tangan tersebut agar menjauh."Tembak!"Dia lupa, orang yang dihadapinya adalah pembunuh berantai. Gerakan kecil tersebut malah membuat pria itu geram.Bisa dirasakan, dengan peluru yang menyasar paha pria itu bersamaan pula pisau itu menancap di dada dan perut Sienna.Pisau yang ditarik menurun, memancing darah bercucuran keluar. Pria itu tumbang setelah beberapa peluru mengenainya.Seorang wanita berlari ke arahnya."Adek tenang yah," jika perutnya tidak terasa sakit saat dia bernapas, Sienna ingin berteriak di telinga wanita itu.Mana ada orang yang tenang saat melihat 2 pisau yang tertancap di tubuhnya. Napasnya memburu, penglihatannya ikut buram.Bersamaan petir yang terdengar, tubuhnya jatuh yang langsung ditahan seseorang. Sienna rasanya ingin tertawa, membayangkan dirinya mati konyol seperti ini.Sangat susah menarik nafas, gadis itu menutup matanya."Sudah saatnya yah? Menyedihkan sekali," selang beberapa detik gadis itu menghembuskan napas terakhirnya.****Betapa hidup tidak bisa dipercaya, Sienna menatap heran sekelilingnya. Ruangan yang didominasi warna putih dengan gradasi biru itu menyambut penglihatan Sienna.Kejadian yang diyakini Sienna sebagai akhir hidupnya ternyata bukan akhir, memegang kepala dengan balutan perban memancing alisnya mengerut."Kayak sinetron ikan terbang, yang ditusuk badan yang diperban kepala," yang memancing cekikikan tapi kenapa kepalanya benar-benar sakit?"Nona!" perempuan yang ternyata sudah dari tadi berada di sofa terkejut saat mendengar cekikikan nona-nya.Alih-alih mendekat, perempuan itu berlari keluar mencari dokter padahal ada tombol disamping brankas pasien yang bisa dipencet untuk memanggil suster.Dokter datang dan memeriksa Sienna, menanyakan beberapa hal yang membuat Sienna menggeleng. Semua yang ditanyakan dokter tidak ada yang diketahuinya."Sienna!" jawabnya saat ditanya siapa nama gadis itu, yang memancing kerutan di wajah dokter yang mulai menua itu.Dokter meminta perempuan itu berbicara di luar, baru sadar jika ada cermin di ruangan itu. Sienna bangun walaupun kepalanya terasa sakit tapi rasa penasarannya jauh lebih besar.Mendekat pada cermin yang tersedia di samping sofa, beberapa kali badannya oleng namun sampai juga di depan cermin.Sekadar memastikan bahwa selain kepalanya, anggota tubuh lainnya baik-baik saja. Lagian dari penuturan perempuan tadi, katanya dia tidak sadar selama 4 hari. Bayangkan bagaimana kotor wajahnya yang tidak dibersihkan."Cantik," tertegun pada gadis yang dilihatnya di cermin, selama hidup baru kali ini dia melihat gadis secantik itu.Alis tebal dengan mata yang terlihat indah dipadukan dengan hidung mancungnya. Dia tidak yakin ada orang yang akan cocok dengan mata se-coklat itu namun, mata itu seakan tercipta untuk gadis di depannya."Tunggu," kenapa bibir cantik gadis di depannya itu juga bergerak."HEH!" Sienna terjatuh, menatap horor pada cermin tersebut.Pintu terbuka, perempuan itu mendekat."Nona, ada apa?""I-itu cerminnya," tunjuknya."Iya itu cermin, Nona," jelasnya."Aish bukan, itu cerminnya muka orang lain?" perempuan itu tidak paham, membantu nona-nya berdiri dan menuntun ke dekat cermin."Itu wajah anda Nona," seakan mendapatkan uang kaget di tengah hari, Sienna menatap horor perempuan itu.Perempuan itu menuntunnya ke brankar pasien."Nona, dokter menyatakan Nona mengalami amnesia akibat benturan kepala saat kecelakaan," informasi apa lagi ini?"Tapi saya ditusuk pisau Bu, bukan kecelakaan!" tegasnya bersikeras.Ucapan perempuan itu seperti meyakinkan dirinya telah meminum kopi padahal jelas-jelas dia meneguk susu. Tapi lain lagi kalau itu kopi susu."Nona biasa memanggil saya, Bi Daya. Terkait Nona yang katanya ditusuk mungkin akibat kejadian yang Nona lakukan sebelum kecelakaan. Bukankah Nona ingin pergi membeli pisau saat kecelakaan?" asumsinya.Sienna tertegun, hal gila apa lagi yang akan membuatnya syok?"Jadi, siapa nama saya, Bi?""Nona Elleonore Ive Grayson," ucapnya dengan lancar, siapapun tolong pukul kepala Sienna dengan sekuat tenaga. Otaknya tidak bisa berproses dengan baik saat ini."Dan, papa saya bernama Joe Nathan Grayson?" tanyanya lebih pasti, anggukan perempuan itu serasa ingin menjatuhkan rahangnya.Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang. Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya. "Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berka
Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu. Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir," Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Janga
Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu. Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir," Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Janga
Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang. Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya. "Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berka
Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana. "Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi. Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku emba