Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang.
Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya."Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berkali-kali.Sebenarnya pertemuan ke-dua mereka bisa disebut tidak sengaja. Papanya lupa membawa berkas yang sangat penting dan hanya Elleonore yang bisa membawa berkas itu ke acara perusahaan."Tinggal pergi dari rumah saja saat itu bukan?"Bertepuk tangan, mengapresiasi ide-ide yang akan dilakukan untuk mengantisipasi pertemuan dengan malaikat maut.Melangkah masuk ke kamarnya dan tidak lupa menutup pintu balkon, menyimpan buku tersebut di dalam kopernya. Jika begini, tidak akan ada yang bisa membaca buku tersebut karena kopernya akan meminta sandi saat dibuka.Terkait pakaian dan barang lainnya, Daya akan menemani Elleonore berbelanja besok. Pantas saja Elleonore tidak membawa banyak barang.Daya berkata, perintah tuan untuk tidak membawa banyak barang, barang yang dibutuhkan akan dibeli setibanya Elleonore sampai."Orang kaya mah bebas, sekalian nggak usah bawa barang aja yah,"Mematikan lampu dan beranjak pada kasur lembutnya, menarik selimut sampai dada dan menyalakan lampu tidur."Kerja bagus Elle, kematian kali ini pasti bisa dilalui," ucapnya mengapresiasi diri dan menutup mata.Gadis itu cepat beradaptasi pada kemewahan yang diperolehnya dan akan diusahakan kemewahan itu tidak akan di renggut darinya, tepatnya dari Elleonore.***Dengan semangat membara, Elleonore bangun sebelum matahari menyinari wajahnya. Dia harus mengubah kebiasaannya, dari Sienna menjadi Elleonore.Merasakan sabun beraroma buah yang menyelimuti tubuhnya, memakai pakaian yang bisa dijamin harganya pasti membuat Sienna terkejut. dan makan, makanan yang hanya sering dilihat Sienna di tv.Elleonore sudah selesai, wajah yang putih itu hanya memakai sunscreen dan lip tint. Hari ini, dia memakai cardigan rajut dan celaan jeans, memakai tas selempang yang senada dengan cardigan."Aku siap!" kalimat yang selalu dikatakannya beberapa puluh menit lalu, tidak sanggup dikatakannya lagi.Wajah cemberut dan tatapan sinisnya berbanding terbalik dengan pria dibelakang kemudi itu. Semenjak bertemu Elleonore tidak pernah senyum di wajah pria itu berhenti menghiasi wajahnya."Kenapa saya duduk disamping Paman sih?" sewotnya rencana berbelanja yang dirancang Elle berantakan.Saat membuka pintu kamarnya, Daya datang mengabari tidak ada sopir yang bisa mengantarkannya. Semuanya sudah dipakai Tuan Nathan dan Ara.Dan tiba-tiba Izekiel datang sebagai penolong, padahal mereka bisa pergi menggunakan kendaraan umum."Saya bukan supir pribadi kamu, Ive" menghentikan mobilnya sejenak saat lampu berubah merah."Dan berhenti memanggil saya dengan sebutan Paman," menatap gadis yang mempertahankan wajah sinisnya yang malah terlihat imut di mata Izekiel."Paman itu teman papa, tentu saya harus memanggil dengan sebutan 'paman'. Nanti di kira tidak sopan," tegasnya memberikan penekanan pada kata paman."Ive, saya dan papamu tidak seumuran, kami beda 4 tahun dan saya masih 32 tahun. Banyak majalah dan berita yang menyebut saya pengusaha muda maka, panggil nama saja,"Yang benar saja, apa hubungannya pengusaha muda dan panggilan paman?"Paman juga, berhenti memanggil saya dengan nama Ive. Panggil Elleonore saja," nama Ive, membuat Elleonore merinding saat mendengar pria itu mengucapkannya."Saya butuh nama panggilan yang tidak pernah disebut orang lain, Ive,"Lampu hijau menandakan saatnya jalan, Izekiel memalingkan kepalanya walau enggan meninggalkan pandangan indah di sampingnya."Saya juga butuh nama panggilan yang tidak pernah digunakan orang lain," sahutnya tidak mau kalah."Anak kecil sering memanggil saya paman,""Saya juga masih anak kecil, Paman,""Yang benar saja, umur 19 tahun sudah legal untuk menikah. Tertarik menikah dengan saya Ive? Selisih 13 tahun terasa menantang bukan?""Anda terdengar seperti pedofil!" Elleonore memeluk tubuhnya sendiri yang memancing tawa pria itu.Walaupun kalimat itu terdengar bercanda, namun ditelinga Elleonore, perkataan Izekiel terdengar seperti rencana yang akan diwujudkan.Memarkirkan mobilnya di tempat parkir, menahan Elleonore yang ingin keluar terlebih dahulu, Izekiel berlari dan membukakan pintu mobil tersebut.Jika Elleonore tidak tahu, Izekiel menyimpan obsesi padanya. Mungkin, jatuh cinta akan terasa gampang. Sikap dan wajahnya yang nyaris sempurna membuat Izekiel gampang mendapatkan wanita.Elleonore cukup risih saat tangan itu menggenggamnya. Beberapa kali mencoba melepaskan yang pasti berakhir lelah sendiri."Jika ada yang bertanya, katakan saja anak dan ayah, Paman," celetuknya melihat tatapan-tatapan aneh pengunjung yang di hiraukan Izekiel.Bagaimana tidak, Izekiel yang lengkap dengan jasnya menggandeng gadis yang menggunakan cardigan. Serasa seperti simpanan saja.Mereka berbelok ke toko yang menjual pakaian sehari-hari."Selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" perempuan dengan pakaian hitam putih menyambut mereka."Semua pakaian yang disukainya, akan saya beli. Dan jangan lupa tunjukkan koleksi terbaik kalian pada istrinya saya."Baru saja Elleonore ingin protes pada kata terakhir ucapan Izekiel, perempuan itu sudah menariknya menjauh.Memperlihatkan pada Elleonore pakaian yang malah terkesan seksi, apa perempuan itu tidak bisa menjadikan pakaian yang dikenakan sebagai referensi?Langkahnya mengarah pada beberapa pasang baju yang menarik minatnya, harga pada pakaian itu membuatnya ciut. Namun kembali lagi, kehidupan ini dijalankan atas nama Elleonore bukan Sienna.Harga segini akan terasa kecil baginya, lagian dia mendapatkan kartu yang kata Daya kartu itu tidak terbatas pemakaiannya. Mengambil beberapa set pakaian yang menarik perhatiannya.Membawa ke ruang ganti dan melihat tubuhnya memakai pakaian itu. Tirai terbuka, Elle menatap horor pria itu."Cantik," pipinya bersemu merah bukan karena pujian tapi malu melihat Izekiel menatapnya seperti itu."Cabul, pergi sana!" teriaknya kesal.Menutup tirai dan cepat-cepat mengganti bajunya. Kemana coba, perempuan yang berjaga di depan.Mengambil cukup banyak pakaian dan membawanya ke kasir. Elleonore mengedarkan pandangannya, tidak menemukan pria menyebalkan itu.Angka yang terlihat pada monitor kecil di ikuti nol berjumlah 6 buah, membuat Elleonore merogoh tasnya. Membuka dompet dan tidak menemukan kartu yang diberikan Nathan padanya.Seingatnya, menyimpan kartu itu dengan baik. Tunggu, sepertinya dia meletakkan di atas meja rias.Melompat kegirangan saking senangnya mendapatkan kartu itu dan saat mengingat harus menulis alur novel di buku, Elleonore meletakkannya.Nathan memberikannya karena semua kartu Elleonore rusak saat kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya meledak dan Elleonore hanya sempat menyelamatkan 1 kopernya. Untung tidak ada korban jiwa.Bagaimana ini? Dia harus membayar pakaian tersebut namun, uang cash saja tidak ada ia pegang."Tunggu yah,"Gadis itu mencari keberadaan Izekiel yang di ikuti perempuan tadi, berasumsi Elleonore akan lari karena tidak mampu membayar.Akhirnya, Izekiel berada dalam radar penglihatannya. Pria itu sedang menelepon di luar toko."Paman," panggilnya. Panggilan yang di ulang namun, tidak digubris."Kiel." panggilan yang tentu, ditunggu-tunggu pria itu langsung membuat tatapannya menoleh pada Elleonore.Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu. Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir," Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Janga
Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana. "Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi. Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku emba
Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Sejak insiden perkelahian itu, Elleonore meminimalisir pertemuan dengan Nathan. Izekiel juga tidak pernah mengunjunginya, satu hal yang harus disyukuri gadis itu.Angin yang membawa dedaunan dengan cahaya matahari sore terasa pas. Mendudukkan diri di kursi taman belakang, sesekali melihat kebun bunga yang dirawat pekerja.Semenjak kembali ke rumah ini, tidak ada pelayan yang mengajaknya bicara. Membalas senyumnya saja sepertinya mereka tidak mau.Daya yang melihat wajah nonanya gundah mendekat."Apa Nona sedang memikirkan hadiah untuk tuan?" Gadis itu menoleh dan mengerutkan keningnya."Hadiah? Untuk apa?" "Besok, ulang tahun tuan,""Besok? Ulang tahun papa?" teriaknya.Nah, baru Elleonore benar-benar gundah. Beranjak dari sana dan mondar-mandir di sekitar taman, berpikir apa yang akan membuat pria itu senang. Memberikan hadiah yang mahal? Pria itu saja bisa membeli apa saja yang lebih mahal. Ingin membuatnya, Elleonore tidak kreatif.Matanya berbinar saat mendapatkan ide, berlari k
Ruangan interior yang didominasi dengan warna gelap dengan si pemilik ruangan berada di balik meja kebesarannya."Kenapa bisa terluka?" pertanyaan yang tentu akan ditanyakan pada seseorang yang melihat orang yang dikenal terluka.Izekiel tidak menjawab pertanyaan Nathan, tidak mungkin dia berkata, "Anakmu menamparku gara-gara aku menyukainya,""Ada apa memanggil?" Nathan melemparkan map merah ke meja, menyuruh pria itu untuk membacanya."Ayolah kawan, kamu bisa mengatasi perusahaan mereka," menolak melakukan apa yang diperintahkan dalam berkas itu."Rosalie yang mengambil alih kerjasamanya," jelasnya."Lalu?" "Dia akan menerima kerja samaku jika aku bisa membujukmu," Izekiel menghela nafas panjang, datang bersama Rosalie ke ulang tahun perusahaan Nathan sama saja mencari mati.Media akan semakin memanas jika mengetahuinya, Izekiel tidak bisa mengalahkan Nathan. Kontrak kerja sama tadi, benar-benar sangat menguntungkan.Pintu terbuka, seorang perempuan dengan rok ketatnya masuk."Pak,
Pagi-pagi sekali, Izekiel sudah berada di dalam kamar Elleonore. Entah siapa yang mengizinkannya masuk, tapi si pemilik kamar belum mengetahui kelakukannnya tersebut."Cantik," ucapnya tertegun, Izekiel bisa gila jika melihat wajah itu terus menerus. Pria yang wajahnya hanya berjarak dua jengkal dari wajah Elleonore sudah berada sekitar sejam di ruangan itu. Menatap aktivitas tidur si pemilik kamar lebih menyenangkan daripada melihat berkas bertumpuk di kantornya.Izekiel menggigit bibir bagian dalamnya tatkala melihat bibir gadis di depannya terbuka. Bibir peach yang sangat menggoda untuk di gigit.Menjauhkan wajahnya saat si pemilik bibir itu melenguh, membuka mata dan berteriak kaget melihat Izekiel. Mengambil bantal dan memukul pria itu sekuat tenaga."Adu, sakit Ive," menahan kedua tangan gadis itu dan mendekatkan wajah mereka.Elleonore memalingkan wajahnya."Brutal sekali," bisiknya pelan, gadis itu mendorong Izekiel dengan sekuat tenaga."Dasar tua bangka mesum!" teriaknya, m
Setelah insiden memalukan itu, Elleonore kini mengubah panggilannya dari paman menjadi Kiel.Sebenarnya nama Kiel terdengar imut namun, tidak cocok untuk memanggil pria disampingnya itu. Elleonore kira, Izekiel akan menertawakan kebodohannya tentang kartu ATM. Ternyata pria itu tidak membahasnya. Berlanjut dari toko pakaian sehari-hari, Izekiel menariknya ke toko dress dan sepatu.Selanjutnya ke toko tas, padahal Elleonore hanya membutuhkan pakaian saat ini. Tapi tidak apa, toh Izekiel yang mentraktir termasuk makan siang mereka.Dan disinilah mereka, mobil yang awalnya kosong di bagian belakang, kini diisi oleh banyaknya tas belanjaan bermerk."Paman kenal papa darimana?" ucapnya, Elleonore adalah orang yang tidak bisa berhenti bicara."Kiel, Ive!""Iya-iya, Kiel kenal papa darimana?" hal yang selalu membuat Sienna kepo saat membaca buku itu."Dari kamu lahir," Entah candaan atau tidak namun, jawaban sukses membuatnya merinding melihatnya dan memberikan tatapan tidak percaya.Janga
Langit yang dipenuhi bintang dengan bulan yang bersinar terang tidak membuat Elleonore senang. Gadis itu menatap nanar pada tangan yang telah diobati, dia tidak lagi mengingat sensasi panas dingin yang diterimanya. Namun, senyuman pria itu malah menghantuinya.Bagaimana bisa Elleonore dan Izekiel bertemu dengan cepat? Bukankah butuh 1 Minggu untuk pertemuan itu terjadi.Lagian bukannya novel itu dimulai saat Elleonore bertemu Izekiel di ruang tamu, terkait kepulangan Elleonore. Itupun penulisnya hanya menjelaskan sedikit saja.Mencoret-coret buku yang akhirnya di dapatkan dari Daya. "Alurnya berubah?" menggigit pulpen, kebiasaan Elleonore saat kesal."Tidak, alurnya tidak berubah," gadis itu kembali menulis di halaman berikutnya.Pertemuan Elleonore dan Izekiel memang terjadi setelah 1 Minggu, Elleonore kembali ke rumah ini. Namun, karena kecelakaan yang membuat Elleonore di rawat dan terhitung 1 Minggu."Jadi, pertemuan selanjutnya itu di," melingkari tulisan acara perusahaan berka
Rumah megah yang konon katanya kembali di injaki putri pemilik rumah setelah 10 tahun pergi. Meyakinkan diri agar tidak gila dengan keadaan sekarang, Sienna akan memilih menjalani.Tidak, sekarang namanya bukan lagi Sienna, tapi. "Selamat datang Elleonore Ive Grayson," ucapnya pada diri sendiri. Selama seminggu di rumah sakit, Sienna sudah terbiasa dengan nama itu. Sepertinya kehidupan ini datang karena Sienna yang tidak hentinya memaki author tersebut."Nona Elleonore," panggil Bi Daya, mempersilahkan nona mudanya masuk ke rumah itu.Baru Sienna sadari si pemeran perempuan dalam novel itu memiliki nama yang sulit di sebut.Sienna sudah mengatakan cukup memanggilnya dengan nama Elle saja, namun perempuan yang diketahui telah memasuki akhir umur 40 tahun itu enggan.Katanya, lidahnya sudah terbiasa menyebut nama yang sulit itu. Memegang kepalanya pusing memikirkan alur hidupnya."Nona tidak perlu memaksakan mengingat, tugas saya untuk mengenalkan kembali pada Nona," sepertinya Bi Daya
Seorang gadis yang bangun dengan suasana hati kacau, berjalan menuju kulkas dan mencebik kesal. Tidak ada makanan yang tersisa disana. Berjalan ke pantry dan hanya menemukan air botol disana. "Waktunya belanja bulanan Sienna," gerutunya, perutnya yang meminta makan sejak tadi. Sesekali menguap saat memasuki kamarnya, akibat tidur hampir jam 5 subuh dan baru bangun saat jam 1 siang. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah buku di tempat tidurnya."Apa lihat-lihat?" menatap sinis pada buku yang juga membuat matanya membengkak akibat menangis.Baru pertama kali ini, Sienna menangis gara-gara buku dan memaki si penulisnya. Bagaimana tidak pemeran utama wanita yang bernama Elleonore tidak pernah merasakan kebahagiaan.Baik itu dari keluarga atau lingkungan, di tambah obsesi aneh Izekiel yang merupakan teman papanya. Sienna yang selalu berharap ada pria yang terobsesi padanya, merinding saat mengetahui bagaimana gilanya obsesi Izekiel."Kalau aku jadi Elleonore, udah aku emba