Melihat anak-anak tunduk atas perintah Dewi walau bibir mereka selalu saja menggerutu, Jasmin tersenyum dalam hatinya. Dewi berbeda dari pengasuh lainnya, ia begitu berani memerintah dan mengomel apabila anak-anak melakukan kesalahan. Bahkan, Dewi bersikap seenaknya di hadapan siapa pun termasuk Jasmin seolah tak peduli jika terkena teguran. Namun, hal itu malah berhasil membuat sikap Adelio dan Adelia mengalami perubahan menjadi lebih baik sedikit demi sedikit. Lihatlah, kedua bocah yang biasanya selalu membangkang kini menuruti ucapan pengasuhnya untuk tidur siang.Tidak ada yang Dewi lakukan selain duduk di atas sofa, memainkan ponselnya seraya menunggu kedua anak itu berhasil tertidur. Ia tidak berniat untuk membacakan dongeng, bernyanyi, atau yang lainnya agar kedua anak asuhnya tidur. Matanya yang melotot dan bibirnya yang mengoceh lah yang akan ia lakukan jika mereka tidak juga tidur siang.Setelah yakin kedua keponakannya sudah tertidur, Jasmin masuk ke dalam kamar anak-anak.
Duduk di kursi kebesarannya, Dhananjaya tidak melakukan apa pun selain memijat pangkal hidungnya yang mancung. Banyak berkas yang harus diperiksanya, bertumpuk di sudut meja. Apa daya, saat ini pikirannya sedang berputar-putar memikirkan Adelio dan Adelia. Sejak semalam Dhananjaya memutar waktu, kembali ke tujuh tahun yang lalu, tepatnya ketika kedua anaknya terlahir ke dunia. Sejak saat itu, ia memang tidak berlaku seperti seorang ayah pada umumnya. Seharusnya ia meluangkan waktu untuk bersama mereka, seharusnya ia ikut andil dalam mendidik anak, seharusnya ia tidak acuh dan terkesan tak peduli hingga mereka tidak dapat merasakan kasih sayangnya.Percuma melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk, Dhananjaya tidak bisa memaksakan dirinya untuk tetap berkutat dengan dokumen-dokumen kantornya. Baru dua jam memasuki ruangannya, Dhananjaya sudah meninggalkan ruangan tersebut untuk pulang ke rumah.Duduk di sofa yang nyaman di dalam kamar anak-anak, Dhananjaya menyandarkan tubuhnya ke punggu
Jam menunjukkan pukul setengah satu, tepatnya setelah makan siang usai, Dhananjaya, Dewi, Adelio, dan Adelia meninggalkan rumah Abraham, menumpangi sebuah mobil menuju Bandar Udara Soekarno-Hata. Perjalanan dilanjutkan jalur udara menuju Bandar Udara Kulon Progo, Yogyakarta.Tidak ada keluarga lain yang ikut, Dhananjaya tidak mengizinkan ibu atau adiknya ikut berlibur. Terlebih, Jasmin sedang hamil muda. Selain itu, Dhananjaya tidak ingin siapa pun mengganggu waktunya bersama anak-anak. Jika saja Maria atau Jasmin ikut, sudah dipastikan kedua anaknya akan selalu bersama mereka dan Dhananjaya tetap sulit untuk mendekatkan hubungannya sebagai ayah dan anak.Caroline? Dhananjaya tidak berniat sedikit pun untuk mengajaknya berlibur atau sekadar mengabarinya bahwa hari ini ia akan terbang bersama kedua anaknya menuju Kota Yogyakarta. Hubungannya bersama Caroline memang tidak jelas, tidak jelas akan seperti apa. Jangankan mendengar suara satu sama lain setiap hari walau hanya melalui sambun
Terbangun dari tidurnya di dalam mobil, Dewi melihat kondisi sekolahan sudah sepi, hanya beberapa anak yang akan pulang bersama pengasuh atau keluarganya. Di mana Adelio dan Adelia? Melihat jam yang menunjukkan pukul sebelas, artinya kedua bocah itu sudah selesai belajar. Merasa khawatir, Dewi segera menghampiri seorang petugas keamanan.Petugas itu mengatakan bahwa semua kelas sudah bubar. Di dalam sekolah pun tidak ada lagi murid kecuali beberapa guru yang belum pulang. Penasaran dengan keberadaan Adelio dan Adelia, Dewi memutuskan untuk bertanya langsung pada gurunya. Sesuai dugaannya, kedua bocah itu sudah pulang sekitar sepuluh menit yang lalu. Panik? Bukan lagi! Dewi merasa nyawanya sedang terancam saat ini. Tidak apa-apa jika mereka pulang ke rumah dan mengerjai Dewi dengan pura-pura hilang. Tapi, bagaimana jika mereka malah bermain? Masalahnya, ini sudah ketiga kalinya Adelio dan Adelia sengaja menyelinap di antara kerumunan banyak temannya yang sedang keluar sekolah, mengela
Duduk di kursi kebesarannya, Dhananjaya hanya menatap layar laptopnya tanpa melakukan apa pun. Layar laptop itu sendiri menampilkan sebuah dokumen yang seharusnya dibaca hingga selesai. Nyatanya, Dhananjaya tidak semangat bahkan hanya untuk membaca poin-poin pentingnya saja. Sudah tiga gelas teh yang ia minum hingga tandas, tapi hal itu tidak juga membuat pikirannya kembali fokus pada pekerjaannya.Dewi, wanita yang sebenarnya tidak penting untuk dipikirkan, tapi pada kenyataannya Dhananjaya memikirkannya. Di mana wanita itu kini? Apa masih di Jakarta, atau sudah pulang ke Bandung? Ponsel yang diberikan Dhananjaya dibawa olehnya, tapi ketika Dhananjaya mencoba menghubunginya, nomornya tidak aktif. Lihatlah, wanita tak tahu malu itu bahkan tak sungkan memperlihatkan kekesalannya pada mantan majikan.Adelio dan Adelia tidak banyak bicara saat sarapan bersama tadi. Bahkan, wajah mereka terlihat murung dan tidak bersemangat. Dhananjaya menyikapinya dengan tenang, tapi Maria yang juga ikut
Sudah enam bulan Dewi bekerja di rumah Abraham sebagai pengasuh Adelio dan Adelia. Sekarang, kedua anak yang sulit dinasehati itu tunduk pada ucapan serta perintah Dewi. Namun, tidak jarang pula mereka kembali memperlihatkan sikap aslinya, yaitu ketus dan sombong. Setidaknya, sekarang mereka memiliki 'pawang' yang mereka segani. Sikap mereka terhadap orang lain terutama keluarganya pun kian manis, jauh berbeda dari sebelumnya.Hubungan anak-anak bersama sang ayah juga mengalami perubahan walau tidak signifikan, terlebih anak-anak masih saja tidak menerima Caroline sebagai kekasih ayahnya atau bahkan menjadi ibu tirinya. Setidaknya, sikap mereka terhadap Caroline tidak ketus seperti dulu. Jika saja Caroline menawarkan sesuatu, anak-anak pasti menolaknya dengan lembut.Hal itu menjadi pro kontra bagi keluarga Abraham. Banyak yang merasa senang karena Dewi dapat mendidik anak-anak menjadi lebih baik, tapi Maria sendiri tidak suka. Tidak masalah kedua cucunya seperti dulu, ciri khasnya se
Untuk mencari jawaban atas apa yang menjadi banyak pertanyaannya, Indah sudah memutuskan untuk pulang ke Bandung besok pagi. Tujuannya hanya satu, yaitu mempertanyakan siapa dua orang yang mengaku orang tuanya. Mereka yang telah merawat Indah pasca hilang ingatan, apa alasan dan tujuannya? Hanya mereka yang dapat Indah cari tahu kebenaran atas apa yang telah terjadi selama ini.Melihat jam yang menunjukkan pukul delapan malam, Indah harap Dhananjaya belum tertidur. Indah ingin menemuinya. Bukan untuk mengungkapkan siapa dirinya, tapi ingin meminta izin untuk pulang ke Bandung. Kondisinya yang kurang sehat, bisa dijadikan alasan pulang. Untuk itu, Indah memberanikan diri untuk memasuki rumah Abraham melalui pintu belakang.Suasana sepi, hanya beberapa petugas keamanan yang berkeliaran di luar dan terkadang masuk ke dalam rumah hanya untuk memeriksa. Saat menginjakkan kakinya di anak tangga, Indah mengingat saat pertama kali datang ke rumah itu. Juga, mengingat saat dirinya hamil, Dhana
Sejak pagi, Adelio dan Adelia terlihat tidak bersemangat. Tepatnya setelah mengetahui bahwa pengasuhnya akan pulang kampung, mereka seolah keberatan akan hal itu. Wajah mereka cemberut, tak ingin banyak bicara.Indah tidak bisa berbuat apa-apa. Niatnya pulang juga karena ada hal yang sangat penting. Ia pun sudah mengatakan berulang kali, bahwa kepulangannya hanya sebentar saja. Tanpa sadar, Indah bersikap sangat lembut, sangat berbeda dari Dewi yang biasanya sembarangan. Namun, hal itu tidak membuat Adelio dan Adelia heran. Mungkin karena wanita itu sedang sakit, tidak ada tenaga untuk bicara dengan nada tinggi.Nyatanya, Indah tanpa sadar telah menampilkan Indah yang sesungguhnya. Ia sangat perhatian pada kedua anaknya, suaranya pun terdengar lembut. Hanya saja, tidak ada yang menyadari perubahan itu karena memang Indah hanya berinteraksi dengan kedua bocah tersebut.“Bibi berjanji akan kembali sore?” Adelia ingin memastikan, wajahnya terlihat sayu.“Jika tidak sore nanti, artinya be