Duduk di kursi kebesarannya, Dhananjaya hanya menatap layar laptopnya tanpa melakukan apa pun. Layar laptop itu sendiri menampilkan sebuah dokumen yang seharusnya dibaca hingga selesai. Nyatanya, Dhananjaya tidak semangat bahkan hanya untuk membaca poin-poin pentingnya saja. Sudah tiga gelas teh yang ia minum hingga tandas, tapi hal itu tidak juga membuat pikirannya kembali fokus pada pekerjaannya.Dewi, wanita yang sebenarnya tidak penting untuk dipikirkan, tapi pada kenyataannya Dhananjaya memikirkannya. Di mana wanita itu kini? Apa masih di Jakarta, atau sudah pulang ke Bandung? Ponsel yang diberikan Dhananjaya dibawa olehnya, tapi ketika Dhananjaya mencoba menghubunginya, nomornya tidak aktif. Lihatlah, wanita tak tahu malu itu bahkan tak sungkan memperlihatkan kekesalannya pada mantan majikan.Adelio dan Adelia tidak banyak bicara saat sarapan bersama tadi. Bahkan, wajah mereka terlihat murung dan tidak bersemangat. Dhananjaya menyikapinya dengan tenang, tapi Maria yang juga ikut
Sudah enam bulan Dewi bekerja di rumah Abraham sebagai pengasuh Adelio dan Adelia. Sekarang, kedua anak yang sulit dinasehati itu tunduk pada ucapan serta perintah Dewi. Namun, tidak jarang pula mereka kembali memperlihatkan sikap aslinya, yaitu ketus dan sombong. Setidaknya, sekarang mereka memiliki 'pawang' yang mereka segani. Sikap mereka terhadap orang lain terutama keluarganya pun kian manis, jauh berbeda dari sebelumnya.Hubungan anak-anak bersama sang ayah juga mengalami perubahan walau tidak signifikan, terlebih anak-anak masih saja tidak menerima Caroline sebagai kekasih ayahnya atau bahkan menjadi ibu tirinya. Setidaknya, sikap mereka terhadap Caroline tidak ketus seperti dulu. Jika saja Caroline menawarkan sesuatu, anak-anak pasti menolaknya dengan lembut.Hal itu menjadi pro kontra bagi keluarga Abraham. Banyak yang merasa senang karena Dewi dapat mendidik anak-anak menjadi lebih baik, tapi Maria sendiri tidak suka. Tidak masalah kedua cucunya seperti dulu, ciri khasnya se
Untuk mencari jawaban atas apa yang menjadi banyak pertanyaannya, Indah sudah memutuskan untuk pulang ke Bandung besok pagi. Tujuannya hanya satu, yaitu mempertanyakan siapa dua orang yang mengaku orang tuanya. Mereka yang telah merawat Indah pasca hilang ingatan, apa alasan dan tujuannya? Hanya mereka yang dapat Indah cari tahu kebenaran atas apa yang telah terjadi selama ini.Melihat jam yang menunjukkan pukul delapan malam, Indah harap Dhananjaya belum tertidur. Indah ingin menemuinya. Bukan untuk mengungkapkan siapa dirinya, tapi ingin meminta izin untuk pulang ke Bandung. Kondisinya yang kurang sehat, bisa dijadikan alasan pulang. Untuk itu, Indah memberanikan diri untuk memasuki rumah Abraham melalui pintu belakang.Suasana sepi, hanya beberapa petugas keamanan yang berkeliaran di luar dan terkadang masuk ke dalam rumah hanya untuk memeriksa. Saat menginjakkan kakinya di anak tangga, Indah mengingat saat pertama kali datang ke rumah itu. Juga, mengingat saat dirinya hamil, Dhana
Sejak pagi, Adelio dan Adelia terlihat tidak bersemangat. Tepatnya setelah mengetahui bahwa pengasuhnya akan pulang kampung, mereka seolah keberatan akan hal itu. Wajah mereka cemberut, tak ingin banyak bicara.Indah tidak bisa berbuat apa-apa. Niatnya pulang juga karena ada hal yang sangat penting. Ia pun sudah mengatakan berulang kali, bahwa kepulangannya hanya sebentar saja. Tanpa sadar, Indah bersikap sangat lembut, sangat berbeda dari Dewi yang biasanya sembarangan. Namun, hal itu tidak membuat Adelio dan Adelia heran. Mungkin karena wanita itu sedang sakit, tidak ada tenaga untuk bicara dengan nada tinggi.Nyatanya, Indah tanpa sadar telah menampilkan Indah yang sesungguhnya. Ia sangat perhatian pada kedua anaknya, suaranya pun terdengar lembut. Hanya saja, tidak ada yang menyadari perubahan itu karena memang Indah hanya berinteraksi dengan kedua bocah tersebut.“Bibi berjanji akan kembali sore?” Adelia ingin memastikan, wajahnya terlihat sayu.“Jika tidak sore nanti, artinya be
Di sore hari, tepatnya pukul empat, Indah berbaring di dalam kamarnya, di rumah Tedi dan Mira. Walaupun jawaban yang dicarinya sudah ditemukan, rasa-rasanya Indah membutuhkan ruang untuknya merenung sehingga menginap di sana adalah pilihannya. Ponselnya sengaja tidak diaktifkan, bermaksud menghindari panggilan dari rumah Abraham yang dilakukan Adelio dan Adelia.Rindu, itulah yang ada di benak Indah pada kedua anaknya. Hanya saja saat ini, ia pun belum tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tidak apa menginap semalam, dan akhirnya akan menghabiskan waktu bersama Adelio dan Adelia kembali.Dhananjaya, sosok pria yang sudah mengisi hati Indah sepenuhnya. Cinta itu tidak pernah pudar, tapi sosok Caroline hadir seolah menjadi penghalang. Di telapak tangan Indah, ada cincin pernikahannya yang enggan ia pakai kembali. Indah hanya bisa menggenggam erat, mengumpulkan kembali memori-memori bersama Dhananjaya. Tangisnya tak pernah reda, tapi tidak bersuara.“Dewi, seseorang mencarimu,” uca
Sesuai yang dikatakan Dhananjaya, esok paginya sopir pribadinya sudah datang untuk menjemput Indah, Adelio, dan Adelia. Berat rasanya meninggalkan Tedi dan Mira secepat itu. Apa boleh buat, Indah juga tak mungkin menentang perintah Dhananjaya, suami sekaligus majikannya.Bukan hanya Indah, tapi Adelio dan Adelia juga tampak masih ingin di sana bersama kakek dan nenek angkatnya yang sudah sangat akrab dalam waktu singkat. Sekali lagi, tidak ada yang bisa dilakukan kecuali segera berkemas untuk pergi dari rumah itu.“Apa Bibi tahu ke mana kita akan pergi?” tanya Adelio dengan lirikan teka-tekinya.“Pulang?” Indah merasa bingung. Untuk apa bocah itu masih mempertanyakannya?“Tidak, kita akan berlibur. Ayah sudah menyiapkan villa untuk kita,” koreksi Adelia dengan semangatnya.Indah terdiam, tercengang karena baru mengetahui hal itu. Tidak ada raut senang yang seharusnya terjadi, Indah malah terlihat melamun seolah ia sedang diajak berperang. Berlibur? Apa Dhananjaya juga ikut? Jika iya,
Puas memandangi pemandangan alam, semua orang memasuki villa. Namun, tampaknya suasana liburan itu tidaklah manis seperti harapan Dhananjaya. Kedua anaknya sengaja menghindar, tak ingin bergabung dengan sang ayah yang memang selalu bersama Caroline. Indah merasakan ketidak nyamanannya dari berbagai sisi, antara cemburu juga tak enak pada Caroline terjadi secara bersamaan. Suasana canggung itu terjadi cukup lama. Tidak ada yang berbicara, hening bagaikan tidak ada satu pun kata yang dapat terucap. Caroline sadar apa yang terjadi. Karena ada dirinya, liburan keluarga itu malah terasa sangat menyebalkan bagi semua orang. Seharusnya Caroline tidak menuruti perintah Maria yang memaksanya untuk datang. Caroline sudah menduga akan seperti ini, dan ia juga sudah menolak. Namun, bukan hanya Maria yang memaksanya untuk menyusul Dhananjaya, tetapi orang tuanya pun demikian. Harapan mereka sama, yaitu Adelio dan Adelia dekat dengan Caroline. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya, mereka kembali t
Suara ketukan di pintu membuat Indah terperanjat dari baringnya. Ia belum tertidur, hanya berbaring seraya memikirkan banyak problemanya. Mendengar adanya ketukan yang diyakini dilakukan Dhananjaya, Indah segera membuka pintu tersebut guna mengetahui apa yang diinginkan pria itu.“Pak.” Indah mengangguk sopan menyapa.“Anak-anak sudah tertidur?” Dhananjaya mengintip ke dalam kamar, melihat kedua anaknya yang sudah berselimut diri.“Sudah, Pak,” jawab Indah apa adanya.“Aku ingin membicarakan sesuatu.” Dhananjaya kemudian berbalik, lalu pergi ke arah lain.Tanpa diminta sekali pun, Indah sudah tahu bahwa ia harus mengikuti pria itu. Dhananjaya membawanya ke lantai dasar, ke ruang tengah yang terdapat sofa set. Duduk di kursi berukuran single, Dhananjaya terlihat bingung untuk mengatakan sesuatu. Sedangkan Indah yang tidak berani untuk ikut duduk bersama, berdiri tak jauh darinya sambil menundukkan kepala.“Dewi, kamu tahu sendiri bagaimana sikap anak-anak terhadap Carol. Aku tahu kamu
Mengingat usia kandungan Indah yang sudah menginjak tujuh bulan, Dhananjaya dan dua anak kembarnya begitu semangat untuk berbelanja kebutuhan bayi. Soal antusias, Indah bahkan kalah, suami dan kedua anaknya sangat heboh merinci apa saja yang diperlukan bayi. Hampir seharian penuh keluarga kecil itu menghabiskan waktunya di dalam gedung pusat perbelanjaan, mengunjungi banyak toko kebutuhan bayi. Tepat keesokan harinya, mereka berempat tetap sibuk merapikan kamar bayi perempuan yang tak lama lagi akan terlahir. Sikap Dhananjaya tidak banyak perubahan. Tapi, setidaknya, pria yang dulu sangat kaku itu dapat tersenyum manis sekarang. Perhatiannya bukan hanya pada Indah saja, tapi pada Adelio dan Adelia juga, ditambah anak ketiganya yang masih berada dalam kandungan. Hubungan ayah dan anak yang dulu renggang, kini sebaliknya. Dhananjaya yang tentunya sudah sangat dewasa, sering kali terlihat seperti anak kecil ketika ikut bermain bersama Adelio dan Adelia. Dia bahkan tampak senang saat i
Terbangun dari tidur siangnya, bibir Indah melengkung membentuk senyuman manis mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dalam keadaan matanya yang masih tertutup, perlahan tangannya bergerak ke arah perut, mengusapnya lembut. Hari ini Dhananjaya sengaja tak masuk kantor karena ingin memeriksakan istrinya. Sesuai harapan, kini sang istri tengah berbadan dua. Indah sendiri tak menyadari telatnya datang tamu bulanan, dan malah Dhananjaya yang mengingatkannya.Seperti kehamilan sebelumnya, kandungan Indah dinyatakan lemah dan memerlukan kehati-hatian yang tinggi. Satu janin yang dikandungnya berusia lima minggu, sangat rawan hingga Indah langsung mendapat banyak perhatian dari suaminya.Sejak di perjalanan pulang saja, Dhananjaya tak henti mengingatkan, memberikan nasehat agar Indah menjaga pola makan serta aktivitasnya. Bahkan, pria itu memaksa Indah untuk beristirahat dengan tidur siang, hal yang tak pernah Indah lakukan.“Ada acara apa ini? Tidak ada yang mengajak Ibu untuk bergabun
Bulan madu, umumnya pasangan pengantin baru akan memadu kasih di tempat romantis berdua saja. Namun, hal itu tidak berlaku pada Indah dan Dhananjaya. Pasalnya, mereka berlibur di Kota Bali dengan membawa kedua anaknya. Tempat itu sudah diidamkan Indah sejak lama, dan sekarang baru terlaksana.Menatap lurus ke depannya, hati Dhananjaya merasakan kedamaian dan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Berjarak beberapa meter darinya, Indah dan anak-anak sedang bermain pasir. Sedangkan ia sendiri, hanya duduk di kursi yang terbuat dari kayu di bawah pepohonan, menikmati semilir angin.Ingin bergabung, tapi Dhananjaya tak tahu harus melakukan apa. Bermain pasir bersama? Bukan malas, tapi ia tak bisa melakukannya. Biarlah, tawa mereka bertiga sudah cukup membuat hatinya senang, bibirnya pun tak henti-hentinya tersenyum manis melihat pemandangan indah yang tak pernah dilihatnya.“Indah, luangkan waktumu untukku juga,” pinta Dhananjaya saat Indah menghampirinya. Suaranya terdengar
Terbangun dari tidurnya, Indah celingukan mencari keberadaan Dhananjaya yang tidak ada di sampingnya. Ketika memeriksa kamar mandi, pria itu juga tidak ada di sana. Tanpa mau merapikan ranjang yang sangat berantakan akibat pergulatan semalam terlebih dahulu, Indah bergegas keluar dari kamar itu.Suasana sangat sepi, tidak ada suara apa-apa sekalipun suara hewan. Indah tentu ingat di mana ia berada, yakni rumah barunya. Namun, bohong jika ia merasa baik-baik saja. Nyatanya, ia merasa cemas dan takut. Rumah yang sangat besar tersebut begitu menyeramkan jika sendirian, padahal hari sudah pagi.Tak berani memeriksa banyak ruangan di lantai atas, Indah melanjutkan pencarian ke lantai dasar. Seperti kemarin saat dia datang, di lantai dasar juga tidak ada siapa pun. Tapi, kali ini samar terdengar adanya aktivitas di sebuah ruangan. Indah lalu mengikuti arah suara itu berasal meski ada rasa takut tapi penasaran.Di dapur yang cukup terbuka, Dhananjaya sedang sibuk memasak sesuatu. Dari carany
Berdiri di atas pelaminan untuk menyambut para tamu yang hadir, tatapan Indah tertuju pada salah satu meja yang hanya diisi dua orang wanita cantik berpakaian mewah. Mereka terlihat sangat akrab layaknya sahabat, dan kedua orang itu sangat Indah kenali, yakni Jasmin dan Caroline.Caroline, wanita yang sangat cantik itu tetap hadir di hari kedua resepsi pernikahan. Ya, walau bagaimana pun banyak tamu yang diundangnya. Meski tidak berdiri di pelaminan, dia tetap menyapa tamunya, dengan senang hati menjelaskan apa yang terjadi pada pernikahannya yang gagal.Hati Indah kembali merasa tak enak, yang seharusnya tidak perlu diingat-ingat lagi. Lihatlah di depan sana, ada seorang wanita cantik bak bidadari. Pria mana yang tidak tertarik? Bahkan, kecantikannya yang sempurna itu berhasil membuat banyak wanita iri, termasuk Indah. Tapi, mengapa Dhananjaya tidak menyukainya? Dia malah memelas pada wanita sederhana yang berasal dari kampung untuk kembali menjadi istrinya. Jangankan orang lain, In
Duduk di sofa kamar hotel yang ditempatinya, Indah menatap kosong pemandangan di depannya. Sejak duduk di pelaminan sebagai pengantin, tidak banyak ekspresi yang ia tampilkan selain tersenyum ramah kepada para tamu. Namun, beberapa orang sudah tahu bahwa wanita itu terlihat linglung.Tidak banyak yang dibicarakan bersama Dhananjaya karena tak sempat, tentu Indah memiliki segudang pertanyaan perihal kejadian hari ini. Saking tak percayanya menjadi seorang pengantin, sampai-sampai Indah tak bisa berekspresi lebih. Tepatnya, dia mengalami syok berat dan tak mengerti.Keluar dari kamar mandi, Dhananjaya melihat punggung mungil Indah yang tetap membelakangi seakan tak sadar kedatangannya. Hatinya tak tenang sejak tadi. Apa Indah tidak senang menjadi istrinya lagi? Atau, apa kesalahannya sangat besar hingga Indah tidak memiliki kepercayaan lagi terhadapnya?“Apa yang kamu pikirkan?” Dhananjaya berhasil membuat Indah menoleh. “Ada masalah?” tanyanya ragu.“Apa ini mimpi?” Indah memperhatikan
Di kediaman Basuki Abraham, banyak sekali orang yang entah sedang apa. Sejak Dhananjaya meninggalkan hotel, sebagian keluarga Abraham dan keluarga Caroline juga meninggalkan hotel tersebut dan datang ke rumah Basuki untuk melihat sosok Indah yang selama ini tidak mereka ketahui, khususnya keluarga Caroline.Jelas saja, saat Indah dan Dhananjaya sampai di rumah itu, mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di sana. Hal itu membuat Indah sangat malu hingga ingin pergi dari tempat tersebut, tapi Dhananjaya menyeret tangannya untuk masuk ke dalam. Tidak seperti Indah yang menunduk sepanjang jalan karena malu, Dhananjaya tetap menegakkan kepala dengan wajah dingin andalannya seolah tidak ada siapa pun di sana. Di dalam rumah, tepatnya di ruang keluarga, tengah berkumpul keluarga Abraham yang penasaran tentang Indah yang sebenarnya masih hidup. Bahkan, Caroline dan Lenia pun ada di sana, memperhatikan kedatangan Dhananjaya bersama Indah. Bukannya berhenti di depan mereka untuk
Beberapa saat yang laluSemua persiapan untuk melangsungkan pernikahan Dhananjaya dan Caroline sudah siap. Sumpah pernikahan akan dilakukan di depan semua keluarga besar dari kedua belah pihak, di hotel yang sangat terkenal akan kemewahannya di Pusat Kota Jakarta.Semua keluarga sudah berkumpul untuk menyaksikan acara yang mulia itu, tapi justru penghulu yang belum datang. Caroline dilanda kecemasan dengan keputusan yang akan dipilihnya. Sama seperti Indah yang tidak bisa tidur dan menangis semalaman, Caroline pun tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan banyak hal.Entah keputusannya benar atau salah, Caroline tidak peduli. Ia sudah memutuskan sesuatu sebelum semuanya terlambat. Di hadapan semua keluarga, Caroline meminta Dhananjaya berdiri di sampingnya. Tidak ada yang aneh, Dhananjaya hanya menurut saja. Sedangkan keluarga yang lainnya, tetap duduk di kursi masing-masing, memperhatikan Caroline yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.“Sebelum sumpah pernikahan kita terucap, aku i
1 bulan berlaluHari ini adalah hari di mana Dhananjaya dan Caroline melangsungkan pernikahannya. Semua keluarga sangat sibuk mengatur pesta, termasuk Rega dan Jasmin yang meninggalkan Indah sendirian. Belum tahu bagaimana kelanjutan hidup Indah, dan Indah dipaksa untuk menetap di rumah Rega. Entah apa yang Jasmin dan Rega tunggu, mengapa mereka membiarkan pernikahan Dhananjaya dan Carolone terjadi. Lantas, untuk apa Indah masih di sana, menunggu yang tidak pasti? Membayangkan Dhananjaya yang akan menyematkan sebuah cincin di jari manis Caroline, hati Indah terasa sangat panas dan perih. Sejak semalam ia tak henti menangis, menangisi yang seharusnya sudah ia relakan. Nyatanya, perkataan yang keluar dari mulut dan di hati sangat bertolak belakang. Indah tidak rela Dhananjaya menikahi Caroline, Indah tidak terima kedua anaknya memanggil ibu kepada wanita lain.Cincin pernikahannya bersama Dhananjaya adalah barang yang sangat berharga, akan tetapi benda kecil itu hilang saat pergi ke ho